2. [ Dijauhi ]

27.4K 1.8K 69
                                    

PART 2




Alif membaca sebuah buku pelajaran fisika dengan tekun tak memedulikan suara-suara gaduh dari murid-murid SMA Tunas Bangsa dimana Alif menuntut ilmu.

Fokus pemuda itu hanya tertuju pada rumus yang berada dalam buku tebal dalam genggamannya. Demi mempertahankan posisi juara umum agar mendapat beasiswa penuh atas sekolahnya, Alif rela belajar dan belajar terus menerus selama di sekolah.

Tidak ada acara bermain atau bersandar gurau bersama teman, yang ada hanya memahami setiap pelajaran agar kelak ia tidak akan pernah lupa.

Teman? Mungkin dulu ia memilikinya namun tidak untuk sekarang. Karena orang-orang yang ia anggap teman kini justru berbalik memunggunginya dan tak memedulikan keberadaannya sekarang.

Contohnya sekarang; anggota Mouzan juga berada di kantin yang sama dengannya dan hanya berjarak 10 bangku dari tempatnya berada tengah bercanda dan melemparkan lelucon hingga tawa nyaring mereka terdengar memenuhi kantin dan menjadikan mereka pusat perhatian.

Mouzan yang berisikan tujuh anggota terdiri dari tiga orang perempuan dan empat orang laki yakni, Dino sebagai leader, Faris, Feddel, Dika, Rinka, Emisa, dan Kinanta.

Dulu, para anggota mengangkat Alif sebagai leader karena di anggap memiliki segalanya, namun semenjak segala sesuatu yang di anggap istimewa oleh orang lain telah menghilang, Alif segera dihilangkan dan di hapus dari anggota geng.

"Ya, ampun. Gue kasihan banget sama Alif, Gengs!" seru seorang gadis, membuat kantin yang tadinya penuh kini hening.

"Kasihan kenapa, Ren?" tanya seorang gadis lainnya pada Mauren.

Mauren, bigos alias ratunya biang gosip yang tidak pro ke siapa pun kini berdiri dengan kipas elektrik berukuran kecil di tangannya. Gadis centil itu menghela napas dengan raut wajah sedih yang di buat-buat kemudian menatap geng Mouzan yang juga tengah menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Coba lo semua bayangin deh jadi Alif. Bokap meninggal, perusahaan bangkrut, dan sekarang enggak punya apa-apa." Mauren menunjuk tiga jari kirinya di hadapan semua orang. "Enggak sampai di situ aja, Gengs! Bahkan sekarang orang yang katanya sahabat eh nusuk dia dari belakang juga," lanjut Mauren menggebu-gebu.

"Nusuk dari belakang maksud lo?"

Kali ini seorang anak laki-laki bertanya dengan raut penasaran yang juga terlalu di buat-buat. Gosip jika Kinan berpacaran dengan Dino sudah menjadi rahasia umum di sekolah dan memang harus di perjelas oleh si biang gosip.

"Lo semua pasti sudah tahu 'kan gengs kalau si Dino sahabatnya Alif itu pacaran sama Kinan bahkan setelah tiga hari bokapnya Alif di dalam kubur!" seru Mauren menggeleng tak percaya.

Suara terkesiap datang dari penjuru kantin. Mereka tak menyangka saja jika Kinan yang mereka kenal sebagai gadis baik dan lemah lembut ternyata tak lebih dari seorang pengkhianat semata.

"Please, Mauren sekarang ini musimnya duren bukan teman makan teman," celetuk teman Mauren datar. Namun, ucapannya di sambung oleh seorang gadis lainnya dengan sinis.

"Eh, Ca, kalau mau beli duren juga jangan pilih yang kelihatannya bagus di luar. Lo mana tahu isinya macam apa 'kan?"

Icha teman Mauren mengangguk setuju dengan ucapan Salma yang terdengar ada benarnya juga.
"Jadi, buat tahu isi duren kita harus buka dulu kulitnya dong?" tanyanya dengan wajah innocent.

"Of course. Karena duren itu baunya aja yang nyengat tapi isinya belum tentu bagus."

"Ha-ha! Gue setuju kalau itu." Mauren terbahak mendengar ibarat yang dikatakan dua orang gadis di dekatnya. Kemudian ia kembali melanjutkan dialognya yang sempat tertunda dengan nada prihatin.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang