36

18.8K 1.4K 54
                                    

Alif menatap Alvin dengan kening mengerut. Dia baru saja mendengar secara  langsung dari mulut Alvin, jika ada seseorang yang berhasil mengumpulkan bukti serta pelaku yang sudah berusaha untuk mencelakai Alice.

Alvin bahkan dengan jelas menyebutkan jika pengacara dengan bayaran termahal yang duduk di depannya saat ini adalah suruhan dari  seseorang yang sudah membuat Herlina di penjara.

"Siapa orang itu? Aku ingin bertemu dan mengucapkan terima kasih padanya," ujar Alif tak ingin membuang kesempatan. Dia harus mengucapkan terima kasih pada seseorang yang sudah membantunya.

"Orangnya sudah enggak ada di Indonesia lagi. Dia sudah pergi." Pengacara itu menjawab lugas. "Beliau hanya berpesan jika ini hanya sebagai hadiah sebagai permintaan maaf karena sudah membuat Anda tersakiti." Sang pengacara mengeluarkan sebuah berkas dan menyerahkannya pada Alif.

"Apa ini?" Kening Alif mengerut sambil menerima beberapa berkas yang di berikan pengacara tersebut.

"Ini adalah surat tanah atas nama ibu kandung Anda dan tidak pernah bisa di jual oleh orang lain. Kecuali, ahli waris."  Pengacara menjelaskan dengan singkat. "Hanya surat tanah yang bisa di pertahankan karena sisanya sudah terjual habis oleh Nyonya Herlina."

Surat tanah memang masih atas nama ibunya. Tidak akan bisa di jual kecuali ahli waris sudah tidak ada lagi. Tak heran, Herlina ingin melenyapkan kakak beradik itu.

"Siapa orang itu, Pak? Apa aku mengenalnya?"

Pengacara mengangguk. Dia menjawab, "dia adalah Dino Alfatir. Teman sekolah Anda."

Tiba-tiba Alif membeku mendengar penuturan sang pengacara. Tidak bisa di percaya jika orang yang sudah membantunya dengan banyak hal adalah Dino.

Alif sepertinya ingat jika saat Dino menyampaikan permintaan maafnya, Dino juga menyatakan jika dia akan memberikan hadiah untuk Alif.

Alif saat itu tidak terlalu memikirkannya karena ia menduga jika bisa saja Dino hanya basa-basi dan ia tidak menyangka jika Dino mengatakan yang sebenarnya.

"Kalau sudah selesai, saya permisi lebih dulu. Ada banyak hal yang akan saya urus."

Alvin menatap Alif. "Bagaimana? Kamu akan tetap diam di sini atau ikut abang pulang?" tanya Alvin menatap Alif dengan pandangan bertanya.

"Aku pulang dulu, Bang.  Setelah itu aku akan pergi ke rumah sakit untuk menemani Alice." Alif menjawab dengan suara yang mulai bisa ia tenangkan. Baginya, semua kejutan yang ia terima secara tiba-tiba seperti ini cukup untuk membuat Alif shock beberapa saat. Namun, setelah berhasil menguasai diri, Alif kembali bersikap tenang.

Alif pulang dengan di antar oleh Alvin. Sementara Alif masih mengurus kesehatan Alice, Alif di izinkan untuk cuti bekerja oleh Alvin. Semua kebutuhan Alif dan Alice dipenuhin oleh pria berusia 25 tahun itu.

Alif berhutang banyak pada Alvin dan tidak tahu cara membalasnya.

Setelah tiba di depan rumahnya, Alif pamit pada Alvin dan melangkah masuk ke halaman kecil kontrakan rumahnya. Langkah pemuda itu terhenti ketika melihat sosok yang ia kenal tengah duduk di teras depan rumahnya.

"Kinan? Ada perlu apa?" Alif melangkah masuk ke dalam teras, sementara Kinan yang melihat sosok Alif segera berdiri dan menyambut Alif dengan senyum naifnya.

"Alif, aku nunggu kamu dari tadi." 

"Untuk apa lo nunggu gue?" Alif bertanya datar. Untuk seseorang yang pernah mengkhianatinya meski ia tidak memiliki perasaan mendalam, entah mengapa Alif merasa sedikit kurang respect.

"Aku ingin membahas soal hubungan kita," jawab Kinan lirih.

"Hubungan kita? Bukannya itu udah lama banget berakhir 'kan? Menurut gue enggak ada lagi yang perlu kita bahas."

"Tapi, aku masih cinta  sama kamu, Lif." Kinan mendongak dan menatap Alif dengan mata berkaca-kaca.

Dengan wajah datar Alif menjawab, "tapi gue enggak, Kinan."

"Lif." Mata Kinan tampak berkaca-kaca dan sedetik kemudian tetes demi tetes air mata jatuh mengalir di pipi gadis itu.

"Gue enggak peduli, Kinan. Terserah lo mau menganggap gue cowok jahat sekali pun. Karena di sini--" Alif menunjukkan letak hatinya berada. "Enggak ada tempat buat orang yang udah ninggalin gue di saat gue terpuruk," tandasnya. Setelah itu ia berbalik masuk ke  dalam rumah meningalkan Kinan yang terpaku di tempat.

Terima kasih sudah membaca ceritaku. Mungkin untuk beberapa hari aku enggak update semua ceritaku ya.  Tapi, tenang nanti aku usahakan buat update terus dan akan update di tengah malam atau pagi hari. Terima kasih sekali lagi.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang