30

22.5K 1.7K 110
                                    

Dewa dan Alya kompak menoleh menatap Asep serta Ani yang baru saja keluar dari dapur.

Kedua pasang suami istri itu tidak menyangka jika tuan mereka akan pulang secepat ini. Tidak ada pemberitahuan mengenai kepulangan keluarga kecil Dewa.

"Bisa jelaskan apa yang terjadi di sini? Lalu, di mana putri kami?" cerca Dewa menatap Asep dan Ani tajam.

"Om, putri om ada di sini," sahut sebuah suara menyela di antara keheningan yang terjadi.

Feddel dengan wajah percaya diri dan senyum lebar yang menyombongkan, melangkah perlahan sembari menarik tangan Chika di sampingnya.

Pemuda itu bahkan tidak menyadari tangan Chika yang sudah berkeringat dingin atau wajah pucat gadis itu.

Geng Muozan melangkah ke tengah-tengah ruangan dengan percaya diri ketika mendekati Dewa dan Alya.

"Perkenalkan, Om, nama saya Feddel. Saya adalah pacar Chika, putri om. Saya sangat mencintai Chika dan sangat ingin melindunginya. Saya harap om mau memberi kami restu," ujar Feddel panjang lebar.

Mata tajam Dewa menatap satu persatu remaja yang berdiri di hadapannya. Tangannya terkepal mengingat tiga di antara mereka adalah orang-orang yang melukai putrinya.

"Putri siapa yang kamu maksud?" desis Dewa tajam.

Feddel terkekeh geli mendengar apa yang diucapkan Dewa.

"Om enggak perlu menyembunyikan jati diri putri om lagi karena kita sudah tahu," katanya dengan senyum yang masih bertahan di bibirnya. "Saya mencintai putri om dan menerimanya apa adanya karena saya rasa, Chika adalah belahan jiwa saya. Putri om," tambahnya membuat wajah Dewa semakin mengeras.

"Siapa yang menyembunyikan status putri saya? Saya enggak pernah menyembunyikan statusnya," tekan Dewa pada setiap kalimatnya. "Harus kamu tahu kalau dia," tunjuk Dewa pada Chika yang menunduk ketakutan. "Bukan putri saya!"

Suara terkesiap terdengar di penjuru ruangan sebelum pekikan terkejut datang bersahutan di antara anak-anak yang lain.

Berita macam apa ini? Batin mereka bertanya-tanya.

Mauren yang melihat akan ada peluang berita untuk akun chanel youtube atau akun instagram miliknya, segera bergegas mendekati TKP dengan ponsel yang sudah ia hidupkan aplikasi kameranya.

Live instagram.

Itu hal yang di lakukan Mauren saat ini.

"Yang benar om kalau Chika bukan anak om? Terus anak om yang mana? Di mana dia sekarang? Dan, Chika ini siapa? Kenapa bisa ada di rumah om dan bisa bikin pesta di rumah om?" cerca Mauren dengan semangat penuh. Dirinya tidak peduli jika hanya suaranya saja yang memenuhi ruangan besar ini, yang penting ia mendapatkan berita yang akan membuat heboh kalangan sosialita.

"Ani, Asep, coba jelaskan pada saya apa yang terjadi di sini," perintah Dewa pada Ani dan Asep.

Bibir Mauren mengerucut sebal karena pertanyaannya tidak di respon Dewa. Tapi, tidak apa, yang penting ia bisa mendapatkan berita dari mulut siapapun.

"Maafkan kami, Tuan, kalau kami mengizinkan Chika menggunakan rumah ini untuk pesta," ucap Ani terbata-bata. "Dia mengancam akan bunuh diri jika kami tidak mengizinkan dia untuk memakai rumah tuan," tambahnya membuat semua ruangan kembali gempar.

"Jadi, sebenarnya lo bukan anak kandung dari Dewangga, pengusaha kaya raya itu, Chik?"

Mendadak Feddel melepaskan tautan tangan mereka dan bergerak sedikit menjauh agar bisa menatap Chika secara langsung.

Chika sendiri semakin gemetaran ketakutan. Keringat dingin bercucuran di keningnya. Akhirnya, akhirnya semua rahasianya yang bukan anak kandung dari Dewangga terbongkar.

Kemudian, siapa dirinya yang sebenarnya juga pasti akan ketahuan oleh hal layak ramai.

"Terus Chika ini anak siapa?" tanya seorang gadis entah siapa menyela di antara kerumunan.

Semua diam hingga tidak menimbulkan suara. Jantung mereka berpacu cepat menunggu jawaban atas pertanyaan yang membuat semua orang penasaran tentang siapa sosok Chika sebenarnya.

Anak dari siapa dia?
Saudara Dewa kah? Atau keponakannya? Itu adalah pertanyaan-pertanyaan yang menggema di pikiran hampir semua yang ada di ruangan ini.

"Dia anak kami. Chika adalah anak kami yang mengaku pemilik rumah ini. Padahal itu bukan miliknya sama sekali," ujar Asep yang kali ini buka suara.

Kembali terdengar suara terkesiap dari tamu yang hadir. Tidak menyangka jika Chika adalah anak dari pesuruh Dewangga.

"Jadi, salah satu anggota geng Mouzan itu anaknya ART?"

"Pacar Feddel berarti anak pesuruh dong?"

"Ya ampun, dia dengan bangga tadi bilang kalau Chika anaknya Pak Dewa!"

Feddel dan anggota Mouzan yang lain ikut memucat mendengar bisik-bisik dari tamu yang lain.

Anggota mereka dipermalukan dengan sedemikian rupa hingga membuat mereka kehilangan wajah.

Banyak cemoohan yang membuat mereka jadi bahan tertawaan yang lain hingga membuat tangan Feddel terkepal menatap tajam Chika.

"Lo nipu kita, terutama gue, Chika. Ternyata lo cuma anak pesuruh om Dewa bukan anaknya!" bentak Feddel kehilangan kendali.

"A-aku enggak bermaksud." Chika menggeleng kepalanya lirih. Ia tidak sanggup mendapat respon seperti ini dari Feddel.

"Enggak bermaksud lo bilang? Bullshit tahu enggak? Sekarang, gue mau kita putus karena gue enggak mau pacaran sama anak pesuruh yang levelnya enggak sebanding dengan gue!" putus Feddel secara sepihak.

"Enggak, Fedd. Tadi lo bilang bakal terima gue apa adanya," tolak Chika tak terima. Kepalanya menggeleng tegas sementara air matanya mengalir deras membuat make up miliknya luntur seketika itu.

"Itu tadi, sekarang gue berubah pikiran. Gue enggak mau pacaran sama lo. Kita beda drajat."

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang