ALKIE_LDR: 1

7.4K 721 57
                                    

Ujian masuk universitas sudah selesai dilakukan.  Para mahasiswa baru akan datang ke kampus 1 minggu setelah informasi diterima atau tidaknya mahasiswa di universitas tersebut.

Kiera yang masuk melalui undangan jalur prestasi tidak mengikuti ujian tersebut. Gadis cantik itu bisa bersantai menikmati hari-harinya tanpa memikirkan soal-soal yang akan diisi untuk ujian masuk universitas.

"Kak Kie, mau jalan-jalan?"

Sebagai adik yang baik dan peka, Karo tahu jika kakaknya saat ini sedang merasa bosan di rumah. Terlihat sekali raut wajahnya yang cemberut saat duduk di ruang keluarga rumah mereka.

Karo menawarkan kakaknya untuk jalan-jalan bersama, seperti yang biasa mereka lakukan.

"Jalan-jalan?" Raut wajah cemberut Kiera  cerah seketika mendengar tawaran dari adiknya.  "Mau! Ayo!" Kiera dengan penuh semangat membawa adiknya keluar dari pintu utama rumah mereka.

"Mau ke mana, Non?"

Seorang Pria muda berusia 22 tahun langsung berdiri saat melihat kedua anak majikan berjalan keluar dari pintu utama.

"Kak Radit, Kiera dan Karo mau jalan-jalan. Kak Radit mau ikut?" tawar Kiera yang langsung mendapat anggukan Radit.

Radit adalah seorang pria yang jago beladiri. Pria itu merupakan  anak seorang security di perusahaan Dewa. Awalnya Radit mendaftarkan diri sebagai security di kantor Dewa, namun mempertimbangkan jika pemuda itu masih muda dan kuliah, Dewa yang mengetahui hal tersebut tidak langsung menerimanya. Dewa beralasan  hal tersebut akan membuat Radit tidak konsen untuk belajar. Jadilah, Dewa meminta Radit untuk menjadi pengawal putrinya.

Hal yang sangat kebetulan jika Radit merupakan mahasiswa yang kebetulan kuliah di universitas yang sama dengan Kiera. Radit merupakan kakak senior Kiera di kampus. Perbedaan usia mereka yang berjarak 4 tahun tidak membuat Radit ataupun Kiera merasa canggung. 

Mobil  yang ditumpangi oleh ketiganya akhirnya tiba di sebuah mall terbesar di kota tempat mereka tinggal. Ketiganya turun dari mobil dan melangkah masuk secara bersamaan dengan Radit yang berada di sisi kanan Kiera.

"Kita mau ke mana, Non?"

Kiera mengerucut bibirnya saat mendengar pertanyaan Radit. Sudah berapa kali Kiera katakan jika ia tidak suka dipanggil dengan sebutan 'Non'  oleh Radit ataupun yang lain. Namun, sepertinya mereka enggan untuk mengubah panggilan itu.

"Mau time zone."  Kiera menjawab dengan antusias. Tangannya melingkar di lengan Karo dan menarik adiknya dengan cepat menuju tempat Timezone berada.

Seharian ini Kiera bermain bersama Karo dan Radit. Ketiganya tampak bahagia menikmati permainan yang ada. Sampai akhirnya Kiera mengeluh karena lapar. Radit yang tak ingin terjadi sesuatu pada Kiera, memutuskan untuk membawa kedua kakak beradik itu menuju restoran yang terletak 1 lantai di bawah tempat mereka saat ini berada.

"Kamu mau pesan apa?" Kiera menatap Karo.

Karo menyebut menu pesanannya pada pelayan. Begitu juga dengan Radit dan Kiera.

Sambil menunggu makanan tiba, mereka berbincang santai dengan Radit sebagai pendengar. Sesekali pemuda itu akan menanggapi ketika Kiera melempar pertanyaan pada Radit.

"Kak Radit punya pacar?" Kiera bertanya.

Radit menganggukkan kepalanya. Pemuda itu menjawab, "iya. Udah hampir satu tahun."

"Wow!" Kiera bertepuk tangan heboh. "Semoga kak Radit dan pacarnya langgeng," doanya dengan tulus.

"Terima kasih." Radit tersenyum kecil melihat wajah cantik dan polos majikan di hadapannya. "Kiera punya pacar?" tanya Radit balik. Seharusnya gadis cantik seperti Kiera tidak sulit 'kan untuk memiliki kekasih? Batin Radit berujar.

Radit segera mengangkat sebelah alisnya saat mendapat gelengan Kiera.

"Kalau pacar, Kak Kiera enggak punya. Tapi, kalau suami masa depan udah punya," celetuk Karo.

Radit mengerutkan keningnya. "Suami masa depan?" ulang Radit.

"Calon," koreksi Kiera. "Kalau pacar, Kiera enggak punya. Kalau calon suami masa depan, Kiera punya. Tapi, sekarang dia lagi di luar negeri. Kuliah," jelas  Kiera lancar.

Ngomong-ngomong soal Alif, Kiera jadi merindukan pemuda itu. Ini sudah dua bulan berlalu semenjak Alif berada di luar negeri. Pemuda itu terkadang meluangkan waktu istirahatnya untuk menghubungi Kiera melalui sambungan telepon.

 
"Oh, iya?" Radit tersenyum. Radit tidak mengetahui jika ternyata Kiera sudah memiliki seseorang yang diajak berkomitmen.

"Hm." Kiera menganggukkan kepalanya bertepatan dengan hidangan mereka yang datang.

Obrolan mereka terputus begitu saja dan dalam keadaan diam, mereka menikmati makan siang yang sudah begitu lewat dengan santai.

Usai menyantap habis makanan yang dihidangkan, mereka memutuskan untuk pulang karena Alya sudah mendesak untuk mereka harus segera tiba di rumah karena hari sudah menjelang sore.

"Ma!"

Kiera turun dari mobil saat mobil baru saja berhenti di pelataran depan rumah Alya. Terlihat mamanya Kiera sedang duduk di teras ditemani oleh papanya, Dewa.

"Dari mana aja, hm? Kenapa enggak bilang kalau mau pergi?" Dewa menatap putrinya yang kini sudah mendudukkan diri di tengah antara dirinya dan sang istri.

Kiera tersenyum lebar. "Kiera lupa kasih tahu karena terlalu bersemangat. Ma, Pa, enggak marah 'kan sama Kiera?"

Kiera mengedipkan matanya menatap kedua orang tuanya dengan tatapan polos. Hal yang dilakukan Kiera tentu saja membuat Dewa dan Alya tidak bisa marah pada putri sulung mereka. Wajah polos sang putri dan tatapannya sudah mampu membuat keduanya luluh.

"Enggak, dong. Mama dan papa enggak marah. Kiera juga jalannya sama Karo dan kak Radit." Dewa mengusap kepala putrinya sayang. "Sudah makan?" tanyanya.

Kiera mengangguk bersemangat. "Kiera sudah makan bareng Kak Radit dan Karo." Kiera menjawab. Lalu, ia bertanya, "mama dan papa sudah makan?"

"Sudah, Nak. Nah, sekarang, Kiera dan Karo masuk dan mandi. Ini udah sore," perintah Alya pada putra dan putrinya.

"Aye, Capten!" Kiera dan Karo spontan memberi hormat dan berteriak pada kedua orang tua mereka yang membuat malaikat tidak bisa untuk menyembunyikan senyum bahagia saat melihat kedua anak mereka tumbuh besar.

Setelah Kiera dan Karo masuk, Dewa segera mengalihkan tatapannya ke arah Radit yang berdiri dalam diam tak jauh dari posisi mereka duduk.

"Sebentar lagi jadwal masuk kampus Kiera tiba, Radit," ujar Dewa pada Radit. "Saya minta kamu untuk menjaga dan melindungi anak saya dengan baik. Saya enggak mau dia terluka."

Tegas dan dingin itu adalah perpaduan antara sifat dan sikap Dewa terhadap orang lain. Hal yang berbeda jika ia berhadapan dengan istri dan anak-anaknya.

"Baik, Pak." Radit mengangguk dengan sopan. Dengan amanah yang diberikan oleh majikan ini, tentu saja Radit tidak akan mengabaikannya.

"Ah, iya, tolong jangan bilang ke orang lain kalau Kiera putri saya. Saya enggak mau kalau anak saya mempunyai teman-teman fake. Saya mau kehidupan putri saya  berjalan dengan normal di kampusnya."

"Saya mengerti, Pak," balas Radit tegas.

"Tolong juga jaga Kiera dari laki-laki yang mau mendekatinya dengan modus, ya, Radit. Soalnya, Kiera sudah punya calon."

Kali ini Alya yang menimpali ucapan suami dan pengawal putrinya. Alya hanya tidak ingin komitmen yang sudah disepakati Kiera dan Alif hancur karena orang ketiga.

"Saya akan pastikan itu, Bu," sahut Radit dengan tegas.

Mendengar jawaban itu Alya bisa menghela napas lega. Setidaknya ada yang menjaga putrinya di luar.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang