22

21.1K 1.5K 44
                                    

PART 22



Kiera dan Naomi pulang ke rumah ketika hari menjelang sore. Kiera menoleh menatap Naomi yang terlihat menggerutu di tempat, membuatnya bingung sendiri.

"Naomi kenapa? Kok ngomel-ngomel sendiri?" tanyanya tak menutupi rasa penasarannya.

"Aku kesel sama Veno. Masa dia ganggu aku terus. Perasaan waktu pertama kenal dia, dia enggak kayak begitu," ujar Naomi memulai aksi curhatnya.

"Ganggu apa lagi?" Kening Kiera mengernyit tak paham. Jelas ia tidak paham karena tadi ia tidak berada di sekolah dan tidak tahu kehebohan apa yang terjadi di sekolah.

"Tadi itu Veno tiba-tiba mukul Aris, teman sekelasku. Terus dia juga buat pengumuman kalau aku itu pacarnya." Naomi mengerucut bibirnya kesal ketika mengingat kejadian tadi siang.

Mendengar itu Kiera membulat bibirnya menatap Naomi tak percaya.
"Naomi pacaran sama Veno?"

"Ish! Bukan aku yang buat pengumuman itu, tapi Veno." Naomi kesal menghentak kakinya di lantai dengan ekspresi merengut lucu.

"Tapi, Naomi pasti suka 'kan sama Veno?" Kiera berkedip polos dan tidak ada maksud untuk menggoda Naomi.

"Yang bilang aku suka sama dia, siapa?" Naomi kali ini berkacak pinggang menatap Kiera kesal.

"Naomi sendiri yang bilang."

"Kapan?"

"Tadi malam, jam tiga," sahut Kiera membuat Naomi menatap sahabatnya itu tak mengerti.

"Iya. Tadi malam Kiera dengar Naomi bilang gini, 'Veno, aishiteru. Veno, i love you. Veno, this my heart only for you.' kayak gitu kok Naomi bilang," ujar Kiera mempraktikkan gaya bicara Naomi tadi malam.

Jangan salahkan Kiera yang mengetahui apa isi igauan Naomi. Salahkan sendiri Naomi yang justru pindah tempat tidur ke kamarnya. Jadi, tentu saja Kiera tahu dan mengulangi apa yang diucapkan Naomi dengan benar.

"What? You just kidding? Ah, yeah, aku percaya kamu sedang bercanda." Naomi menggeleng tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Enggak kok. Kiera enggak bercanda. Masa Naomi yang sahabat Kiera enggak percaya. Veno aja percaya kok sama Kiera."

Gadis dengan poni di depan itu mencibik bibirnya kesal.

"W-what? You say with Veno, Kiera? Seriously?"

Terdengar suara teriakan dari Naomi yang menggema di penjuru rumah. Sedangkan sosok yang ia teriaki kini berlari meninggalkan Naomi yang sepertinya tengah mengamuk di tempat. 

Sungguh, Kiera tak mengerti mengapa Naomi terlihat seperti marah. Padahal ia hanya menceritakan apa yang ia dengar dari mulut Naomi tadi malam. Kiera merasa ia tidak bersalah, toh ia juga tidak menceritakan hal itu pada orang lain. Hanya pada Veno dan juga Naomi sendiri.

Alif saja tidak ia ceritakan karena itu tidak ada sangkut pautnya dengan temannya itu. Kiera kan sudah bersikap baik dengan tidak menyebar mimpi Naomi ke orang lain. Kalau orang lain tahu pasti Naomi akan ditertawakan, pikir gadis itu tak merasa bersalah.

Setelah masuk ke dalam kamar, gadis itu menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Takut jika Naomi masuk dan mengamuk padanya.

Kiera kemudian membuka sebuah buku yang diberikan Alif padanya saat mereka pulang dari perlombaan.

Dear, Love.
Ketika bahagia hanya melihat senyummu, aku yakin, Tuhan pasti tidak akan menghilangkan senyum itu.

Senyum yang mampu membangkitkan aku dari gelap. Gelap yang tidak berujung.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang