ALKIE_IDR 3

5K 671 63
                                    

Alif menutup presentasinya di sambut tepuk tangan meriah dari teman-teman di kelasnya.

Pemuda itu mendapat tepuk tangan dari para mahasiswa dan mahasiswi yang hadir. Setelah membungkuk sejenak, Alif segera kembali ke tempat duduknya.

Di sisi kanan Alif ada satu kursi yang sedang diduduki oleh seorang mahasiswi berasal dari negara yang sama dengannya. Indonesia.

Mahasiswi tersebut bernama Maharani atau kerap disapa Rani. Gadis itu mengambil jurusan yang sama dengan Alif dan tampak berusaha untuk mendekatkan diri pada pemuda yang berasal dari negara yang sama dengannya.

"Kamu keren, Lif. Bahkan, profesor saja sampai takjub," puji Rani pada Alif.

Alif hanya menganggukkan kepalanya. Tidak ada yang istimewa dari tadi presentasi di depan teman-teman di kelas serta profesor yang mengajar.

Pemuda itu kemudian memfokuskan pandangannya pada kelompok
yang baru  saja maju.  Alif sendiri tidak tampil seorang diri karena dia ditemani oleh dua temannya.

Alif sendiri sudah berusaha untuk membuat dirinya terbiasa dengan tempat tinggal barunya. Segala akomodasi sudah disediakan oleh Dewa untuk dirinya di sini. Bahkan, tempat tinggalnya pun merupakan sebuah apartemen mewah yang berada tak jauh dari posisi kampusnya berada.

Sehari-hari Alif hanya menghabiskan waktu dengan belajar dan belajar. Pemuda itu tidak pernah berpikir untuk bermain bersama teman yang lain. Semakin banyak ia menyerap ilmu, semakin cerdas dirinya, dan akan mudah ia bisa lulus dari universitas tempatnya menuntut ilmu.

 
Alif akhirnya pulang ke apartemennya. Pemuda itu segera menghubungi Kiera melalui sambungan video. Meski tahu perbedaan waktu antara tempatnya sekarang dengan Indonesia, tidak menutup keinginan Alif untuk menghubungi Kiera.

Segera sambungan video akhirnya tersambung dan menampilkan sosok Kiera dengan piyama bermotif keroppi.

"Alif?" Kiera mengerjap matanya.

"Hei." Alif tersenyum manis. "Kamu sudah mengantuk?" tanyanya dengan suara lembut.  Terlihat sekali wajah mengantuk Kiera yang membuat Alif merasa bersalah karena menghubungi Kiera.

Saat ini mungkin di Indonesia sudah pukul 11 malam. Tapi, Alif yang baru saja pulang dari kampus terlalu bersemangat dan langsung menghubungi Kiera.

"Kiera mengantuk sedikit, Alif. Tapi, setelah melihat Alif, kantuk Kiera hilang. Itu kenapa ya, Alif?" 

Alif mengulum senyumnya. "Itu mungkin karena kamu kangen aku," kata Alif. Niatnya hanya untuk membuat candaan agar obrolan mereka tidak garing. Namun, Kiera justru menganggukkan kepalanya dengan serius.

"Bisa jadi, Alif. Soalnya sudah dua hari Kiera enggak lihat Alif," kata gadis itu.

"Maaf, ya. Kemarin aku benar-benar sibuk dengan presentasi dari profesor." Alif menatap Kiera menyesal.  Seandainya ia memiliki sedikit waktu untuk menghubungi Kiera, pasti gadisnya ini tidak akan merindukannya.

"Enggak apa-apa, Alif.  Kiera mengerti kok kalau Alif sibuk. Kiera juga lagi sibuk ospek."

"Ngomong-ngomong soal ospek,  gimana? Ada yang jailin kamu?" Alif bertanya  menatap gadisnya dengan tatapan lembut.

"Kiera enggak ada yang jailin. Soalnya ada Mauren dan Reza yang jaga Kiera, Alif." Kiera segera bersemangat saat menceritakan kedua temannya itu. "Eh, Alif, Kiera punya teman baru, lho," pamernya pada Alif.

"Oh, iya? Teman barunya perempuan apa laki-laki?"

"Perempuan. Namanya Sisil. Nanti kapan-kapan Kiera kenalin ke Alif." Kiera menjawab dengan semangat. "Tapi, Alif enggak boleh suka sama dia,"  katanya menatap Alif.

Alif mengangkat sebelah alisnya  menatap Kiera. "Kenapa memangnya?"

"Karena Alif punya Kiera."

Perasaan Alif mulai menghangat mendengar ucapan gadisnya.  Alif paling suka saat Kiera mengklaim dirinya sebagai milik gadis itu.

"Kiera juga punya Alif. Kiera enggak boleh  dekat sama cowok lain apalagi kasih harapan ke cowok yang suka sama kamu," kata Alif. Pemuda itu menatap Kiera dengan tatapan seriusnya.

Alif memastikan jika tidak akan ada orang ketiga yang masuk ke dalam hubungannya dan Kiera.

"Kiera janji. Ngomong-ngomong Alif--" Kiera menatap Alif. "Kiera sekarang punya bodyguard yang jaga Kiera kemana-mana. Namanya Kak Radit." Gadis itu memutuskan untuk memberitahu Alif tentang bodyguard yang di sewa papanya.

"Kak Radit? Laki-laki?" Alif menatap Kiera tidak percaya. Namun, gadisnya hanya menganggukkan kepala.

"Tapi Alif tenang aja. Kiera enggak suka sama kakak Radit. Terus Kak Radit juga udah punya pacar. Jadi, Alif jangan cemburu ya. Kiera takut Alif marah."

"Siapa yang enggak bakalan cemburu kalau tahu istri masa depannya dikawal sama laki-laki lain." Alif mengerucut bibirnya menatap Kiera dengan kesal. "Pokoknya kamu janji enggak boleh terlibat cinta lokasi atau lebih memilih Radit itu daripada aku."

"Enggak. Kak Radit adalah pengawal yang di sewa papa buat jaga Kiera." Kiera mengatakan ini dengan tegas. "Tapi kalau Alif adalah orang yang diberi kepercayaan oleh Papa untuk menjadi pendamping Kiera," ucapnya dengan suara lembut.

Alif merona mendengar ucapan tegas Kiera. Tidak menyangka saja jika gadis yang yang polos dan lugu seperti Kiera bisa mengucapkan kata-kata manis.

Ah, Alif jadi ingin bertemu secara langsung dengan Kiera.

Andai saja mereka tidak dipisahkan oleh jarak, mungkin saat ini Alif tengah mengacak rambut gadisnya kemudian merapikannya kembali. Hal yang sudah biasa ia lakukan jika ia merasa gemas dengan tingkah lucu Kiera.

"Aku jadi pengen cepat-cepat selesai kuliah dan pulang lamar kamu," ucap Alif. Matanya berbinar senang menatap Kiera yang tengah tersenyum manis padanya.

"Alif, Kiera juga enggak sabar tunggu Alif pulang." Kiera tersenyum manis. 

"Kamu gemesin banget, Kiera." Alif menggigit bibirnya akan merasa gemas pada sosok gadis yang berada di balik layar. "Aku boleh minta tolong sama kamu?"

"Minta tolong apa, Alif?" Kiera mengerjap matanya polos menetap pada Alif.

"Boleh enggak, mulai sekarang kamu jangan sebut nama kamu saat bicara dengan orang lain?" pinta Alif pelan. Alif tidak ingin Kiera bersikap manja dan polos pada orang lain. Cukup pada dirinya dan keluarganya saja yang mendapat keistimewaan saat Kiera menyebutkan dirinya dengan nama.

"Maksud Alif, Kiera harus membiasakan diri dengan menyebut 'Kiera' sebagai 'aku' begitu?" Kening gadis itu mengerut menatap ke arah Alif.

"Iya, kalau kamu enggak keberatan."

"Memangnya kenapa, Alif?"

"Aku mau kamu menyebutkan nama Kiera cuma pada aku, keluarga, dan orang-orang terdekat." Alif berucap dengan suara lembut.  "Soalnya aku enggak mau kalau mereka tertarik atau bahkan suka sama kamu. Aku juga cemburu," aku Alif jujur.

"Jadi Alif cemburu?" Kiera  mengangguk kepalanya mulai mengerti dengan keinginan Alif. "Baiklah mulai besok Kiera akan membiasakan diri untuk menyebutkan kata 'aku' ke orang lain," katanya berjanji. "Tapi, kalau ke Reza, Mauren, dan Sisil, boleh enggak Kiera masih sebut nama?"

"Boleh, Sayang. Mereka teman-teman kamu dan aku." Alif tersenyum karena tak menyangka jika Kiera menuruti keinginannya.

"Alif panggil Kiera sayang?" Kelopak mata gadis itu mengerjap menatap Alif takjub karena ini kali pertamanya Alif memanggilnya dengan sebutan sayang.

"Boleh 'kan kalau aku panggil sayang?"

"Boleh." Kiera menganggukkan kepalanya penuh semangat. "Jantung Kiera deg-degan Alif panggil Kiera sayang," ucap gadis itu malu-malu.

Setelah itu obrolan terus berlanjut hingga akhirnya Kiera mulai tertidur sementara panggilan video tetap terhubung dengan Alif yang menatap Kiera yang sudah pulas lebih dulu.


Guys bantu aku perbaiki typo ya.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang