27

19.3K 1.5K 29
                                    

PART 27


Kiera mengerucut bibirnya sebal mendengar ocehan Naomi yang tidak berhenti sejak satu jam yang lalu.

Kiera heran sendiri dengan bibir Naomi yang tidak merasa lelah sama sekali mengomel.

"Itu bibir kamu kenapa? Mau di karetin?" tegur Naomi menatap Kiera gemas.

"Ih, jangan, Naomi. Nanti bibir Kiera sakit," ujarnya sembari menutup bibirnya dengan tangan.

"Habis kamu nyebelin sih. Bisa-bisanya kamu enggak melawan waktu di bully sama cewek-cewek itu," ujar Naomi masih merasa kesal.

"Mereka kan, bertiga. Kiera sendirian. Jadi, pasti Kiera kalah," ungkapnya tak mau kalah.

"Terserah lah. Aku juga sudah mengabari mama dan papamu kemarin. Mungkin hari ini mereka terbang ke Indonesia," ujar Naomi dengan tangan terlipat di dada.

Hari ini adalah hari kedua Kiera berada di rumah sakit. Naomi sengaja tidak masuk sekolah karena ingin menjaga Kiera di rumah sakit. Sedangkan Alif, pemuda itu sudah pulang tadi pagi dan mungkin tengah berada di sekolah.

"Mama dan papa Kiera mau pulang hari ini?" tanyanya tak percaya. Ada rasa senang di hatinya saat orang tuanya akan datang mengunjunginya.

"Hmm. Kalau enggak ada halangan mungkin mereka pulang hari ini," ujar Naomi disambut pekikan bahagia Kiera.

Kedua gadis remaja itu bercerita, makan siang bersama, dan bahkan sempat tidur siang hingga sore menjelang.

"Naomi, kok Alif enggak datang, ya? Padahal katanya tadi sore mau datang," ujar Kiera dengan kening mengerut.

Naomi mengangkat bahunya cuek. Bi Ani dan Mang Asep sudah pulang saat mereka tidur siang tadi.

Kedua pasangan itu sudah meminta maaf dan memohon agar Kiera mau memaafkan putri mereka. Kiera pun memaafkannya karena ia tidak menyimpan dendam pada orang lain. Tapi, Kiera tidak tahu jika ketiga gadis yang sudah melakukan tindak bully padanya sudah di drop out dari sekolah.

"Ya sudahlah enggak apa-apa. Kita bisa pulang sendiri 'kan? Tenang saja. Aku bawa mobil kok," ujar Naomi santai.

"Oke." Kiera mengangguk saja. Lagipula mungkin Alif sedang sibuk, pikirnya.

Sore ini dokter sudah mempersilakan dirinya untuk pulang ke rumah karena ia sudah di nyatakan sehat oleh dokter dan itu membuat Kiera bahagia.

Pukul lima sore, kedua gadis itu melangkah keluar dari ruang inap Kiera dengan administrasi yang sudah di lunasi Dewa membuat mereka tidak kesulitan untuk langsung pulang.

Lift yang membawa mereka ke lantai dasar terbuka. Keduanya berniat melangkah keluar dari rumah sakit. Namun, langkah keduanya harus terhenti ketika melihat sosok yang mereka kenali berdiri tak jauh dari posisi mereka saat ini.

"Itu Alif, kan?" Kiera mengernyit menatap sosok yang ia kenali tengah menatap pintu UGD dengan tatapan kosong.

Pintu lift memang terletak tak jauh dari ruang UGD sehingga membuat mereka bisa melihat aktivitas di sekitar poli gawat darurat.

"Kita samperin aja," ujar Naomi menarik lengan Kiera menuju posisi Alif.

"Alif, kenapa ada di sini?" tanya Kiera saat sudah sampai di dekat Alif.

Alif menoleh dan terlihat matanya memerah seperti habis menangis.

Alif tampak rapuh saat ini. Apalagi tatapan pemuda itu yang terlihat seperti putus asa.

"Kiera," lirihnya mendekati Kiera.

Tanpa kata, pemuda itu memeluk Kiera erat dan menumpahkan tangisnya di pelukan Kiera.

Alif tidak sanggup pura-pura tegar di saat banyak masalah menghampirinya seperti ini.

"Alif kenapa? Bilang Kiera." Kiera menepuk punggung Alif yang masih memeluknya. Gadis itu tidak tahu apa penyebab Alif menangis.

"A-alice kecelakaan dan masih ditangani dokter," ujar Alif dengan suara tersendat oleh tangis.

Kiera dan Naomi saling menatap terkejut mendapati informasi ini.

"B-bagaimana bisa?" Naomi menutup mulutnya tak percaya mendengar pernyataan Alif barusan.

Alif melepas pelukannya pada Kiera dan menghela napas sedih. Alif menceritakan kronologi yang terjadi tadi saat ia pulang dari sekolah dan berniat mengganti pakaiannya lalu ke rumah sakit untuk menjenguk Kiera. Alvin datang dan memberitahunya jika Alice kecelakaan tak jauh dari tempat toko kelontongnya berada.

Alice yang saat itu akan menyeberang jalan tidak menyadari kehadiran sebuah pick up yang langsung menerjang tubuh kecil Alice.

Alif tadi tidak sendiri di rumah sakit. Dia bersama Bi Dewi dan juga Alvin. Tapi kedua orang itu sedang pulang.

Alvin mengurus kecelakaan tersebut di kantor polisi, sementara Bi Dewi pulang ke rumah untuk mengambil pakaian mereka.

"Alif yang sabar ya. Kiera yakin Alice pasti kuat," ujar gadis itu menenangkan Alif.

"Sorry, Kie, uang hadiah jatah lo waktu kita ikut lomba gue pakai buat bayar DP pengobatan Alice." Alif menatap Kiera dengan pandangan menyesal. "Gue buntu banget tadi dan enggak bisa mikir panjang. Itu aja dokter kasih waktu gue sampai besok buat lunasin sisanya. Gue benar-benar minta maaf," ujar Alif memohon maaf pada Kiera.

Jika tidak karena terpaksa, uang yang di berikan  kepala sekolah padanya tadi, Alif tidak akan mau memakainya dan membayarnya pada pihak rumah sakit.

"Kiera enggak apa-apa kok, Alif. Lagi pula Kiera juga enggak pakai uangnya," ujar Kiera menepuk pundak Alif. Matanya berkedip polos sembari menyemangati Alif untuk tetap tegar.

"Thanks, Kie." Alif tersenyum tulus seraya mengusap kepala Kiera lembut.

Sementara di samping Kiera, Naomi hanya duduk tenang di kursi dan tidak mengganggu mereka.

Naomi dan Kiera akhirnya memutuskan untuk pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Keadaan Alice sudah baik-baik saja dan membuat mereka semua mendesah lega karena Alice sudah melewati masa kritis.

Kiera pamit pada Alif dan berjanji akan kembali lagi keesokan harinya.

_____

Keesokan harinya Kiera bersama Naomi yang tidak masuk sekolah memutuskan untuk menemani Alif di rumah sakit.

Orangtua Kiera sudah menghubunginya dan mengatakan jika mungkin besok mereka tiba di Indonesia karena masih mengurus surat kepindahan mereka.

Alya dan Dewa memutuskan untuk menetap di Indonesia karena sudah tidak bisa berjauhan terus-menerus dari putri  mereka.

Mereka juga mengatakan jika kaki Alya sudah mulai bisa bergerak bebas. Jalannya pun sudah lincah seperti biasa. Hal itu kontan membuat Kiera bahagia bukan main.

Kiera dan Naomi menatap Alif yang tengah berbincang serius dengan seorang suster. Hal tersebut kontan membuat Kiera dan Naomi mendekat dengan rasa penasaran yang tinggi. Mereka menduga jika suster tersebut mengatakan sesuatu tentang Alice hingga Alif terlihat frustrasi.

"Alif, Alice kenapa?"

Alif menoleh dan menggeleng sedih.
"Alice udah sadar. Tapi--" Alif menghela napasnya berat dengan beban yang menggelayut di pikirannya. "Pihak rumah sakit udah tanya sisa pembayaran. Gue enggak tahu harus cari kemana uang sisanya," jelasnya menampilkan ekspresi frustrasi.

Mendengar itu, Kiera mengerut dahinya sebentar sebelum ia menjentikkan jarinya dengan ekspresi senang.

"Kiera bisa bantu," ujar gadis itu membuat Alif menatapnya antusias.

"Caranya?"

Kiera tak menjawab dan justru menghubungi seseorang untuk membantu masalah mereka kali ini.

"Alif tenang saja, ya. Bantuan akan segera datang."

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang