12 [Chika' fake]

18.9K 1.3K 48
                                    

            PART 12.

Kiera mendongak  saat sebuah tangan putih dengan berani menggebrak mejanya.

Kiera sedikit terkejut saat melihat sosok Chika berdiri di depannya dengan tangan terlipat di dada dan sorot angkuh yang tidak harus dimiliki anak seusia dirinya.

"Chika, kenapa pukul meja Kiera?" tanyanya menatap Chika tak mengerti.

Sekarang ia tengah bersama murid lain di dalam kelas, sedangkan Alif saat ini tengah berada di kantor kepala sekolah untuk membahas keikutsertaan Alif dalam perlombaan cerdas cermat tingkat nasional.

"Gue di sini cuma mau kasih peringatan ke elo buat enggak dekat-dekat sama Dika. Lo itu enggak level sama dia.  Yang cocok itu teman gue ini--" tunjuk Chika pada Emisa yang berdiri di belakangnya. "Teman gue ini, Emisa. Mereka sama-sama sederajat. Enggak kayak elo." Jari telunjuk Chika mengarah tepat di depan Kiera.

Chika bahkan dengan bangga mengakui jika Emisa dan anggota lainnya adalah temannya, membuat murid-murid yang mendengarnya tidak bisa untuk tidak mendengkus dalam hati.

Meski ada banyak murid yang ingin bergabung dengan geng itu, masih ada banyak murid lainnya yang berpikir normal untuk tidak ikut hal-hal seperti itu. orang-orang cerdas seperti itu tidak memikirkan apapun tentang popularitas karena mereka lebih suka mengejar cita-cita yang belum terwujud.

"Kiera enggak dekat sama Dika kok. Kan, Dika yang selalu ajak Kiera ngobrol." Kiera mendongak menatap Chika dan yang lainnya polos.

"Yakin lo enggak ngedeketin Dika?" Chika tersenyum sinis dan tanpa diduga gadis itu menyiram satu botol minuman ke atas kepala Kiera.

Kiera dan bahkan semua yang ada di kelas kontan memekik terkejut dengan aksi Chika.

"Chika! Kenapa siram Kiera pakai air?" Kiera bangkit berdiri menatap tubuhnya yang sudah basah kemudian beralih menatap Chika dengan mata melotot.

"Itu buat peringatan gue dari elo. Jauhi Dika karena dia enggak level sama lo." Chika berujar sinis menatap Kiera tajam.

Kemudian Chika menatap dua orang temanya --Emisa dan Rinka-- dengan pandangan yang mereka sendiri yang tahu artinya.

Keduanya mengangguk dengan senyum puas yang tersungging di bibir mereka. Lalu, tangan mereka bergerak merangkul pundak Chika dan membawanya keluar dari kelas meninggalkan Kiera yang menganga tak percaya.

"Kiera salah apa ya?" Kiera menatap sedih pada murid-murid di kelas.

"Lo enggak salah. Jangan pikirin orang-orang bodoh kayak mereka."  Seorang murid perempuan menyerahkan sebuah tisu pada Kiera. "Keringin muka lo," katanya menatap Kiera kasihan.

Gadis cantik berpipi chuby dengan mata bulat seperti boneka tersenyum menerima tisu pemberian teman sekelasnya.

"Makasih ya udah kasih Kiera tisu," ujar Kiera tak memiliki ekspresi sedih lagi.

"Nih." Veno yang semula tiduran di kelas bangkit dari duduknya melempar sebuah jaket hitam miliknya yang disambut Kiera dengan refleks.

Kiera berkedip dua kali. Tatapannya beralih menatap jaket dan Veno secara bergantian.

"Kok lempar Kiera dengan jaket? Buat apa?"

"Buat nutupin baju lo yang basah dan kelihatan dalamannya," sahut Veno acuh. Pemuda itu kembali merebahkan kepalanya di meja, melanjutkan aktivitas tidurnya yang tertunda.

"Tapi, Kiera pakai baju daleman."

"Udah, lo pake aja jaketnya.  Jarang-jarang si Veno mau berbuat baik." Salah seorang murid perempuan menyarankannya, membuat Kiera mengangguk.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang