ALKIE_IDR 2

5.9K 577 34
                                    

Hari masuk universitas sudah tiba. Ini saatnya Kiera yang sudah lama libur akhirnya bisa beraktivitas kembali.  Siapa yang tidak akan senang ketika mendapatkan teman baru di universitas yang akan ia masuki.

"Selamat pagi, Mama, Papa, dan Karo."

Kiera menyapa keluarganya yang sudah ada di meja makan lebih dulu. Gadis cantik itu mencium satu persatu pipi orang tua dan adiknya sebelum akhirnya ia duduk di kursinya, tepat di sebelah Karo.

"Selamat pagi, Sayang. Kiera senang kuliah di universitas baru?" Dewa menatap putrinya senang. Pria itu tidak segan untuk mengumbar senyum manis  yang membuatnya tampak lebih tampan meski usia sudah tidak muda lagi.

Kiera menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat. Gadis itu mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum lebar.

"Kiera senang, Pa. Soalnya Kiera bakalan dapat teman-teman baru." Gadis itu menyahut dengan riang.

"Syukurlah kalau begitu. Nanti Kiera diantar sama Pak Adi, ya. Ingat, jangan nakal di kampus,"  ucap Alya memberi nasehat.

"Siap, Mama bos."

Kiera segera memberi hormat pada mama dan papanya.

Mereka akhirnya mulai sarapan bersama.  Kiera tentu saja membawa bekal yang sudah dicantumkan oleh anggota BEM melalui pengumuman yang diberikan lewat grup.

Tidak ada pernak-pernik aneh yang mahasiswa baru kenakan.  Mereka semua hanya diminta mengenakan atasan putih dan bawahan hitam sebagai kostum.

Kiera pamit pada orang tuanya berangkat ke kampus. Begitu juga dengan Karo yang berangkat  bersama Dewa  dikarenakan kantor dan sekolah Karo satu tujuan.

Kiera segera naik ke mobil yang disopiri oleh Pak Adi. Pak Adi adalah sopir baru rumah orangtua Kiera. Pak Adi bersama istrinya--Ida-- merantau ke kota agar bisa mengubah kehidupan ekonomi mereka menjadi lebih baik lagi. Keduanya adalah pasangan suami istri yang baru menikah 2 tahun yang lalu dan belum dikaruniai anak.

"Pak, nanti Kiera turun di depan gerbang aja. Enggak usah masuk," kata Kiera pada Pak Adi.

"Kenapa, Non? Nanti saya di marah Tuan," sahut Pak Adi di balik roda kemudi.

"Enggak apa-apa. Kiera cuma mau turun di depan aja."  Kiera menyahut dengan santai. "Nah, berhenti, Pak. Terima kasih."

Kiera dengan riang mengucapkan terima kasih pada Pak Adi, lalu turun dari mobil dan melangkah penuh semangat menuju gerbang dimana tempatnya akan menuntut ilmu.

"Mauren! Reza!"

Kiera dengan riang melambaikan tangannya pada dua orang yang ia kenal. Dua orang tersebut adalah temannya saat SMA. Tidak ia sangka, jika kedua remaja itu masuk ke universitas yang sama dengannya.

Mauren dan Reza yang namanya dipanggil spontan menoleh ke sumber suara. Reza tersenyum lebar kemudian berlari berniat untuk memeluk Kiera, namun hal tersebut segera dihadang oleh Mauren.

"Lo pakai tubuh gue. Tubuh gue masih suci. Enggak ada cipika-cipiki antara lo  dan cewek lain," ucap Mauren. Matanya menatap sinis sosok Reza yang berada di depannya.

Terihat ekspresi merenggut  yang ditampilkan Reza membuatnya tampak lebih imut.
"Jangan pakai ekspresi begitu, please deh. Gue mau lo bersikap normal."

"Ya ampun Mauren, lo ribet banget jadi manusia. Suka-suka gue mau ngapain." Reza memutar bola matanya malas.

"Kalau begitu, gue bakal pakai tubuh ini buat masuk ke toilet anak laki-laki. Lo mau?" ancam Mauren, membuat tubuh Reza menegang. Ancamannya selalu ini, rutuk pemuda itu.

Sementara Kiera yang berada di sisi keduanya hanya terkikik melihat keduanya yang suka bertengkar. Kiera sudah diceritakan keduanya, jika  jiwa mereka bertukar tubuh.

Jiwa Reza berada dalam raga Mauren. Begitu juga jiwa Mauren berada di dalam raga Reza. Namun, keduanya tetap memanggil nama raga mereka masing-masing agar tidak menimbulkan kecurigaan orang lain atas abnormalnya tubuh mereka.

Hanya Kiera  yang tahu karena mereka menceritakannya pada Kiera. Beruntung, Kiera tidak menganggap jika apa yang mereka ceritakan adalah kebohongan semata. Kiera yang punya perasaan peka dan mata yang jeli tentu saja dapat melihat perbedaan keduanya.

Hanya saja Kiera tidak menyangka jika mereka berada dalam satu universitas yang sama dengannya.

Kiera akhirnya mengetahui jika jiwa mereka belum kembali ke tubuh mereka masing-masing.

"Kiera, apa kabar?" Reza yang berada dalam tubuh Mauren menyapa temannya itu dengan akrab.

"Kiera baik ... Mauren." Kiera meringis nyaris menyebutkan nama Reza. "Kalian berdua belum tukar tempat?" Kiera menatap keduanya dan bertanya dengan nada berbisik.

"Belum, Kie. Kami bingung kapan bisa tukaran tempat. Gue enggak betah lagi tinggal dalam tubuhnya Reza."

"Apalagi gue," sahut Mauren memutar bola matanya malas.

Mauren dan Reza sudah berusaha jujur pada orang tua mereka. Orang tua mereka percaya dan meminta mereka untuk menikah sebagai bentuk pertanggungjawaban pada raga mereka masing-masing.

Mauren dan Reza sudah melihat tubuh mereka masing-masing dan menyentuhnya. Jelas saja orang tua Mauren ingin agar Reza menikahi Mauren. Mereka menganggap tubuh Mauren sudah tercemar karena dirasuki oleh jiwa laki-laki Reza.

"Kalian harus sabar. Siapa tahu nanti bakalan kembali ke raga masing-masing." Kiera menatap keduanya dengan serius. Tak lupa ia juga berdoa yang baik untuk keduanya. "Sekarang kita masuk. Kebetulan, sepertinya Reza dan Mauren satu kelompok dengan Kiera," timpal Kiera pada keduanya.

Mauren dan Reza mengangguk. Mereka bertiga melangkah masuk ke lapangan outdoor yang tersedia di belakang kampus.

Tempat itu adalah tempat untuk para mahasiswa baru berkumpul dan menerima pengarahan langsung dari senior mereka yang tergabung dalam anggota BEM.

"Hei, dari SMA mana?" Seorang gadis dengan perawakan lembut bertanya pada Mauren yang berdiri di sampingnya.

Mauren menyebutkan nama sekolah mereka.  Kemudian ia memperkenalkan dirinya dan kedua temannya yang berdiri di belakang mereka.

"Ini Kiera dan Reza."

"Hei, gue Sisil. Senang kenalan dengan kalian," ucap Sisil memperkenalkan diri.

"Kiera. Senang kenalan dengan Sisil," ucap Kiera dengan semangat.

"Reza." Mauren yang berada dalam tubuh Reza memperkenalkan dirinya.

"Kalian dari satu sekolahan yang sama?"

Ketiganya mengangguk sebagai jawaban. Kemudian para senior yang tergabung dalam keanggotaan segera memberi instruksi pada mahasiswa baru untuk mengikuti ospek yang sudah ditentukan selama tiga hari.

Presiden BEM sudah memberi pidato dan disambut dengan tepuk tangan meriah kala pemuda yang terlihat tampan berdiri di atas panggung itu mengakhiri pidatonya.

"Habis ini kita harus ngapain?" Kiera bertanya saat jam istirahat akhirnya tiba. Mereka baru saja menyelesaikan serangkaian kegiatan yang diarahkan oleh para senior.

"Pergi ke kantin mencari makan. Janganlah lupa mengisi perut."

Kiera, Reza, juga Sisil--yang ikut mereka-- spontan menatap Mauren aneh. Pasalnya nada suara yang digunakan oleh Mauren adalah nada seseorang yang sedang membacakan sebuah puisi.

"Mauren seperti baca pantun,"  celetuk Kiera.

"Bikin perut gue mules," timpal Reza. Tak lupa pemuda itu juga menyentuh perutnya dengan ekspresi wajah yang ia buat se-dramatis mungkin.

Sementara Sisil hanya mengangkat bahunya menatap ketiga sahabat itu.

Sepertinya akan seru jika ia memiliki teman dengan tiga karakter berbeda itu,  pikir  Sisil dalam hati.



 

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang