34

21.3K 1.5K 125
                                    

Merasa sendiri di tengah keramaian mungkin inilah yang dirasakan oleh Kinan.

Teman-temannya sudah tidak bisa bersama lagi. Geng yang mereka punya terpaksa bubar karena tidak bisa mempertahankan eksistensi mereka lagi di kalangan remaja Jakarta.

Emisa dan Rinka di keluarkan dari sekolah. Feddel yang merasa dipermalukan oleh Chika setelah video pesta malam itu tersebar memutuskan untuk pindah sekolah ke kota lain. Dino sudah pergi dari negeri ini bersama pacarnya yang di nikahinya beberapa hari yang lalu. Terakhir, Dika dan Faris yang saat ini tidak nampak terlihat di sekolah.

Kinan menghembuskan napasnya menatap sekeliling dimana tidak ada murid yang mau menyapa dirinya.

Bergabung dengan geng Mouzan membuat Kinan jarang berkumpul dengan murid lain kecuali anggota geng-nya. Jadi, ketika anggotanya bubar, tidak ada yang ingin menyapa atau berteman dengannya.

"Wah, Kin, lo serius masih punya muka buat tampil di sekolah?" tegur Mauren menyapa Kinan yang berjalan seorang diri di koridor. "Hebat lo karena enggak ikut jejak teman-teman lo yang lain." Mauren, si Ratu gosip tersenyum lebar menatap Kinan.

Kinan diam tak menyahut perkataan gadis yang juga penyebab geng mereka bubar. Andai Mauren tidak bersikap seperti wartawan atau mengatakan pada semua orang betapa bobroknya geng mereka, mungkin saat ini geng mereka masih kumpul bersama.

Kinan ingin marah namun ia tidak bisa melakukannya. Kinan tahu jika Mauren memiliki bekingan dari orang penting di sekolah ini.

Kinan tak ingin mencari gara-gara. Dirinya bukan anak milyuner dan Mauren jelas bukan lawannya.

Hanya mengandalkan sikap baik, ramah, lemah lembutnya lah yang membuatnya bisa bergabung menjadi anggota Muozan juga pacar Alif sebelum ia beralih ke Dino.

"Ah, lihat lo sekarang gue jadi unmood buat bertegur sapa sama lo. Gue out dulu, ya. Bye-bye Kinan!" Mauren melambaikan tangannya dengan gerakan ala miss universe sebelum memilih untuk pergi.

Sementara Kinan hanya bisa menggerutu melihat tingkah laku Mauren. Niatnya yang ingin melangkah pergi terhenti ketika mendengar seruan seseorang.

"Kie!"

Kinan menatap lurus ke depan dimana Alif tengah tersenyum lebar seraya menatap ke arahnya. Hal tersebut kontan membuat Kinan ikut tersenyum membalas sapaan Alif.

Batinnya senang karena ada Alif yang masih menyapanya dengan hangat. Kinan tahu jika Alif masih menyayangi dirinya dan itu terbukti sekarang.

Bergegas, Kinan melangkah mendekati Alif. "Hai Al--" Senyum Kinan surut begitu Alif melewatinya begitu saja.

Pelan tapi pasti Kinan memutar tubuhnya menatap punggung Alif yang terlihat menghampiri seorang gadis dengan posisi tak jauh darinya.

Kening Kinan mengerut tak suka ketika Alif justru menyapa Kiera bukan dirinya. Hal tersebut kontan membuat Kinan mengepalkan tangannya terlebih lagi ketika beberapa murid menatapnya sambil menahan tawa. Bahkan, ada yang terang-terangan mentertawakan Kinan seperti Reza contohnya.

"Ya ampun, Mar, gue pinjem buku lo, please," ucap Reza seraya menatap Martin, temannya yang berdiri tepat di sampingnya.

Martin yang tengah membaca buku dan tak menyadari situasi saat ini menyerahkan begitu saja buku yang tengah ia pelajari isinya.

"Lo mau belajar?" tanya Martin menatap Reza datar, namun yang di tanya justru menggelengkan kepalanya. "Terus?" tanyanya penasaran.

"Gue mau sembunyiin muka gue. Sumpah gue malu banget," ujar Reza seraya menutup wajahnya dengan buku.

"Malu kenapa?"

"Soalnya gue tadi ngira Yuki Kato mau nyapa gue.  Eh, enggak tahunya si Yuki justru lari ke Adipati Dolken.  Gue 'kan jadi malu."

Murid-murid yang mendengar ucapan Reza spontan tertawa lebar.  Mereka tak mempedulikan wajah Kinan yang sudah memerah antara kesal, marah, dan juga malu bercampur satu.

Kiera dan Alif menatap murid lainnya dengan tatapan tak mengerti.

Alif kemudian menatap punggung Kinan. Lalu, apa pun itu Alif memutuskan tak peduli. Pemuda itu mengalihkan tatapannya pada Kiera yang tengah mengerut dahinya.

"Jangan di kerut seperti ini. Nanti lo cepat kelihatan tua," ujar Alif seraya mengelus kening Kiera.

Bulu mata lentik Kiera berkedip beberapa kali kemudian akhirnya membulat sempurna ketika mencerna kalimat yang diucapkan Alif.

"Enggak. Kiera enggak mau kelihatan tua. Kiera muda dan cantik kok," katanya sambil mengusap keningnya sendiri.

Alif terkekeh tanpa sadar. Gadis di depannya masih polos seperti biasa.

"Alif!" Panggilan dari seseorang membuat Alif menoleh ke asal suara dan menemukan sosok Veno tak jauh dari mereka sekarang.

"Kenapa, Ven?" tanya Alif menatap Veno.

"Lo di panggil kepala sekolah sekarang," kata Veno setelah mengatur sedikit napasnya.

Alif mengangguk. Pemuda itu pamit pada Kiera dan setelah itu ia melangkah pergi meninggalkan Kiera bersama Veno dan Naomi.

"Bebeb Naonao." Veno tersenyum aneh, membuat Naomi mengerut jijik.

Naomi cepat-cepat menarik lengan Kiera menjauh dari Veno yang bersikap menyebalkan di depan orang banyak.

Naomi malu!

                      *****

Siang harinya, ketika jam istirahat tengah berlangsung, Kiera berjalan seorang diri di koridor.

Veno sudah pergi menarik Naomi lebih dulu. Lalu, Alif sendiri belum kelihatan sejak di panggil kepala sekolah. Menurut murid yang ditugaskan untuk memberitahu Alif tentang dispen kehadiran Alif di kelas pada guru yang mengajar, jika saat ini Alif tengah mengerjakan beberapa ratus soal yang ditugaskan kepala sekolah entah untuk tujuan apa tidak ada yang tahu.

Langkah Kiera terhenti ketika sosok Kinan menahannya. 

Kiera menatap mata sembab Kinan bingung. Pasalnya gadis itu terlihat habis menangis dan entah untuk alasan apa Kiera tidak tahu.

"Gue mau bicara sama lo. Ini penting," kata Kinan datar.

Alis Kiera terangkat naik sebelah.  Namun, akhirnya ia mengangguk meski dengan perasaan ragu.

Kiera mengikuti langkah Kinan hingga mereka memasuki laboratorium yang sudah tidak terpakai.

Kiera menatap sekeliling ruangan yang sudah dipenuhi dengan jaring laba-laba dan tiba-tiba ia merasa tempat ini sedikit angker.

"Lo lihat ini."

Kinan menunjuk sebuah gambar dari layar ponselnya. Gambar tersebut adalah gambar Alif dan dirinya ketika mereka tengah berlibur ke ancol saat liburan semester pertama kelas sepuluh.

Dalam foto tersebut menampilkan sosok Kinan yang berdiri bersebelahan dengan Alif dengan latar pantai di belakang mereka.

Kinan tampak cantik dengan dress pantai dan Alif tampak tampan dengan celana selutut dan kaos putih yang melekat di tubuhnya.

"Gue dan Alif adalah sepasang kekasih. Hubungan gue dan dia renggang karena ada kesalahpahaman sedikit." Kinan memulai bercerita. "Sampai akhirnya gue milih jadian dengan Dino dan ninggalin Alif."

"Gue cinta  dengan Alif bukan dengan Dino. Gue awalnya mau balik lagi sama Alif. Tapi, karena kehadiran elo yang merusak semuanya, buat Alif menjauh dan benci sama gue."

Kinan terisak di tempat, membuat Kiera membeku berusaha untuk mencerna apa yang di katakan Kinan padanya.

"Sebagai sesama perempuan, lo harusnya ngerti perasaan  gue." Kinan mengusap kasar wajahnya dengan tatapan yang hanya ia tujukan pada Kiera. "Gue minta lo jauhi Alif. Alif itu cinta  sama gue. Sedangkan lo cuma godaan singkat yang buat Alif ragu buat balik sama gue atau tetap stay sama lo."

Kiera kehilangan napasnya. Napas gadis itu tersendat dengan keringat sebesar biji jagung mengalir bebas membasahi dahinya.

Perasaan sakit menghujam jantung Kiera!


ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang