13 {Perasaan Alif.}

20.6K 1.4K 38
                                    

                13.

Kiera yang berniat untuk pulang ke rumah harus tertunda lebih dulu karena ia berniat untuk bermain ke rumah Alif untuk menemui Alice.

Kiera suka dengan Alice karena Alice baik padanya. Alice pernah memberinya roti yang membuat Kiera bahagia.

Sesampainya di rumah, mereka masuk dan dikejutkan dengan kehadiran Kinan yang duduk tenang di ruang tamu dengan beralaskan tikar anyaman.

"Lo di sini?" Sebelah alis Alif terangkat naik menatap Kinan datar seperti biasa.

"Iya, Lif. Kita harus mulai belajar dari sekarang karena perlombaan akan dimulai dua minggu lagi."

Kinan tersenyum lembut dengan mata melirik Kiera yang berdiri dengan tampang polos seperti biasa.  Kinan mendengkus dalam hati karena berpikir Kiera menarik perhatian Alif dengan tampang polos dan lugu yang sebenarnya membuat Kinan muak.

Untuk apa memiliki wajah cantik dan menggemaskan tapi memiliki otak bodoh seperti Kiera, batin Kinan mencibir jengkel.

Kinan selalu menganggap jika Kiera adalah gadis bodoh tanpa otak encer yang selalu mengandalkan tampang dan tingkah sok polos untuk membuat Alif tertarik. Padahal satu hal yang tidak diketahui Kinan bahwa sebenernya Kiera adalah tipe gadis yang sangat cerdas dengan sekali melihat dan sekali mendengar maka gadis itu akan mengingat pelajaran yang diterangkan oleh guru.

Sayang saja guru belum menemukan bakat gadis itu karena memang Kiera adalah murid baru dan belum terlalu menonjolkan kecerdasannya dimata guru dan murid lainnya.

"Alif mau belajar ya?"

Kiera berkedip polos menatap Alif yang berdiri di sampingnya. Kepala gadis itu miring ke samping dengan ekspresi menggemaskan yang membuat Alif gemas dan mengacak poni depan sang gadis, lalu merapikannya kembali seperti semula.

"Gue mau belajar buat cerdas cermat dua minggu lagi. Lo enggak masalah 'kan kalau gue belajar dulu?" Alif bertanya dengan nada lembut yang membuat Kinan menggeram dalam hati.

Alif bahkan tidak pernah bersikap lembut seperti ini padanya. Tapi, gadis ini bisa membuat Alif menampilkan ekspresi lain selain datar dan kosong.

"Kiera enggak apa-apa kok. Kiera tunggu Alif di sini sambil belajar." Kiera tanpa canggung duduk di dekat Kinan dan melempar senyum manis pada teman duet Alif.  "Ehem, Alif, Kiera haus. Alif enggak mau kasih Kiera minum?" Kiera menatap Alif yang baru saja menggantung tasnya di dinding rumah.

"Tunggu. Gue ambilin lo minum sebentar."

"Alif, aku juga haus," ucap Kinan ketika Alif hendak beranjak.

Alif menoleh pada Kinan dan mengangguk dua kali. Lalu setelah itu ia berbalik untuk pergi meninggalkan kedua gadis di ruang tamu yang masih terlihat jelas ketika ia memasuki dapur.

Tangan Kiera terulur hendak menyentuh buku matematika yang ada di hadapannya, namun buku setebal 300 halaman tersebut sudah direnggut lebih dulu oleh Kinan.

"Otak lo enggak akan bisa ngerti pelajaran ini. Ini buku khusus anak-anak yang punya otak encer kayak gue dan Alif, bukan beku kayak lo," bisik Kinan yang hanya bisa didengar oleh Kiera sendiri.

Sejenak Kiera membeku dengan mata bulat dan bibir mungilnya yang menganga  mendengar pernyataan Kinan. Kiera menatap tangannya yang kosong kemudian menatap buku yang diletakkan Alif tadi yang sekarang sudah berada di tangan Kinan.

"Kak Kiera di sini?"

Alice datang dari luar membawa plastik hitam di tangannya. Gadis itu menatap Kiera dengan senyum lebar di wajahnya.

"Halo, Alice. Kamu baru pulang sekolah?" sapa Kiera bangkit dari duduknya. Gadis cantik nan menggemaskan itu menatap Alice yang masih mengenakan seragam sekolahnya.

Alice tersenyum dan menggeleng sebagai tanggapannya.
"Aku udah lama pulang. Terus aku belanja bahan dulu di toko Bang Alvin buat bikin kue." Senyumnya mengembang sambil menunjuk pada plastik yang ada di tangannya.

"Woah! Alice mau bikin kue sekarang? Kiera boleh bantu lihat?" tanyanya antusias. Tubuhnya bergerak mendekati Alice menatapnya dengan mata polos.

"Kenapa enggak bantu aku buat masak juga sekalian?" Alice tersenyum mengangkat sebelah alisnya, membuat Kiera tersenyum malu.

"Kiera 'kan enggak bisa masak. Kiera bantu lihat Alice aja ya?"

"Boleh kok, Kak. Ayo," ajak Alice yang diangguki Kiera dengan semangat.

Kiera dan Alice bergerak dan baru beberapa langkah dari ruang tamu,  terlihat Alif keluar dengan dua gelas air di atas nampan.

"Mau kemana?" tanyanya menatap Kiera dengan sebelah alis terangkat.

"Mau bantu lihat Alice masak kue." Kiera sedikit mendongak menatap Alif yang lebih tinggi darinya.

"Katanya haus. Ini minum dulu."

Alif mengarahkan gelas putih itu di bibir Kiera yang disambut gadis itu dengan antusias.

Setelah selesai,  Kiera menjauhkan bibirnya dari gelas dan menatap Alif tepat dimanik mata pemuda itu.

"Sudah. Makasih ya Alif," ucapnya sambil mengusap bibirnya yang basah.

"No problem. Kalau lo enggak betah di dalam dapur, lo keluar aja."

"Mmm."

Kiera mengangguk dua kali. Kemudian berbalik memasuki dapur dimana Alice tengah mengocok tepung dan telur secara manual tanpa alat mesin.

Kinan yang sedari tadi terdiam di tempat hanya bisa menyaksikan Kiera bersikap akrab dengan adik Alif dan Alif sendiri.

Kinan memang tidak terlalu dekat dengan Alice, namun mereka setidaknya saling mengenal. Lalu, mengapa Alice tidak ramah juga padanya sedari awal ia datang? Batin Kinan jengkel.

Setidaknya Kinan merasa jika ia lebih  bersinar dari pada Kiera si gadis bodoh itu. Lalu, mengapa kedua kakak beradik itu terlihat abai padanya? Kinan tidak suka itu.

"Ini minum lo. Kita langsung mulai belajar karena habis ini gue harus pergi kerja," ujar Alif meletakkan gelas di depan Kinan.

Alif kemudian mulai membuka buku yang akan disentuh Kiera tadi dan mulai belajar memahami materi yang ada di dalam buku, begitu pun dengan Kinan yang memfokuskan dirinya terlebih dahulu pada materi dari pada memikirkan gadis bodoh seperti Kiera.

Waktu mengalir dan bahkan tak terasa jika mereka sudah melewatkan waktu lebih dari dua jam di dalam rumah kontrakan Alif.

Kinan, Alice, Alif, dan Kiera sudah berdiri di depan rumah kontrakan dengan Kinan yang tengah pamit pada Alif.

"Aku pulang dulu ya, Lif. Sopir aku udah nyusul."

Alif mengangguk sebagai tanggapannya. Kemudian tatapan pemuda itu beralih menatap Kiera yang berdiri di sampingnya.

"Ayo, gue antar lo pulang," ajaknya pada Kiera.

"Ayo!"

"Naik sepeda enggak apa-apa 'kan?"

Kiera menggeleng dan tersenyum polos.
"Kiera sekarang lagi suka naik sepeda," ucapnya membuat Alif terkekeh.

Alif bergerak menaiki sepeda yang terparkir di samping mobil Kinan sementara Kiera pamit pada Alice sebelum bergerak naik ke sepeda Alif duduk di kursi belakang.

"Hati-hati!" teriak Alice ketika Alif mulai mengayuh sepedanya.

"Dadah Alice!"

Kiera melambaikan tangan kirinya pada Alice sementara tangan kanannya melingkari pinggang Alif agar ia tidak jatuh karena saat ini ia duduk dengan posisi menyamping.

Hal itu tak luput dari perhatian Kinan yang menatap Kiera penuh kebencian.

Kinan merasa cemburu dan tidak suka jika Alif dekat dengan gadis lain.











ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang