20

19.9K 1.6K 56
                                    

               PART 20

"Bu Guru panggil Kiera?"

Kiera menatap polos orang-orang yang berada di dalam ruangan. Gadis cantik dengan poni depan yang menutupi dahinya itu berkedip dua kali sambil memiringkan kepalanya menatap orang-orang yang juga membalas tatapannya dengan tak terbaca.

"Kiera bisa bantu ibu?" Amira menatap Kiera penuh harap. Amira berharap Kiera bisa ikut karena ia yakin dengan kecerdasan gadis itu.

"Bantu apa, Bu Guru? Kalau Kiera bisa pasti Kiera bantu kok."

Gadis itu tersenyum manis membuat Alif menatapnya gemas. Di saat seperti ini Kiera masih saja terlihat menggemaskan di mata Alif.

Alif jadi tidak rela jika ada orang lain yang menikmati senyum manis gadis itu. Alif tersentak dengan pikirannya kemudian ia menggelengkan kepalanya untuk tidak berpikiran yang tidak-tidak tentang suatu hal yang tidak pantas.

"Kiera, teman kalian Angel mengalami kecelakaan tadi dan dia enggak bisa ikut kompetisi ini." Ibu Amira berujar lembut membuat Kiera membulat matanya terkejut.

"Terus Angel enggak apa-apa 'kan Bu Guru?" tanya Kiera cemas.

Kiera memang tidak terlalu dekat dengan Angel,  namun  ia suka dengan Angel yang bersikap baik padanya.

"Kami belum tahu pasti kondisinya karena nanti akan ada guru yang datang ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi Angel," kata Ibu Amira dengan lembut. "Nah, Kiera bisa bantu ibu buat gantikan posisi Angel, enggak? Soalnya kita kekurangan anggota. Sedangkan anggota harus berjumlah tiga orang dalam satu grup."

Amira tak ingin berlama-lama basa-basi karena waktu semakin dekat dan mereka harus segera berangkat jika tidak ingin terlambat.

Kening Kiera mengerut sebentar membuat Bu Amira menatapnya harap-harap cemas. Sementara guru yang lain tidak berkomentar apa-apa karena mereka juga tidak tahu mengapa Bu Amira mempercayai Kiera yang notabene-nya adalah murid baru di sekolah.

"Ayo, Kie, kamu harus bantu seseorang biar dapat amal loh, Kie."

Kali ini Naomi berjalan di samping Kiera kemudian membujuk gadis itu agar mau ikut.

Naomi tahu Kiera memang memiliki IQ yang tinggi dengan kecerdasan di atas rata-rata, namun Kiera tidak pernah mau menonjolkan kecerdasannya di hadapan orang-orang atau di kelas atas larangan Dewa.

Dulu, saat Kiera berada di Jerman dan bersekolah selama satu tahun setengah, para murid dan guru yang mengetahui kecerdasan Kiera meminta gadis itu untuk memberi les privat pada mereka. Hal tersebut berlangsung selama lima bulan penuh dan membuat Kiera selalu terlambat pulang hingga membuat Dewa sebagai papanya berang.

Dewa tidak mau anak gadis kesayangannya  menghabisikan banyak waktu di luar bersama orang lain dari pada bersamanya. Dewa terlalu posesif dan protektif pada putri sulung kesayangannya hingga membuatnya  memberhentikan Kiera dari sekolah dan hanya homeschooling dengan salah satu dosen bertitel professor di sebuah universitas ternama di Jerman.

Kiera mengangguk sebagai persetujuannya untuk  menggantikan posisi Angel. Hal tersebut di sambut senyum lega oleh Naomi dan Ibu Amira, serta tatapan tak suka yang dilayangkan oleh Kinan untuk Kiera.

Tanpa persiapan apa pun dan hanya menggantikan nama Angel dengan nama Kiera di name tag yang di sediakan oleh pihak panitia, akhirnya mereka memutuskan untuk berangkat.

Dengan almamater biru tua sebagai simbol asal sekolah, mereka berangkat dengan mini bus yang di sediakan pihak sekolah.

Pak Iwan, Ibu Livia, dan Ibu Santi ikut menemani ketiga remaja tersebut. Sementara Bu Amira selaku kepala sekolah akan mengunjungi Angel terlebih dahulu ke rumah sakit sebelum menuju tempat kompetisi di mulai.

"Lo jangan cemas ya, Kie, gue akan selalu ada buat lo. Jangan dipaksa jawab kalau lo enggak bisa."

Alif menggenggam tangan Kiera ketika turun dari mobil. Mereka baru saja tiba di lokasi dan sudah banyak murid atau wakil dari sekolah lain yang sudah berdatangan.

Kiera mengangguk dan melempar senyum manis pada Alif yang menatapnya dengan ketenangan luar biasa. Hati Kiera tentram dan terasa damai jika di tatap Alif seperti ini.

Sementara Kinan yang berada di belakangnya menatap tak suka pada tangan Alif yang menggenggam tangan Kiera. Harusnya ia yang berada di posisi itu bukan Kiera.

Kinan mengepalkan tangannya berharap ia bisa menyingkirkan tangan Kiera dari Alif dan menyingkirkan Kiera sejauh mungkin. Namun, ia tidak bisa bertindak bar-bar demi menjaga image di depan orang lain.

"Wey, Alif ma bro! Lama kita enggak ketemu, ya? Kayaknya udah hampir setahun lebih."

Seorang pemuda dengan almamater dari sekolah lain terlihat menghampiri Alif lalu memeluk ala laki-laki yang tentunya disambut Alif dengan senyumnya.

"Aksa, makin keren aja lo," ujar Alif menatap Aksa tenang.

"Iya, dong. Gue harus tetap keren biar bini enggak lirik cowok lain," kekeh Aksa menatap Alif santai.

Aksa dan Alif adalah teman sekolah saat mereka masih SMP.  Hubungan keduanya masih baik meski mereka jarang bertemu.

"Awet juga lo sama si laki," ujar Alif menatap Aksa sambil terkekeh.

"Harus awet dong sampai gue dan dia kakek nenek. By the way, ini pacar lo?"

Aksa menatap Kiera yang berdiri di samping Alif dengan sebelah alis terangkat.

"Kenalin, ini Kiera. Nah, Kiera ini Aksa, teman sekolah gue waktu SMP," ujar Alif memperkenalkan Aksa dan Kiera.

"Halo, Aksa. Kenalin nama Kiera, Kiera. Salam kenal," ujar Kiera memperkenalkan dirinya secara rumit, membuat Aksa terkekeh sedikit.

"Imut juga pacar lo, Al. Gue setuju lo sama dia. Polos banget soalnya." Aksa terkekeh sambil mengedipkan matanya pada Alif.

Alif ikut terkekeh dan mengakui jika Kiera memang imut dan polos yang membuatnya selalu gemas.

"Weh, laki asik ngerumpi," tegur sebuah suara membuat Alif, Aksa, dan Kiera menoleh.

Di sana tak jauh dari mereka berdiri sesosok makhluk cantik tengah berdiri sambil bersedekap menatap mereka datar.

"Sayang, come here!" panggil Aksa pada kekasihnya.

Rexa, gadis itu berjalan menghampiri ketiga remaja dan menjitak kepala Aksa ketika sudah berdiri di sampingnya.

"Masih laki aja lo, Xa," ujar Alif menatap Rexa yang masih bergaya tomboy seperti biasa.

"Ini identitas gue." Rexa memukul pundak Alif dengan tinjunya membuat Alif sedikit meringis.

"Alif enggak apa-apa?"

Tangan Kiera bergerak mengelus pundak Alif dengan lembut, membuat pemuda itu diam-diam menyembunyikan senyumnya.

"Aduh, sakit nih. Pundak gue dipukul laki," adunya pura-pura meringis, membuat Kiera segera berbalik menatap Rexa.

"Ih, kamu enggak boleh ya pukul-pukul Alif. Kalau Alif sakit gimana?"

Kiera memelototi Rexa dengan mata bulat dan bibir mengerucut. Hal tersebut bukannya membuat Rexa takut tapi justru terkekeh melihat tingkah gadis itu.

"Alif pura-pura sakit. Lihat saja dia dari tadi senyum-senyum terus."

Kembali Kiera memutar kepalanya dan melihat Alif yang tersenyum sambil mengacak rambutnya gemas, kemudian merapikan kembali seperti semula.

"Alif ngerjain Kiera, ya?" tuduhnya sambil mengerucut bibir.

"Iya. Habis gue suka aja lihat lo mengkhawatirkan gue."

Kiera merona mendengar ucapan Alif. Gadis itu menyentuh letak jantungnya dan menatap Alif dengan mata berkedip seperti boneka.

"Alif, jantung Kiera rasanya mau meledak."

Alif tersenyum.

Saat ini boleh tidak Alif mengangap Kiera sebagai  gadisnya? Gadis yang akan ia perjuangkan dalam cita-citanya.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang