ALKIE_IDR 5

4.6K 566 12
                                    

Kiera duduk dengan tenang di kursinya. Gadis itu baru saja memasuki kelas barunya beberapa menit lalu. Ada Maureen, Reza dan Sisil yang berada satu kelas dengannya.

"Gue enggak sangka kita bakalan ada di satu kelas yang sama," ujar Sisil yang duduk di sebelah Mauren. Gadis itu menatap Reza dan Kiera yang duduk di belakang mereka.

"Aku juga enggak sangka juga kalau Sisil bakalan satu kelas sama kami," balas Kiera antusias. Hal tersebut spontan membuat Mauren dan Reza menoleh secara bersamaan menatap sosok Kiera.

Mauren dan Reza cukup tahu kebiasaan Kiera dalam menyebutkan namanya sendiri sebagai pengganti 'aku' dan kali ini mereka cukup terkejut dengan Kiera yang menyebutkan dirinya sebagai 'aku' pada Sisil.

"Lo enggak kesamhet 'kan Kie?" tanya Reza tak percaya.

"Bisa jadi Kiera kesambet. Ini kali pertama gue dengar dia ngomong pakai 'aku' ke orang lain," sahut Mauren tak kalah aneh. Matanya memicing menatap Kiera curiga jika ada arwah lain yang merasuki tubuh Kiera.

"Ih, kalian salah. Kiera enggak lagi kesurupan tahu. Kiera cuma lagi nurutin kata Alif kalau Kiera harus membiasakan diri dengan menyebut kata 'aku' ke orang lain."  Kiera mengerucut bibirnya mendengar tuduhan kedua temannya itu. Enak saja jika dirinya dibilang kesurupan padahal ia tidak kesurupan sama sekali.

"Bucin juga ternyata si Kiera," kata Reza pada Mauren.

"Biasalah."

"Alif siapa?" Sisil menatap ketiganya penasaran. Pasalnya ini baru pertama kali nama itu disebutkan oleh ketiga teman barunya.

"Alif itu calon suaminya Kiera. Tapi, cowoknya enggak kuliah di Indonesia."

"Wow. Kiera diam-diam ternyata udah punya calon suami," ujar Sisil menanggapi ucapan Mauren. "Ganteng enggak?" tanyanya menyenggol lengan Mauren.

"Kalaupun dia ganteng belum tentu mau sama lo. Si Alif udah bucin parah sama Kiera," sahut Mauren santai. "Iya enggak?" Mauren menatap Reza dan Kiera dengan sebelah alis terangkat.

"Ish, julid banget mulut lo. Gue cuma tanya doang." Sisil memutar bola matanya. "Lagipula gue juga udah punya pacar," tambahnya dengan ekspresi bangga.

"Hah? Serius, Sisil udah punya pacar?" Kiera menatap Sisil takjub. Matanya membulat sempurna seolah tak yakin jika Sisil yang terlihat tomboy ternyata sudah memiliki kekasih.

"Seriuslah."

"Siapa memangnya? Kapan-kapan kenalin sama kita," sahut Reza antusias.

"Namanya Bagas Adi Putra. Kalian pasti kenal sama orangnya," ucap Sisil sambil tersenyum miring.

Hal tersebut spontan mendapat pemukulan di kepalanya oleh Reza yang tiba-tiba berdiri.
"Itu aktor muda yang lagi naik daun, Bangau. Kita di sini lagi bahas pacar real, bukan khayalan lo," ujar Reza menggebu-gebu. Pasalnya Bagas Adi Putra adalah aktor muda yang saat ini digemari oleh jiwa Mauren. Jiwa Mauren rasanya akan terlepas dari raga jika melihat wajah tampan pemuda itu di layar televisi.

"Gue serius. Enggak percaya ya udah." Sisil menyahut dengan malas. Gadis itu kemudian mengeluarkan binder dari dalam tas kemudian meletakkannya di atas meja. "Kapan-kapan gue kenalin."

"Enggak perlu. Sebelum lo kenalin doi ke gue, doi bakal jadi calon suami gue," sahut Reza tanpa sadar. Hal tersebut spontan membuat Sisil, Mauren, dan Kiera melotot dengan makna yang berbeda.

"Lo homo?"  tuduh Sisil sembari bergidik ngeri. Tubuhnya beringsut sedikit menjauh dari meja milik Reza karena pemuda itu tepat berada di belakangnya.

"Reza," desis Mauren menatap tajam.  Sementara itu Kiera hanya bisa menepuk dahinya pelan dan menutup wajah dengan kedua telapak tangannya.

Sadar akan kesalahan yang ia lakukan, Reza kemudian cengengesan menatap ketiganya sambil menggaruk kepalanya.
"Gue--" Reza mencari ide untuk menutupi kesalahannya. "Gue lagi akting bagaimana ekspresi cewek-cewek kalau bahas tentang Bagas," ujarnya memberi alasan.

"Ha-ha! Benar banget. Akting lo tadi benar-benar sempurna, Za. Lihat, Sisil aja sampai shock," kata Mauren sambil bertepuk tangan. Ingin rasanya Mauren menepuk kepala Reza,  namun sayangnya itu tidak bisa  dilakukan sekarang.

"Iya. Selain jago gosip, Reza juga jago akting. Pokoknya Reza ini multitalenta banget deh Sisil. Aku enggak bohong." Kiera menggigit bibirnya saat mengucapkan kalimat terakhir yang jelas-jelas adalah kebohongan. 

"Kiera, please, deh." Mauren memutar bola matanya malas.  Sementara Kiera hanya cengengesan menatap Mauren yang tampak sebal padanya.

____

"Non Kiera," sapa Radit saat melihat Kiera.

Kiera melangkah lurus dengan tangan menggandeng lengan Reza dan Mauren. Sementara di samping Mauren ada Sisil yang mengenakan kemeja hitam kotak-kotak dipadukan dengan ransel hitam di punggungnya.

Radit menghela napas saat Kiera tidak melihat atau membalas sapaannya. Radit tahu apa yang salah sehingga Kiera tidak meresponnya.

"K-kiera?"

Gadis itu segera menghentikan langkahnya ketika namanya disebut.  Kiera memutar tubuhnya ke belakang dan menghadap ke arah Radit. Kiera tersenyum dan mengambil tiga langkah di hadapan Radit. Gadis itu kemudian menepuk pundak Radit sambil berkata, "ini baru Kiera dengar. Kalau tadi Kiera enggak dengar."

Radit hanya meringis menatap tanpa daya Nona majikan.
"Mau ke kantin? Tadi kakak sudah lumayan lama di depan kelas kamu."

"Kenapa tunggu Kiera?" Kiera menunjuk dirinya sendiri. 

"Kiera belum makan siang. Kata ibu, Non Kie enggak boleh telat makan."

Seketika itu Kiera mengerucut bibirnya sebal. "Kak Radit bukan babysitter Kiera. Enggak usah diingatkan, Kiera udah ingat," ucap gadis itu pada Radit.

"Tapi ibu tadi menitip pesan sama kakak."

"Baiklah. Ayo, kita makan."

Kiera menarik lengan Radit melangkah menuju kantin diikuti oleh Reza, Mauren, dan juga Sisil.

Reza menyenggol lengan Kiera sambil melirik ke arah Radit.   "Itu siapa?" tanyanya mulai kepo.  Jiwa menggosipnya sudah mulai tumbuh membuatnya tak sabar ingin mengorek informasi tentang Radit.

"Ini namanya Kak Radit. Kak Radit ini anak buahnya papa yang ditugaskan buat jaga Kiera di kampus," jawab Kiera dengan santai. "Nanti kalau sudah sampai kantin, Kiera kenalin sama kalian," ujar gadis itu bersemangat.

"Oh, namanya Radit. Udah punya pacar belum?"

"Udah, Reza. Nanti kapan-kapan Kiera kenalin sama pacarnya Kak Radit."

"Lo tahu pacarnya?"

Kiera menggeleng kepalanya polos dan menjawab, "belum pernah ketemu dan kenal."

"Tapi SKSD ya?" cibir Reza.

"SKSD?" ulang Kiera tak mengerti dengan istilah itu.

"Sok kenal sok dekat, Kiera. Lo udah lama tinggal di sini masih aja belum paham sama singkatan-singkatan gaul," timpal Mauren seraya memutar bola matanya.

"Kiera 'kan anak baik. Enggak suka singkat-singkat kata."

"Enggak ada hubungannya dengan akhlak." Sisil yang sejak tadi diam akhirnya angkat suara.

Berbicara dengan Kiera memang harus mempersiapkan mental yang kuat agar tidak mudah terpancing emosi akibat ulah gadis polos itu.






ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang