Sudah beberapa bulan ini Kiera menjalani aktivitas seperti anak kuliah biasanya.
Kiera sendiri sudah memiliki banyak teman yang sudah mengenalnya dan ia kenal juga. Tidak lupa, hubungan pertemanannya antara Mauren, Reza, dan Sisil semakin akrab. Hal tersebut yang membuat keempat remaja itu sering keluar bersama dan nongkrong bersama di cafe milik Kiera yang baru dibuka beberapa bulan lalu.
Beberapa waktu lalu Dewa memberikan hadiah berupa sebuah kafe yang dikhususkan untuk para kaum muda bersantai. Selain mendapatkan uang dari hasil untung cafe, Kiera juga membuka lapangan pekerjaan bagi anak kuliahan. Kebetulan, cafe miliknya berada di dekat universitas tempat ia menuntut ilmu.
Meskipun Kiera masih mendapatkan jatah bulanan dari papanya, memiliki uang dari hasil usaha sendiri lebih nikmat. Walau, modal dan tempat adalah milik sang Papa yang diberikan untuk Kiera.
Kabar baiknya, beberapa bulan yang lalu Mauren dan Reza sudah sah menikah. Awalnya, kedua remaja itu saling menolak untuk dinikahkan karena tidak ada perasaan cinta yang mereka miliki. Namun, setelah dipaksa kedua orangtua mereka, mereka pun mantap untuk menikah.
Keduanya masih menjalani kehidupan seperti biasa. Namun, yang membedakannya hanya jiwa mereka yang belum kembali ke masing-masing tubuh. Keluarga yang mengetahui kondisi mereka tetap memanggil mereka dengan nama raga mereka masing-masing agar tidak menimbulkan keanehan bagi orang yang belum tahu kejadian yang sebenarnya.
"Jadi, kapan lo berdua mau honeymoon?" Sisil melipat tangannya sembari menatap Reza dan Maureen dengan sebelah alis terangkat.
Reza yang tengah menyesap jus jeruk tersedak. Pemuda itu memelototi Sisil. "Honeymoon? Gue dan Maureen masih kecil. Enggak paham soal honeymoon," ujar Reza mendapat delikan Sisil.
"Mana ada anak kecil yang udah bisa bikin anak. Ngawur lo."
"Lo yang ngawur." Reza menatap Sisil tak terima.
"Tapi, kalau kalian mau honeymoon, Kiera ikut, ya?"
"Ini juga satu. Mana ada orang honeymoon di ikutin sama kaum jomblo macam lo." Reza menatap Kiera aneh. Teman-temannya ini selalu saja membahas soal honeymoon semenjak ia mengabarkan jika dirinya dan Mauren akan menikah beberapa waktu lalu.
"Kiera enggak jomblo, kok."
"Iya deh yang udah di seriusin."
Sisil mengalihkan tatapannya pada Mauren yang sedang sibuk mencoret kertas. "Lo lagi nulis apa, Ren? Kok, kayaknya serius banget dari tadi," tanyanya menatap Mauren.
"Lagi nulis puisi buat malam pertama gue dan Reza," sahut Mauren, membuat Reza mendelik.
"Siapa yang mau malam pertama sama lo?" dengus Reza tidak terima. Meskipun mereka sudah menikah, nyatanya kamar mereka tetap terpisah. Hal tersebut dikarenakan kesepakatan awal mereka yang tidak mau disatukan dalam satu kamar sebelum mereka saling jatuh cinta dan menerima pasangan masing-masing.
"Baper amat, Mbak. Gue lagi bercanda." Mauren mendongak menatap Reza sinis. "Gue lagi nulis catatan buat beli bahan di dapur rumah."
"Buat apa? Kan, udah ada Bibi di rumah," sahut Reza menatap Mauren aneh.
"Karena gue mau keluarin duit untuk hal yang penting. Gue enggak mau beli sesuatu yang jarang digunakan." Mauren menyerahkan kertas yang sejak tadi ia coret pada Reza. "Ini daftarnya. Pulang kuliah kita harus belanja. Uangnya bagi dua," jelasnya yang mendapat anggukan Reza.
Kebutuhan rumah memang mereka sendiri yang mencukupi. Maka tidak heran jika Mauren bisa lebih teliti. Meskipun uang pemberian orangtua cukup banyak, mereka tidak mungkin untuk terus boros dan tidak tahu cara mengatur keuangan.
Heeeeyyyy 😘 permulaan dan tes ombak dulu ges
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKIE (POSSESSIVE)
Teen FictionHidup Alif syegaf hancur berantakan ketika ayahnya dinyatakan meninggal akibat serangan jantung ketika mengetahui istrinya kabur membawa semua aset berharganya. Alif yang terbiasa hidup enak kini harus berjuang seorang diri guna mencari uang untuk m...