Alif berjalan menyusuri koridor sekolah. Sesekali pemuda itu mengedarkan pandangannya ke sekitar mencari keberadaan Kiera.
Entah mengapa Alif merasa tidak enak melihat ekspresi Kiera tadi malam. Alif ingin menjelaskan apa yang terlihat tadi malam dan tak ingin Kiera salah paham padanya.
Alif tersenyum melihat gadis itu yang berdiri tak jauh darinya. Segera pemuda itu berniat untuk menghampiri Kiera, namun terhalang oleh sosok gadis yang menjadi penyebab kesedihan Kiera.
"Mau apa lagi?" tanya Alif menatap Kinan malas.
Pemuda itu baru saja mengantarkan pesanan kue murid lain dan berniat untuk menghampiri Kiera.
"Kita di panggil bu Livia mau membahas soal kompetisi yang akan diadakan satu minggu lagi," kata Kinan dengan suara lembut.
"Ngapain lo sama si gembel ini, Ki? Lo enggak ada niat buat CLBK 'kan?" Emisa yang baru tiba menyela dan menatap penuh penghinaan pada Alif.
Menanggapi hal itu Kinan menggeleng pelan dengan ekspresi tak enak hati.
"Jangan bicara gitu, Em. Alif 'kan teman kita juga. Lagian gue tadi mau ajak dia buat ketemu Bu Livia di kantor.""Yeah, what ever lah. Gue enggak perduli. Yang gue perdulikan itu dia bukan teman gue. Sudi amat gue punya teman gembel," sahut Emisa acuh. Gadis itu kemudian menatap sosok yang berada di belakang Alif kemudian tersenyum manis menatap sosok tersebut.
"Dika, lo baru sampe?" tanya Emisa dengan suara lembut.
"Yang lo lihat gimana?" Dika menaikkan sebelah alisnya menatap Emisa datar.
"Baru sampe 'sih." Emisa tersenyum malu-malu membuat Chika yang berada di dekatnya menyenggol lengan Emisa.
"Cie, blushing," godanya membuat Emisa semakin malu-malu. "Ganteng 'tuh gebetan lo. Lo enggak salah pilih."
Chika harus rajin-rajin menjilat pada anggota geng barunya untuk mendapatkan simpatik atau dukungan dari mereka.
"Lo apaan 'sih? Gue sama Dika cuma temenan kok enggak lebih." Emisa berusaha bersikap normal meski rona merah tidak menutupi perasaannya yang meletup-letup saat ini.
Dika tidak memedulikan lagi tentang Emisa dan yang lain karena saat ini tatapan pemuda itu hanya terfokus pada gadis itu. Gadis dengan senyum sehangat matahari di pagi hari mampu membuat jantung Dika bergetar.
"Kiera!" panggilnya sedikit kuat.
Kiera yang memang berada tidak jauh dari mereka tengah berbincang hangat bersama Naomi segera menoleh pada seseorang yang memanggilnya.
Kening Kiera mengernyit sebentar saat melihat sekelompok orang di antaranya, Alif, Kinan, Dika, Emisa, dan terakhir Chika.
Dika terlihat melambaikan tangannya yang dibalas Kiera dengan senyum lebar.
"Gue kesana dulu," pamit Dika pada Emisa dan Kinan tentunya. Kemudian pemuda itu berjalan santai dengan ransel hitam yang tersampir di pundak kanannya menghampiri Kiera.
"Dika," panggil Emisa tanpa menutupi kekecewaan di wajahnya.
Alif yang melihat bagaimana Dika menghampiri Kiera memutuskan untuk diam-diam pergi menuju ruang guru dimana bu Livia mungkin sudah menunggunya.
Alif menghela napas. Ada rasa sesak dan tak suka ketika melihat Kiera yang biasa dekat dengannya justru saat ini berada di dekat pemuda lain.
Apa mungkin dirinya sudah mulai menyukai gadis polos dan ceria itu? Pikir Alif kalut.
"Ingat, Lif, lo harus fokus kerja dan cari uang buat hidup." Alif berusaha untuk mengingat dirinya sendiri.
Sementara Kiera tetap berbincang dengan Naomi dan juga Dika. Tak lama kemudian Reza entah datang dari mana ikut bergabung dengan ketiga remaja itu.
Tingkah konyol Reza mampu membuat Naomi dan Kiera terpingkal-pingkal sambil memegang perut mereka. Sementara Dika yang melihat hal itu hanya mampu menggeram dalam hati karena kegiatan PDKTnya di halangi oleh Reza.
Bel masuk sudah berbunyi membuat murid lain segera masuk ke dalam kelas masing-masing begitu pun dengan Kiera.
Kiera menatap bangku kosong di sampingnya dan mengernyit saat tidak melihat sosok Alif di dalam kelas.
Juwita, murid yang duduk di depan Kiera segera menoleh ke belakang dan tersenyum melihat Kiera yang tengah mengerutkan dahinya sambil menatap bangku Alif yang kosong.
"Cari Alif, ya?" godanya menatap Kiera dengan senyum jenaka.
Kiera mengalihkan perhatiannya pada Juwita dan mengangguk dua kali sebagai tanggapannya.
"Juwita lihat Alif?" tanya Kiera menatap Juwita penasaran.
"Alif belajar di perpus bareng Kinan dan Angel. Kalau lo mau ketemu Alif, jam istrirahat lo kesana aja," ujarnya sebelum berbalik ke depan ketika guru yang mengajar sudah datang.
Kiera mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Juwita atas informasinya.
Jam istirahat tengah berlangsung membuat Kiera segera melangkah ke tempat Alif berada. Namun, sebelum itu ia sempat membeli nasi di kantin yang dibungkus rapi untuk Alif dan teman-temannya. Tak lupa gadis cantik bermata bulat itu juga membeli minuman untuk mereka.
Sesampainya di perpustakaan, Kiera mengedarkan pandangannya ke penjuru dan menemukan sosok Alif serta dua gadis lainnya yang duduk di meja pojok ruangan.
"Alif."
Alif yang tengah memijit pelipisnya segera mendongak ketika mendengar suara lembut gadis yang mengacaukan pikirannya.
Senyum Alif tanpa sadar melebar dengan sendirinya ketika melihat Kiera berdiri di samping meja.
"Kiera," gumam Alif tak percaya.
Alif mengira jika Kiera tidak akan mau menegur atau marah padanya. Tapi, nyatanya gadis itu tidak marah dan justru menghampirinya.
Kiera meletakkan apa yang ia bawa di atas meja kemudian tubuhnya bergerak mendekati Alif dan mengulurkan tangannya untuk memijat kening pemuda itu.
"Alif pusing?" tanyanya lembut.
Tersenyum, Alif memegang tangan Kiera yang masih berada di keningnya, kemudian menurunkannya dengan lembut tanpa melepaskan genggamannya dari jemari Kiera.
"Sedikit. Kita lagi mecahin soal fisika yang agak sulit," jawab Alif lembut. "Duduk di sini. Lo pasti cape berdiri terus dari tadi."
Kiera mengangguk setuju. Kemudian ia mengambil bungkusan yang ia bawa tadi, mengeluarkannya dan meletakkannya di depan Kinan serta Angel secara bergantian. Lalu, ia kembali mengeluarkan bungkusan terakhir yang ia letakkan di depan Alif.
"Alif makan dulu ya. Nanti lanjut lagi belajarnya," ujarnya tersenyum lembut.
"Oh, thank you, Kiera. Lo baik banget 'sih udah beliin kita makanan," ujar Angel berterima kasih.
Kiera mengangguk dengan senyum manis.
"Sama-sama, Angel. Kata Veno kalau kalian akan ikut kompetisi seminggu lagi dan harus belajar giat. Jadi, Kiera belikan makanan dan minuman biar kalian enggak lapar.""Ih, Alif beruntung banget 'sih punya elo, Kie. Udah cantik baik lagi," puji Angel lagi.
"Kiera 'kan bukan barang punya Alif tapi temannya Alif. Jadi, Alif beruntung punya teman baik kayak Kiera," ujar Kiera mengoreksi kata-kata Angel.
Alif yang berada di sebelahnya mengulum senyum mendengar ucapan Kiera, dan Angel terkekeh dengan kepolosan gadis itu.
"Udah kalian makan dulu sebelum belajar lagi," ujar Kiera yang langsung ditanggapi Alif dan Angel. Sementara Kinan mengepalkan tangannya di bawah meja sambil menatap Kiera tak suka.
Kehadiran gadis itu mengganggunya, cibir Kinan penuh kebencian.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKIE (POSSESSIVE)
Teen FictionHidup Alif syegaf hancur berantakan ketika ayahnya dinyatakan meninggal akibat serangan jantung ketika mengetahui istrinya kabur membawa semua aset berharganya. Alif yang terbiasa hidup enak kini harus berjuang seorang diri guna mencari uang untuk m...