16.

18.9K 1.5K 54
                                    

               16: Alif, jantung Kiera sakit.

Makan malam berlangsung dengan khidmat antara Kiera dan Naomi.  Kiera tadi sudah meminta Bibi Ani dan Mang Asep untuk makan bersama, namun segera ditolak oleh Ani karena merasa sungkan.

Jika itu ada di rumah mereka maka ia tidak segan untuk makan bersama sang majikan, namun ini adalah rumah sang majikan yang tidak mungkin ia bisa berbuat seenaknya.

"Kie, kamu habis ini mau ngapain? Keluar yuk," ajak Naomi usai mereka menyelesaikan makan malam.

Kiera yang tengah meneguk jus dalam gelas mendongak menatap Naomi dengan mata bulat yang berkedip polos.

"Mau kemana?" tanyanya pada Naomi.

"Terserah yang penting kita jalan-jalan." Naomi mengangkat bahunya karena ia tidak memiliki tujuan untuk pergi.

Mereka berdua sama-sama tidak hafal area Jakarta selain rute dari rumah ke sekolah dan sekolah ke mall.

"Ke rumah Alif mau?" usul Kiera membuat Naomi diam-diam mendengkus dalam hati.

Jika sedang jatuh cinta  memang seperti itu, dengkus batin Naomi. Tidak bisa jauh-jauh meski hanya berkisar jarak beberapa jam saja.

"Oke deh kalau begitu."

Kiera bersorak senang membuat Naomi diam-diam tersenyum melihat ekspresi bahagia Kiera. Naomi berharap Kiera akan bisa merasakan kebahagiaan sepanjang hidupnya.

Tugasnya di sini selain karena ia tak betah jauh-jauh dari Kiera, ia juga mendapat mandat dari ayahnya Kiera untuk mengawasi putrinya yang masih polos.

Dewa memang tidak membatasi putrinya untuk memiliki kekasih, namun pemuda yang mendekati putrinya harus jelas dan tidak memiliki niat tersembunyi. Dewa tak ingin putri  kesayangannya patah hati karena bocah ingusan.

Kedua gadis remaja itu menaiki mobil Naomi menuju rumah kontrakannya Alif yang tak jauh dari kompleks perumahan yang ditempati Kiera.

Sesampainya di depan rumah Alif, mereka turun dari mobil dan melangkah menuju depan rumah.

"Alif," panggil Kiera ketika melihat Alif tengah duduk di lantai dengan Kinan di sampingnya. Ada seorang gadis lain yang juga duduk di sisi lain Alif tengah terfokus pada buku di hadapannya.

Ketiga remaja yang tengah fokus menjawab soal di buku segera menoleh hampir secara bersamaan.

"Kiera?  Kok malam-malam keluar rumah?" Alif bangkit berdiri menghampiri Kiera yang berdiri di depan pintu. "Lo juga enggak pakai jaket. Ini malam. Kalau lo masuk angin, gimana?" Pemuda tampan itu menuntun Kiera untuk masuk dan duduk diikuti Naomi yang memperhatikan Alif sedari awal.

"Kiera cuma nemenin Naomi keluar. Kata Naomi dia pengen keluar rumah," jawab Kiera polos.

Naomi yang berada di sisi lain Kiera mencibir dalam diam melihat bagaimana Kiera seolah mengambing hitamkan dirinya. Padahalkan niatnya untuk keluar jalan-jalan keliling kota bukan justru pindah dari rumah satunya ke rumah ini. Jika begitu apa bedanya? Dengkus batin Naomi sebal.

"Kalian kok belajarnya malam-malam?" tanya Naomi bingung.

"Tadi gue sempat kerja di toko karena toko lagi ramai." Alif menjelaskan dengan tenang. "Jadi, gue belajarnya malam dan baru sekarang," tambahnya yang diangguki Naomi.

"Alif, belajar aja lagi. Ini Kiera cuma mau lihat-lihat Alif aja kok. Kiera enggak mau ganggu Alif," ujar Kiera pada Alif.

"Iya. Enggak apa-apa 'kan?" tanya Alif takut jika Kiera akan merasa bosan di sini.

Kiera tersenyum dan menggeleng pelan sebagai tanggapannya.

Alif kembali mengerjakan soal-soal yang belum terpecahkan sementara Kiera dan Naomi hanya menonton ketiga remaja lainnya belajar.

Kinan berusaha bersikap intim dengan Alif. Selalu mencari celah untuk membuat  perhatian Alif jatuh padanya. Bahkan, Kinan dengan sengaja merapatkan tubuhnya dengan Alif seolah menunjukkan pada Kiera jika ia yang lebih cocok dan baik berada di dekat Alif.

Alif yang memang tidak memperhatikan lingkungan sekitar hanya terfokus pada buku pelajaran hingga Kinan semakin menjadi dan jantung Kiera berdenyut tak nyaman.

"Ehem!" Naomi berdeham hanya untuk mengalihkan perhatian orang-orang sekitar. Mereka semua menoleh menatap Naomi bingung.

"Gue mau tanya. Memangnya kalau kerja kelompok or belajar bersama seperti ini harus duduk terlalu dekat gitu, ya?" tanya Naomi dengan sebelah alis terangkat.

Alif menatap Kinan yang memang terlalu menempel padanya. Sadar akan hal itu segera Kinan bergerak sedikit menjauh dengan canggung.

"Terus, ini kalian belajar kelompok untuk apa?" tanyanya lagi.

Angel yang merupakan bagian dari kelompok Alif dan Kinan menjawab pertanyaan murid dengan aksen british yang kental itu.

"Ini untuk lomba cerdas cermat tingkat nasional. Kalau lo enggak ngerti sebut aja namanya adu pintar dengan murid dari sekolah lain."

Mendengar penjelasan dari gadis tak dikenal itu, Naomi mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Berarti murid yang terpilihnya harus benar-benar pintar dong?" tanya Naomi sekali lagi yang tentunya diangguki dengan pasti oleh Angel.

"Tapi, kenapa dia tanya terus dari tadi. Kayak orang bodoh gitu," ujar Naomi sambil menunjuk ke arah Kinan.

Mendengar itu Angel tertawa kecil. Gadis bule ini blakblakan banget, pikir Angel.

Kinan mencengkram buku di tangannya mendengar Naomi mengejeknya sebagai gadis bodoh. Padahal ia bisa menjawab soal-soal dibuku tanpa bertanya pada Alif. Namun, ia melakukan itu karena ingin mencari perhatian Alif dan menunjukkan pada Kiera hubungannya dengan Alif.

Awalnya ia pikir jika ia sudah berhasil membuat Kiera sakit hati, namun pertanyaan yang diberikan oleh Naomi, membuat semuanya hancur.

"Lif, toilet dimana ya? Aku mau ke toilet."

Kinan menatap Alif. Saat ini keinginan Kinan adalah mengalihkan topik yang diusungkan oleh Naomi.

Alif bangkit berdiri di ikuti Kinan, namun belum sempat Kinan berdiri tegap, kakinya yang seperti jely membuatnya tidak bisa berdiri tegap dan hampir jatuh ke lantai jika tubuhnya tidak segera di tahan Alif dari samping.

Kedua tangan Alif melingkari pinggang Kinan dengan erat.

Kiera memegang letak jantungnya yang lagi-lagi berdenyut menyakitkan ketika melihat bagaimana Alif dengan refleks menjaga keseimbangan Kinan dengan cara seperti itu.

"Alif, jantung Kiera sakit."

Suara lirih Kiera menyentakkan Alif hingga membuatnya melepaskan tangannya dari pinggang Kinan. Alif menatap Kiera yang memegang dimana letak jantung dan hatinya.

"Kie, lo sakit?" Segera Alif menghampiri Kiera tak memperdulikan suara rintihan Kinan yang terjerembab ke lantai.

"Kiera enggak apa-apa. Kiera mau pulang aja. Naomi mau pulang?" Kiera mengalihkan perhatiannya pada Naomi yang dengan sigap berdiri dan menghampiri Kiera.

"Kamu enggak apa-apa, Kie?" tanya Naomi panik.

Kiera tersenyum dan menggeleng pelan.
"Kiera mau pulang," katanya lagi.

Naomi mengangguk dan dengan sigap menarik lengan Kiera keluar di ikuti Alif.

"Kie, lo benar enggak apa-apa?" tanya Alif tanpa menghilangkan tatapan khawatirnya.

Gadis cantik itu mendongak menatap Alif. Mata polosnya berkedip dua kali dan menganggukkan kepalanya mencoba meyakinkan Alif.

"Kiera enggak apa-apa. Jantung dan hati Kiera sakit dan enggak tahu apa sebabnya."

Alif tertegun mendengar jawaban polos Kiera. Mulutnya terbuka dan ingin mengucapkan sesuatu, namun gadis itu sudah berbalik keluar dari teras rumah dan masuk ke dalam mobil.

Alif menyentuh dadanya yang berdenyut sakit. Ia tidak tahu mengapa tapi melihat ekspresi Kiera tadi membuat perasaan Alif tak nyaman.










ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang