ALKIE_IDR 10

8.8K 635 69
                                    

Dewa membuka pintu kamar Kiera pelan untuk melihat apa yang sedang dilakukan putrinya saat ini.

"Ih, Alif, Kiera jadi malu."

Dewa mengerut keningnya ketika mendengar suara Kiera di dalam kamar. Terlihat jika putrinya sedang duduk di meja belajar dengan menghadap ke arah laptop yang diduga Dewa saat ini Kiera sedang melakukan panggilan video.

"Tapi, Kiera benar-benar imut pakai piyama Teddy bear. Lucu dan bikin gemas." Sahutan dari Alif terdengar membuat Dewa menahan keinginannya untuk segera melangkah masuk. Pria dewasa itu ingin mendengar obrolan antara putrinya dan pemuda yang ia percaya untuk menjaga putrinya

"Beneran? Nanti Kiera pakai piyama motif Winnie the Pooh, bakalan imut enggak, ya?"

"Pakai baju apa pun, Kiera tetap imut," sahut Alif. "Nanti, kalau aku pulang untuk liburan, kita bisa beli piyama yang banyak buat kamu," tambahnya membuat Kiera menggeleng kepalanya.

"Piyama Kiera udah banyak, Alif. Enggak usah beli lagi. Kata mamanya Kiera, enggak boleh beli barang banyak-banyak kalau enggak dipakai."

"Oh, kenapa begitu?" Alif menatap Kiera dengan sebelah alis terangkat. Mencoba mencari tahu mengapa Kiera tidak boleh membeli pakaian terlalu banyak.

"Soalnya kalau kebanyakan baju, nanti enggak kepakai. Mendingan kalau mau beli baju, kita bisa kasih ke panti. Gimana, Alif setuju 'kan?" Kiera menatap Alif antusias. Ia berharap jika Alif segera pulang dan mereka akan jalan-jalan untuk mengobati rindu yang terpendam.

"Aku nurut sama kamu aja, Sayang," sahut Alif membuat Kiera merona.

"Alif, Kiera jadi malu."

"Malu? Malu kenapa, Sayang?"

"Soalnya Alif panggil Kiera dengan sebutan sayang lagi." Kiera berujar malu-malu. "Jantung Kiera jadi berdebar kencang dengar omongan Alif," tambahnya membuat Alif melepaskan tawanya.

Kata orang hubungan LDR akan membuat pasangan jenuh akan penantian dan  banyak cobaan yang menerpa pasangan LDR. Namun, Alif yang sudah beberapa bulan menjalin hubungan jarak jauh dengan Kiera tidak pernah merasa jenuh ataupun bosan jika setiap malam melakukan panggilan video atau panggilan suara dengan Kiera. Pasalnya, baik dirinya dan Kiera memang tidak pernah berbicara monoton setiap kali melakukan panggilan.

Hal tersebut dikarenakan akan ada banyak hal yang dibahas dan sikap malu-malu Kiera yang membuat kadar cinta Alif semakin tinggi.

"Kalau begitu, aku mau jujur satu hal sama kamu." Alif menatap Kiera serius.

"Apa itu, Alif?"

"Jantung aku juga berdebar setiap kali lihat wajah dan dengar suara kamu," kata Alif serius. Tidak ada gombalan atau kilat jenaka yang terlihat dari matanya. 

"Ah, so sweet."

Senyum malu-malu keduanya membeku ketika mendengar suara lain selain mereka. Hal tersebut membuat Alif yang berada di balik layar menatap ke belakang Kiera yang bisa ia jangkau dengan matanya. Namun, Alif tidak menemukan sosok lain di kamar Kiera.

"Papa?" Kiera terlihat menoleh kepalanya ke sisi lain yang tidak bisa dilihat oleh Alif. 

"Ehem!" Dewa berdehem sejenak kemudian menghampiri Kiera yang duduk di kursi meja belajarnya. "Kiera belum tidur?" tanya Dewa pada Kiera. Pria itu mengusap kepala putrinya dengan sayang.

"Belum, Pa. Kiera lagi ngobrol sama Alif." Kiera kemudian menunjuk ke arah layar laptop di mana Alif  saat ini sedang menatap mereka.

"Pa," sapa Alif saat Dewa mengalihkan tatapan ke arahnya.  Pemuda itu tersenyum sopan membalas tatapan Dewa.

"Alif? Sehat disana, Nak?" sahut Dewa santai.

"Alhamdulillah sehat, Pa. Papa dan Mama bagaimana? Sehat juga?" sahut dan tanya Alif. Semenjak dekat dengan Kiera, Alif memang  membiasakan dirimu memanggil Dewa dan Alya dengan sebutan 'Papa dan Mama' untuk kedua orangtua Kiera.

"Alhamdulillah, sehat juga. Bagaimana kuliah kamu di sana? Ada kesulitan?"

"Kalau kesulitan pasti ada, Pa. Cuma berusaha  untuk melakukan yang terbaik. Doakan semuanya lancar, ya, Pa."

"Selalu. Papa dan Mama akan selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."  Dewa tersenyum menatap Alif. Kemudian, tatapannya beralih menatap Kiera. "Kalian ngobrolnya jangan terlalu malam. Ingat, besok harus melakukan aktivitas dari pagi," pesan Dewa pada keduanya. Setelah itu Dewa melangkah pergi keluar dari kamar Kiera ketika keduanya mengangguk setuju untuk tidak mengobrol sampai malam.

"Alif, lagi ngerjain tugas, ya?"  Kiera menatap Alif. "Kalau Alif lagi ngerjain tugas, obrolannya bisa ditutup." Kiera tidak tega memecahkan konsentrasi Alif yang berbincang dengannya sambil mengerjakan tugas.

"Kenapa? Kiera udah ngantuk?"

Kiera spontan menggelengkan kepalanya. "Kiera cuma enggak mau Alif enggak fokus mengerjakan tugas."

"Kata siapa? Justru karena lihat kamu, aku jadi semangat." Alif melempar senyum manis membuat  Kiera kembali merona.

Obrolan keduanya berlangsung hingga satu jam kemudian. Setelah itu mereka memutuskan sambungan video karena malam sudah semakin larut.

Kiera akhirnya tidur dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Pasalnya, Alif bersikap sangat romantis padanya. Hal tersebut membuat Kiera nampak berbunga-bunga.

Keesokan paginya.

Kiera berangkat bersama Radit ke kampus. Radit sendiri membawa mobil yang sengaja dibeli Dewa untuk Kiera dan Radit yang bertugas sebagai sopir sekaligus pengawal pribadi Kiera.

Sesampainya di kampus, mercy merah yang disopiri Radit memasuki area parkir dan menjadi pusat perhatian para mahasiswa yang sudah tiba lebih awal.

Mereka cukup penasaran akan pemilik mobil yang masih terlihat baru tersebut.

Tak lama, sosok Kiera keluar dari mobil diikuti oleh Radit dari pintu sopir.  Banyak mahasiswa dan mahasiswi menatap keduanya dengan kagum. Pasalnya, Radit memiliki wajah tampan sementara Kiera memiliki wajah cantik dan imut yang membuat keduanya tampak serasi.

"Kie!" seru sebuah suara, menghentikan langkah Kiera. Tidak hanya Kiera, tapi juga Radit yang langsung memutar tubuhnya menatap ke sumber suara.

"Reza, tumben udah di kampus jam segini?" Biasanya Reza akan tiba paling lambat 10 menit sebelum kelas dimulai. Namun, masih ada waktu 40 menit lagi sebelum akhirnya Reza sudah berada di kampus.

"Gue sengaja datang pagi-pagi. Gue mau kasih informasi penting buat lo."

"Apa itu?"

Reza menatap Radit yang berdiri di samping Kiera. Kemudian ia beralih menatap sahabatnya itu.

"Jangan di sini, nanti ada yang dengar. Secret."

Kiera membuka bibirnya sebentar sebelum akhirnya ia menganggukkan kepalanya mengerti. Kiera kemudian beralih menatap Radit dan berkata, "kak Radit, Kiera sampai di sini aja. Kiera mau ngomong sama Reza. Ini rahasia cewek sama cewek."

"Cewek sama cewek?" Kening Radit  spontan mengerut menatap Reza aneh. Sudah jelas Reza berjenis kelamin laki-laki, pikir Radit.

Sadar akan kesalahan yang ia ucapkan, Kiera meringis kemudian menjelaskan dengan santai alasan yang sebenarnya ia buat sendiri.

"Maksudnya, Reza 'kan kadang bersikap seperti cewek. Jadinya, Kiera udah anggap Reza ini cewek bukan cowok."

"Oh." Radit menganggukkan kepalanya paham. Setelah itu ia pergi usai menitipkan pesan pada Kiera untuk tetap di kelas dan jangan pergi sebelum ia datang.

Setelah kepergian Radit, Reza mencubit lengan Kiera pelan.
"Sst, Kie, lo bisa dimakan sama Reza yang asli kalau tahu lo sebut dia mirip cewek," kata Reza sambil terkikik.

"Iya mau bagaimana lagi. Soalnya situasi Reza dan Mauren itu aneh dan enggak masuk akal," sahut Kiera.

"Yah, kedengarannya memang enggak masuk akal. Tapi, kejadian nyata ada di depan mata. Lo sendiri yang jadi saksi." Reza mengangkat bahunya karena memang kejadian aneh seperti itu ada dan terjadi pada diri mereka.




ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang