7. [Puisi ]

23K 1.7K 83
                                    

PART 7


Kinan menyeka keringat di dahi kekasihnya yang terlihat lelah setelah permainan basket tadi.

"Capek banget? Ini minuman kamu," ujar Kinan menyerahkan sebotol minuman isotonik untuk Dino.

Dino tentu saja menyambut botol pemberian Kinan dengan senyum lebar menghiasi wajah tampannya.
"Makasih, Sayang," ujar Dino  lembut.

"Enggak usah terima kasih. Kan, itu sudah jadi tugas aku sebagai pacar kamu." Dengan senyum manis nan lembut, Kinan berhasil membuat Dino terpesona untuk yang kesekian kali.

"Bangga deh, punya pacar kayak kamu," kata Dino mengacak pelan rambut kekasihnya. Tidak sampai di situ saja, bahkan dengan berani Dino mengecup kening Kinan di lapangan basket dan disaksikan oleh banyak pasang mata.

Hal tersebut sebenarnya tabu untuk dilakukan di sekolah. Namun, karena tidak ada guru yang memergoki keduanya dan hanya di lihat oleh murid-murid, hal tersebut tidak akan mendapat hukuman atau teguran dari sekolah.

"Angin kemarau membawa panas. Daun kering berjatuhan, sementara sepasang gagak pergi meninggalkan dahan yang kini terhanyut sepi."

Sebait puisi ngaur terdengar di penjuru lapangan basket hingga sampai ke telinga Dino dan Kinan. Kedua pasang pengkhianat itu menoleh secara bersamaan ke sumber suara hanya untuk melihat seorang murid laki-laki di dekat pohon pinus.

Remaja laki-laki yang dikenal sebagai Reza, si pemuda pembuat puisi paling tidak diminati itu terus membaca beberapa syair puisi cinta hingga sebuah suara tepuk tangan terdengar.

Reza menoleh ke asal suara tepuk tangan. Kemudian dirinya tidak bisa untuk tidak tertegun ketika matanya menangkap sosok bersahaja yang melangkah di bawah terik matahari.

Sosok gadis dengan rambut panjang sepunggung dengan kulit putih bersih mampu membuat murid-murid tidak hanya Reza bahkan Dino pun tertegun akan kecantikan alami yang tengah menyeberangi lapangan.

Wajah putih bersih di hias dengan pipi bulat dengan bulu mata lentik, serta bibir mungil seperti barbie kini berada dalam jarak dekat dengan Reza.

"Hei! Kiera suka puisi dan puisi yang kamu baca tadi itu bagus!" Kiera berseru bersemangat tak lupa dengan tepuk tangan yang ia berikan khusus pada si pembaca puisi.

"Kiera?" Tanpa sadar Reza mengulang kembali sebuah nama yang disebut gadis itu tadi. Nama dia, kah?  Batin Reza bertanya-tanya.

Kiera menepuk dahinya dan tersenyum polos. Gadis cantik itu mengulurkan tangannya di hadapan Reza sembari memperkenalkan dirinya.

"Lupa kenalin diri. Kiera namanya Kiera. Kamu siapa?"

Seperti anak kecil yang melakukan perkenalan diri, Kiera pun melakukan hal tersebut.

Sesaat Reza bingung ingin dengan ucapan gadis di depannya. Kemudian ia mulai mengerti dan menyambut uluran tangan Kiera tak lupa dengan senyum lebarnya.

"Gue Reza. Pangeran roman di sekolah ini."

"Pangeran roman?" Kiera menatap tak mengerti dengan ucapan Reza.

Tersenyum percaya diri, Reza merapikan kerah bajunya. Pemuda tampan dengan tubuh sedikit berisi itu berujar, "iya. Gue cowok paling romantis dengan jutaan puisi cinta  yang udah gue ciptakan sepanjang hari."

Sampai di sini bahkan Kiera masih tak mengerti dengan apa yang diucapkan Reza. Namun, gadis berpipi bulat itu tidak terlalu mau ambil pikiran dan justru membahas soal puisi yang dibacakan Reza tadi.

"Kiera juga suka puisi. Mama sering ajarin Kiera buat baca puisi Indonesia," ujar Kiera bangga.

Mendengar ucapan Kiera, Reza sedikit tertarik.
"Oh, iya. Coba baca, gue pengen denger," pinta Reza antusias. Sangat jarang dirinya bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki hobi yang sama dengannya.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang