"Alif tahu enggak persamaan antara Alif dan bintang?"
Kiera menatap Alif serius dari layar yang menghubungkan antara dirinya dan Alif.
Saat ini mereka sedang melakukan video call seperti rutinitas sehari-hari yang biasa mereka lakukan.
Meski jam panggilan video tidak teratur, namun keduanya sama-sama akan menjeda aktivitas mereka sejenak jika salah satu di antara mereka melakukan pemanggilan pertama.
"Mmm." Alif mengerut dahinya tengah berpikir akan apa jawaban yang cocok untuk Kiera. "Apa ya jawabannya? Mungkin, sama-sama bersinar?" jawab Alif tak yakin.
Kiera menggeleng kepalanya sambil tersenyum manis. Gadis itu berkata, "salah!"
"Oh, salah? Terus apa jawabannya?" Alif ngulum senyum manis saat melihat ekspresi antusias yang ditampilkan oleh gadisnya di seberang sana.
"Jawabannya adalah, sama-sama jauh tapi dekat di hati." Kiera tersenyum malu-malu menatap Alif. Kedua tangannya ditangkupkan di pipi sementara manik matanya berbinar cerah menatap Alif yang langsung melepaskan tawanya saat mendengar jawabannya.
"Kamu belajar gombal dari mana?" Alif tidak percaya jika Kiera bisa mengucapkan kata gombal tanpa meniru dari siapapun.
"Belajar dari Reza." Jiwa Reza yang berada dalam tubuh Mauren terkadang mengajarkan Kiera kata-kata gombal yang membuat gadis itu menanamkannya dalam pikirannya.
Kiera yang memang cepat belajar tentu saja dapat mencerna dengan mudah. Hal tersebut langsung dia praktikan pada Alif.
"Belajar dari Reza?" Alif mengulum senyum lagi. "Tapi, kamu jangan belajar bergosip dari Mauren ya."
"Kenapa memangnya?" Kiera menatap Alif polos.
"Soalnya hal yang kamu bicarakan terus pasti tentang aku dan aku," kata Alif sambil tersenyum.
"Ih, Alif kok tahu kalau Kiera sering ngomongin Alif."
"Tahu, dong. Kita 'kan satu hati."
Alif menyatukan kedua jari jempol dan telunjuknya hingga membentuk simbol love yang langsung ia arahkan pada Kiera.
"Ugh, Alif." Kiera menunduk sambil tersenyum malu-malu. "Alif tahu enggak apa yang selalu Kiera omongin tentang Alif?"
Alif menggeleng kepalanya sebagai respon.
"Memangnya apa?" tanya pemuda itu lembut."Kiera selalu bilang ke Reza dan Mauren kalau Alif adalah masa depannya Kiera." Gadis itu merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum lebar menatap Alif. "Terus, Kiera dibilang bucin sama Maureen dan Reza," katanya tanpa menghilangkan senyumnya.
"Oh, iya?" Alif mengangkat sebelah alisnya. "Kalau begitu, aku juga bucinnya kamu. Biar kita bisa sama-sama bucin."
Alif mengingat salah satu tayangan yang tidak sengaja ia tonton dan mempraktikkan cara orang Korea mengungkapkan cinta. Jari telunjuk dan jempol dia satukan hingga membentuk seperti tanda plus miring lalu ia arahkan ke depan kamera menunjukkannya pada Kiera.
"Kiera, sarangheo."
"Alif, so sweet banget." Kiera meletakkan kedua telapak tangannya di dada sambil menatap Alif dengan manik mata berbinar cerah. "Jantung Kiera berdebar makin kencang ini," adu Kiera dengan rona merah di pipinya.
"Sama kalau begitu." Satu hal yang paling membahagiakan bagi Alif saat ini adalah menghubungi Kiera dan melihat wajah gadisnya. Meski hanya melalui layar kaca, itu tidak masalah bagi Alif karena itu bisa mengurangi sedikit kerinduannya.
"Alif, udah malam nih. Bobo, yuk. Kiera ngantuk," kata Kiera mulai mengantuk.
"Ya udah, kamu langsung tidur aja. Tapi, panggilannya jangan dimatikan. Biarkan tetap tersambung."
"Kenapa?" Kiera bertanya tidak mengerti.
"Soalnya aku mau mengerjakan tugas. Sambil lihat wajah kamu tidur, sambil mengerjakan tugas, enggak kerasa tugas bakalan selesai cepat," jawab Alif lugas.
"Memang bisa begitu?" Kiera menatap Alif tak percaya.
"Hem. Bisa. Soalnya 'kan kamu adalah vitamin aku."
"Ciyee, Alif."
Kiera mulai menguap. Matanya merah merasakan kantuk yang datang membuat gadis itu akhirnya memejamkan mata dan larut dalam mimpi. Sementara Alif tentu saja mengerjakan tugasnya yang diberikan oleh dosen saat di kampus tadi.
Saat mengerjakan tugas, sesekali Alif akan menatap layar laptop miliknya yang lain dan tengah menampilkan wajah polos gadisnya tengah tidur dalam keadaan pulas. Tidak lupa boneka teddy bear yang dipeluk sebagai guling peneman tidur.
Sementara itu di luar kamar Kiera, Dewa yang baru saja mengintip putrinya dibalik pintu kamar hanya bisa menggeleng geli. Tingkah laku remaja zaman sekarang memang berbeda dengan dirinya dulu.
Pria itu kemudian melangkah menuju kamarnya yang terletak di lantai dasar rumah ini. Tugasnya memang berkeliling ke kamar masing-masing anaknya untuk mengecek apakah mereka sudah tidur atau belum.
Dewa melangkah masuk ke kamarnya dan melihat sang istri tengah melakukan pemijatan dengan kakinya sendiri di atas tempat tidur.
"Kakinya kenapa, Sayang?" Dewa segera menghampiri Alya dan membantu memijat kaki sang istri menggantikan tangan Alya.
"Enggak apa-apa, Mas. Cuma agak keram sedikit tadi," jawab Alya.
Wanita itu memejamkan matanya merasakan nikmat ketika tangan kekar sang suami memijat kakinya. Dewa memang biasa memijat kakinya setiap malam sehabis mereka melakukan rutinitas sehari-hari. Memang benar pijatan suaminya tiada duanya.
"Masih keram, Sayang?" Dewa bertanya menatap Alya. Istrinya masih terlihat cantik meski tidak semuda waktu pertama kali mereka menjalin hubungan.
"Udah enggak, Mas. Sepertinya kakiku sudah ketergantungan dengan pijatan Mas," jawab Alya. Tak lupa senyum manis tersungging di sudut bibirnya menatap penuh cinta pada sang suami yang menemaninya dari masa-masa tersulit hingga saat ini.
Dewa tersenyum manis. "Mas senang kalau kamu ketergantungan dengan pijatan Mas. Itu tandanya--" Tangan Dewa bergerak menjawil hidung Alya dan berkata, "kamu bakal enggak bisa jauh-jauh dari mas."
Alya terkekeh santai. "Sudah tua masih saja menggombal kamu, Mas."
Keduanya saling menatap penuh cinta. Semakin dewasa umur mereka, rasa cinta mereka semakin berkembang dengan rasa ingin menjaga dan saling memiliki. Tentunya, meskipun banyak godaan wanita atau cobaan lain di luar sana, Dewa tetap mempertahankan cintanya untuk Alya. Wanita yang sejak dulu hingga sekarang selalu menjadi prioritasnya.
"Udah malam. Waktunya kamu tidur." Dewa memperingati Alya sembari menatap istrinya penuh cinta. Saat ini sudah pukul 11 malam dan memang saatnya Alya tidur.
"Kamu juga tidur, Mas. Udahan pijat kaki aku," kata Alya pada Dewa. Namun, pria itu justru menggelengkan kepalanya pelan.
"Aku bakalan selesaikan pijatan ini kalau kamu sudah tidur nyenyak." Dewa tersenyum manis. "Sekarang kamu tidur. Besok pagi kita keliling kompleks bareng."
Alya menganggukkan kepalanya. Wanita itu dibantu Dewa merebahkan tubuhnya pada sandaran bantal. Sementara Dewa sendiri melanjutkan pijatannya pada kaki Alya. Dewa merasa senang karena sedikit demi sedikit Alya sudah bisa berjalan dengan lancar.
Terima kasih pada Tuhan karena istrinya diberi kesehatan dan umur panjang. Bagi Dewa, bagaimanapun kondisi Alya dia tetap akan menerima dengan sepenuh hati. Karena mencintai sama dengan menerima.
Usai memijat kaki Alya dan memastikan istrinya tidur dengan lelap, Dewa merebahkan tubuhnya di samping sang istri. Kemudian menarik selimut hingga sebatas dada dan memeluk Alya dari samping.
Saatnya Dewa tidur bersama wanita tercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALKIE (POSSESSIVE)
Teen FictionHidup Alif syegaf hancur berantakan ketika ayahnya dinyatakan meninggal akibat serangan jantung ketika mengetahui istrinya kabur membawa semua aset berharganya. Alif yang terbiasa hidup enak kini harus berjuang seorang diri guna mencari uang untuk m...