14

20K 1.4K 41
                                    

               14. Kinan cemburu

Langkah kaki Kiera membawa gadis itu menuju lapangan sekolah. Hari ini Alif terlambat masuk dan membuat pemuda itu di hukum oleh guru dengan cara berdiam diri dibawah tiang bendera.

Kiera tidak membawa tangan kosong. Di tangan kanannya terdapat sebuah plastik berisi kue Alif yang sudah mau habis karena ia jual, dan sebelah kirinya ada botol minuman yang ia bawa dari rumah.

Kiera menatap Alif yang masih berdiri tegap di bawah tiang bendera sementara didekat pemuda itu ada sosok Kinan yang berusaha untuk memberikan Alif minuman yang tentu saja ditolak pemuda itu.

"Alif," panggil Kiera dengan suara imut.

Keduanya menoleh dan menatap Kiera yang berdiri tak jauh darinya.

Saat ini adalah jam istirahat sehingga banyak murid berhamburan keluar dari kelas. Bahkan, ada beberapa siswa yang menatap ke arah ketiga remaja yang berada ditengah lapangan.

"Kiera? Lo ngapain di sini? Panas, nanti lo hitam," ujar Alif menatap Kiera dengan senyum kecil.

"Kiera enggak takut hitam kok. Ini Kiera bawa Alif minum. Alif pasti haus 'kan?" Kiera menatap Alif polos.

Gadis cantik itu mendekat dan menyerahkan botol minuman bergambar Hello Kitty pada Alif.

"Thanks, ya, Kie."

Alif tersenyum dan mengambil botol minuman dari tangan Kiera, membuat Kinan yang berada diantara mereka menggeram tak suka.

"Hmm." kiera mengangguk dua kali. Gadis itu kemudian menunjukkan plastik yang ia pegang sedari tadi. "Ini kuenya sisa tiga. Tadi kiera jualin ke teman-teman yang lain. Alif enggak marah, kan?"

Gadis cantik bermata bulat itu menatap Alif takut-takut. Kiera sebenarnya takut jika Alif akan marah, namun ia juga tidak tega jika melihat dagangan Alif masih utuh.

"Enggak apa-apa." Alif tersenyum dan menggeleng pelan. "Lo enggak malu jualan kue tadi?"

Alif menatap Kiera dengan sebelah alis terangkat. Alif menduga jika Kiera pasti malu untuk menjualkan dagangannya, namun gelengan gadis itu membuat Alif sedikit tak percaya.

Harusnya Kiera malu menjual kue-kue itu pada murid lain, namun yang terjadi justru gadis itu bersikap biasa saja.

"Kenapa lo enggak malu?"

Kiera menggosok hidungnya menatap Alif malu-malu.
"Kan, kata mama dan papa Kiera, kalau Kiera enggak mencuri atau melakukan kejahatan untuk apa Kiera malu," sahutnya terdengar polos, membuat Alif tersenyum gemas.

"Iya. Enggak perlu malu dengan apa yang kita lakukan selama enggak merugikan orang lain." Alif mengacak poni Kiera kemudian merapikannya kembali.

"Benar.  Kiera enggak malu karena sudah bantu Alif. Kalau dagangan Alif enggak laku 'kan Alif pasti sedih. Terus kalau Alif sedih Kiera juga ikut sedih."

Bola mata gadis itu berkedip polos menatap Alif yang tertegun mendengar jawabannya.

"Ah, Kiera, lo kok so sweet banget 'sih? Gue 'kan pengen jadi pacar lo kalau gini ceritanya," celetuk sebuah suara membuat ketiga remaja itu menoleh secara bersamaan.

Reza tersenyum dengan manis menatap Kiera yang kini mengernyitkan dahinya. "Reza di sini juga? Tapi, maaf ya Za, Kiera enggak mau jadi pacar Reza," ujar Kiera dengan wajah penyesalan.

"Gue langsung ditolak, nih?" Reza menyentuh letak jantungnya sembari menatap Kiera dengan sedih.

"Iya." Kiera mengangguk masih dengan ekspresi tak enak hati. "Kiera enggak dibolehin pacaran sama papa. Kata papa laki-laki yang serius sama Kiera harus berhadapan dengan papa dulu," ujarnya dengan serius.

Alif menatap Kiera lamat-lamat berpikir tidak mungkin untuk Kiera mengatakan hal itu jika sang papa tidak memberi wejangan seperti itu pada Kiera.

"Berarti kalau gue mau serius sama Kiera, gue enggak bisa pacarin dia, tapi ngomong langsung ke bokapnya," batin Alif berujar dengan serius.

Alif menggelengkan kepalanya berusaha untuk mengenyahkan pikirannya. Mereka masih sekolah dan tidak ada hal seperti itu dalam kamusnya. Hidupnya harus berfokus pada sekolah dan mencari uang untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Namun, mungkin rencana Alif hanya tinggal rencana karena ketika hati sudah tidak bisa menahan perasaan cinta  yang datang karena kebersamaan mungkin ia tidak akan bisa menolak alur cerita yang sudah ditentukan oleh sang pencipta.

"Aelah, Kiera, gue bercanda kok. Enggak serius." Reza mengibas tangannya di depan Kiera sambil terkekeh karena Kiera terlalu menganggap serius ucapannya.

"Ih, Kiera juga serius kok, enggak bohong." Kiera mengerucut bibirnya menatap Reza sebal.

Reza terkekeh menatap Kiera sebentar kemudian tatapannya beralih menatap Kinan yang terdiam sejak tadi.

"Lo ngapain di sini, Kinan? Bukannya lo udah beda kasta ya sama Alif. Kok masih mau dekat-dekat Alif?" tanyanya menatap Kinan dengan ejekan.

"G-gue--"

Kinan tergagap tidak bisa berkata-kata membuat serigaian Reza semakin lebar. "Ah, gue tahu nih. Ini pasti lo enggak terima 'kan kalau Alif dekat cewek lain? Kenapa? Lo gagal move on?" ujarnya lagi terdengar menggoda Kinan.

Wajah Kinan memerah antara marah dan kesal, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena apa yang diucapkan Reza memang benar.

"Sayang banget, kayaknya Alif udah enggak mau lagi sama lo," ujar Reza menatap Kinan serius.

Kinan mengepalkan kedua tangannya menatap Reza kesal karena merasa dipojokkan.
"Lo kok kayak cewek aja 'sih? Apa karena sering main sama Mauren si biang gosip lo jadi ketularan kayak mulut perempuan?" tandasnya tanpa menahan rem di mulutnya.

"Wow!" Reza berseru kagum menanggapi ucapan Kinan. "Sekarang lo lagi ngeluarin taring nih ceritanya?"

Reza terkekeh karena berhasil memancing Kinan, kemudian tanpa kata ia berbalik pergi meninggalkan Kiera, Alif,  dan juga Kinan.

Ketiga remaja itu bingung mengapa Reza tiba-tiba meninggalkan lapangan, namun segera pertanyaan dibenak mereka terjawab saat melihat sosok Mauren yang  menghampiri ketiganya.

"Ya ampun, Kinan, ngapain lo di sini? Jangan bilang karena lo minta balikan sama Alif ya?" seru Mauren tak percaya. Tangan gadis membuka note book di tangannya dan mulai menulis hal-hal yang ia lihat barusan ini. "Ini bakal jadi gosip paling hitz yang bakal banyak orang enggak percaya," gumamnya terfokus pada tulisannya.

"Lo apa-apaan 'sih? Enggak usah fitnah ya. Gue enggak ada ngajak Alif balikan," ujar Kinan menatap Mauren sebal. Kinan tidak bisa menunjukkan kemarahan ekstra pada Mauren karena masih ada Alif disini. Ia tidak akan lepas kendali seperti saat berhadapan dengan Reza tadi.

"Terus kalau lo enggak ada niat buat ajak Alif balikan,  lo ngapain di sini?" sahut Mauren tak mau kalah.

"Karena gue mau kasih dia air minum."

Mauren menatap tangan Alif yang memegang botol minum karakter hello kitty, kemudian beralih menatap tangan Kinan yang memegang botol air minum mineral.

Mauren terdiam sejenak sebelum tawa besarnya terdengar membahana di lapangan membuat murid lain segera menoleh menatap ke arah mereka.

"Dan lo ditolak?" katanya disela-sela tawanya.  Mauren bahkan sampai memegang perutnya karena terlalu asyik tertawa.

"Apa gue bilang, Kinan  kalau sebenarnya lo itu mepet Alif biar bisa  balikan lagi sama lo," ujar Mauren menyeringai senang. "Karena bagi gue sang Ratu gosip kalau gosip adalah fakta yang tertunda. Lo lihat aja pasti enggak akan lama lo bakal merengek sama Alif minta  balikan."

Mauren berbalik pergi begitu saja karena apa yang ingin ia dapatkan dan sampaikan akhirnya tercapai. Gadis itu meninggalkan keheningan antara ketiga remaja yang berdiri diam di tempat.

"Alif, Kiera masuk kelas dulu ya."

Kiera pamit dan pergi meninggalkan lapangan. Sambil berjalan Kiera menyentuh dadanya dan mengernyit saat merasakan perasaan tak nyaman yang menghampirinya.












ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang