35.B

18.5K 1.4K 41
                                    

Alif mendapat telepon dari kantor polisi jika  orang yang membuat adiknya celaka sudah berada di kantor polisi.

Alif tentu saja tidak akan membuang waktu.  Segera setelah bel pulang sekolah berbunyi, Alif pamit pada Kiera dan bergegas menuju kantor polisi dengan sepeda miliknya. Sepeda pemberian Alvin waktu itu.

Sesampainya di kantor polisi, Alif ternyata sudah di tunggu oleh Alvin yang kini menatap Alif dengan pandangan tak terbaca.

"Gimana, Bang? Abang udah lihat pelakunya?" Alif langsung bertanya ketika tiba di depan Alvin.

"Abang sudah melihatnya. Pelakunya sudah abang dan polisi interogasi. Dia mengaku kenal kamu dan Alice." Alvin menjawab dengan tenang, membuat Alif mengerut keningnya.

Alif dengan di temani Alvin melangkah masuk ke dalam ruangan khusus untuk tahanan. Pemuda itu menemukan beberapa polisi yang hilir mudik di sekitar jalan yang ia lalui.

Sesampainya di sebuah ruangan dengan jeruji besi yang menutup tempat tersebut, Alif bisa melihat punggung seseorang dengan rambut panjang  yang terlihat tidak terurus.

Kening Alif mengernyit merasakan jika punggung orang tersebut tidak tampak asing baginya.

"Nyonya Herlina, ada yang ingin bertemu dengan Anda." Ucapan seorang polisi yang mengawasi tempat membuat tubuh Alif tanpa sadar menegang di tempat.

Tatapan matanya tertuju pada punggung Helina yang perlahan berbalik menatap tepat ke arah mata Alif secara langsung.

Alif melebarkan matanya sambil menunjuk Herlina dengan jari gemetar.

"Tante Herlina?" bisik Alif tidak percaya.

Alvin yang berdiri di sampingnya menoleh dengan kernyitan di dahinya. "Kamu kenal wanita ini, Lif?" tanya Alvin.

"D-dia mantan ibu tiriku yang sudah membawa semua aset berharga keluargaku," desis Alif menatap Herlina tajam. Alif sangat tidak menyangka jika Herlina masih mau mengganggu dirinya dan adiknya setelah wanita berhati iblis ini dengan tega mencuri semua hal yang mereka miliki.

"Perempuan iblis," desis Alif menatap penuh kebencian pada Herlina. Sementara  wanita yang di tatapan Alif tersenyum sambil terkekeh.

"Apa keadaan adik kamu sekarang, Alif? Sudah meninggal?" Herlina terkekeh sambil tersenyum menghina. "Ah, aku masih ingat dengan jelas bagaimana tubuh kecilnya terlempar oleh mobilku."

Herlina tertawa tanpa perasaan sedikit pun. Hal itu membuat Alif mengepalkan tangannya di kedua sisi tubuhnya. Gara-gara wanita ini, adiknya, Alice, mengalami kecelakaan. Alif berharap ia bisa melangkah maju dan melayangkan sebuah tinju pada wajah wanita yang merupakan mantan ibu tirinya.

Alif mau pun Alice tidak terlalu dekat dengan Herlina. Itu karena di sebabkan oleh kesibukan mereka masing-masing.

Alif tersenyum sinis. "Tante mimpi? Alice sekarang baik-baik saja. Dia bahkan saat ini sangat sehat dan tidak cacat sedikit pun," ujar Alif datar.

Herlina tersenyum sinis. "Enggak mungkin. Kamu pasti mengada-ada." Herlina menggeleng kepalanya tak percaya jika saat ini Alice dalam keadaaan sehat.

"Tante enggak percaya, ya sudah. Kalau pun Alice kenapa-kenapa, aku pasti enggak akan ada di sini," balas Alif sambil tersenyum sinis. "Sekarang tante nikmati hidup di penjara ini dan aku akan memastikan kalau tante enggak akan bisa keluar dari jeruji ini." Alif melempar senyum sinis sebelum akhirnya ia berbalik pergi.

"Enggak mungkin! Kamu lihat saja Alif, saya pasti bisa keluar dari penjara ini dan saya pastikan, saya akan menjual rumah itu! Rumah itu milik saya bukan milik ibu kamu yang sudah mati!"

Herlina tertawa lebar seperti orang tidak waras. Tujuannya mencelakakan Alice sebagai korban utamanya adalah agar ia bisa menjual rumah dan tanah yang pernah mereka tempati bersama. Lalu, setelah ia berhasil membunuh Alice maka targetnya adalah Alif. Tapi, semua rencananya hancur berantakan karena ulah seseorang yang sampai saat ini ia sendiri tidak tahu siapa orang yang ikut campur urusannya.

Herlina memang berhasil kabur dengan membawa aset berupa surat tanah dan lainnya. Tapi, ia tidak pernah menyangka ketika ia menjual rumah dan tanah yang pernah mereka tempati, tidak ada yang mau membelinya meski sudah ia tawari dengan harga murah.

Semua hartanya sudah habis untuk berfoya-foya!

Buat pembaca Alkie, aku akan sering updates alkie ya. Cuma isi  part kurang panjang.  Aku harap enggak ada yang protes kalau mau aku rajin..

Terimakasih.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang