19

18.7K 1.4K 46
                                    

Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh Alif untuk mengikuti kompetisi cerdas cermat yang akan diadakannya di sebuah kantor pendidikan yang akan dihadiri oleh gubernur dan wakil gubernur secara langsung.

Alif saat ini sedang gugup sambil meremas tangannya yang dingin. Bukan tanpa sebab Alif merasa gugup karena hadiah yang ditawarkan pada juara satu, dua, dan tiga lumayan banyak untuk ukuran seorang Alif.

Juara satu akan mendapatkan uang senilai 50 juta dari pendiri acara dan pembayaran SPP gratis yang diberikan pihak sekolah jika kelompoknya bisa mendapatkan juara satu.

Alif berharap ia bisa mendapatkan juara satu itu. Jika ia mendapatkannya maka keinginan Alif untuk membuka kedai atau tempat tongkrongan bisa berjalan mulus meski dengan modal sedikit.

Alif tidak ingin usaha belajarnya selama ini terbuang sia-sia karena tidak mendapatkan kesempatan itu. Alif harus mendapatkan posisi pertama, tekadnya kuat.

Mereka masih belum berangkat ke tempat acara diselenggarakan karena masih menunggu Angel yang sampai saat ini belum juga datang.

Saat ini Alif dan Kinan sedang duduk di dalam ruang kepala sekolah dengan beberapa guru yang akan menemani ketiga murid yang ikut kompetisi.

Alif dan Kinan masih mendengar wejangan yang diberikan beberapa guru serta kepala sekolah saat seorang guru bernama Pak Iwan masuk dengan napas tersengal-sengal.

Serentak mereka yang berada di dalam ruangan terkejut dan bangkit dari duduk mereka sambil menatap tegang pada wajah Pak Iwan yang pucat.

"Pak Iwan, ada apa ini?"

Ibu Amira selaku kepala sekolah menatap Pak Iwan dengan heran bercampur penasaran. Jantung wanita paruh baya  itu berdebar kencang dengan perasaan tak enak yang menghantuinya.

"Bu, Angel mengalami kecelakaan di jalan dekat lampu merah. Mobilnya ditabrak mini bus dari arah berlawanan."

Deg

Jantung semua orang termasuk Alif mencelos mendengar apa yang disampaikan oleh Pak Iwan. Mereka menatap tak percaya pada pria berperut buncit yang masih berusaha untuk mengatur napasnya.

"Astaga. Lalu bagaimana ini?"

ibu Amira mengusap wajahnya kasar. Wanita paruh baya itu merutuki mengapa Angel harus terlibat kecelakaan hari ini?  Mengapa tidak besok saja? Batinnya kesal. Otaknya sudah mulai berpikir tidak waras karena menyalahi Angel yang tentu saja tidak menginginkan hal seperti ini terjadi padanya.

"Kelompok harus berjumlah tiga orang, Bu.  Lalu, bagaimana kita mencari pengganti Angel?" Ibu Ridha tak kalah panik dengan apa yang terjadi saat ini.

"Saat ini siapa yang bisa menggantikan posisi Angel kalau sudah begini?" Pak Iwan menatap semua orang yang berada di dalam ruangan.

"Ada beberapa murid yang memiliki kecerdasan tidak kalah dengan Angel, Alif, dan Kinan. Tapi, masalahnya apa mereka bisa menjawab pertanyaan yang sulit dipecahkan sedangkan mereka belum belajar giat seperti Alif dan Kinan." Amira terduduk di kursinya. Kepalanya mendadak pening saat ini memikirkan nasib sekolahnya yang bisa saja tercoreng jika mereka tidak mendapatkan posisi pertama ataupun kedua di kompetisi ini.

Meski terkenal dengan sekolah berprestasi namun mereka selalu mendapatkan posisi ke tiga atau ke empat.  Sekolah mereka memang terbaik di Jakarta, namun mereka juga bisa dikalahkan dari oleh murid dari sekolah lain yang memiliki otak cerdas.

"Bu guru, aku tahu siapa yang bisa menggantikan posisi Angel saat ini."

Sebuah suara menyentak lamunan mereka tentang nasib sekolah yang tak menentu seperti sekarang ini.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang