10 [NAOMI]

20.3K 1.5K 55
                                    

            PART 10.

Kiera tiba di rumah kontrakan Alif dan menatap sekeliling dengan pandangan ingin tahu.

Mereka masuk ke dalam rumah, namun Kiera tidak menemukan kursi untuk duduk, yang terlihat hanya lantai kosong dan kini sudah di gelar tikar plastik oleh Alif.

"Maaf ya duduknya di lantai." Alif tersenyum meminta maaf. "Belum bisa beli kursi buat duduk," tambahnya lirih.

Kiera tersenyum dan tanpa sungkan ia duduk di sebelah Alif.

"Enggak apa-apa kok. Yang penting 'kan kita bisa duduk," jawabnya tak merasa risih. "Alif, Kiera haus. Alif enggak mau tawarin Kiera minuman?" Kiera menatap Alif polos. Alif menepuk dahinya dan terkekeh karena ia lupa untuk menawarkan Kiera minuman.

"Maaf ya gue lupa," ujarnya bangkit berdiri. "Lo tunggu di sini gue mau ambil minum dulu."

Tak lama Alif masuk, suara Alice terdengar di depan pintu membuat Kiera mengalihkan perhatiannya pada sosok gadis mungil tengah membawa barang-barang ke dalam.

"Kak Alif udah datang." Alice menatap Kiera tertegun beberapa saat sebelum gadis cantik itu meletakkan barangnya di lantai dan bergegas menghampiri Kiera yang masih duduk dengan tenang.

"Kakak, kakak yang waktu itu nolongin aku 'kan? Ingat 'kan, Kak?" tanya Alice antusias.

Kiera mengernyit dengan pikiran berkelana berusaha mengingat kapan ia menolong gadis di depannya.

"Aku waktu itu di bully anak-anak SMP di gang kecil. Kakak dan papa kakak yang bantuin aku," kata Alice berusaha membuat Kiera mengingat.

Alif keluar membawa kue dan air putih dari dapur sambil menatap heran Alice dan Kiera.

"Oh, iya! Kiera ingat kok. Kamu yang waktu itu di pukul sama anak-anak nakal itu." Senyum Kiera mengembang karena akhirnya ia ingat juga.

"Iya, Kak." Alice tersenyum lebar. "Kak Kiera temannya Kak Alif?" tanyanya menatap Alif sejenak.

Kiera mengangguk penuh semangat. Kemudian mereka bercerita mengenai sekolah Alice dimana gadis kecil itu tidak lagi menjadi korban bully teman-temannya sesuai dengan peringatan Dewa saat itu. Jadilah, tidak ada lagi bully yang ia rasakan meski terkadang ia diejek diam-diam oleh temannya di belakang namun mereka tidak lagi bermain fisik.

"Jadi, dia yang sudah nolongin kamu waktu itu, Dik?" Alif bertanya menatap Alice dengan pandangan bertanya.

Alice mengangguk bersemangat. Jadilah hari ini setelah mengerjakan tugas mereka, Kiera membantu Alice membuat kue sementara Alif bekerja di toko Alvin karena ia hanya izin sebentar tadi.

Sore harinya mobil yang di sopir Mang Asep terparkir di depan kontrakan. Kiera keluar dan pamitan pada Alice untuk pulang.

Alice menatap mobil yang sudah menghilang di balik gang dengan senyum lebar. Kiera ramah, baik, dan juga tidak memandang rendah tempat tinggal mereka yang tidak cocok untuknya.

Kiera bahkan bersikap seperti dirinya tidak merasa risih namun terlihat biasa saja. Alice tahu Kiera pasti anak orang kaya.

Malam harinya ketika Kiera tengah duduk di teras sambil memandangi bintang  di langit, sebuah mobil memasuki halaman rumah Mang Asep.

"Non Kiera?" sapa seorang pria paruh baya yang baru turun dari mobil.

Kiera mendongak hanya untuk menemukan pria paruh baya yang merupakan direktur di perusahaan papanya.

"Om?" Keningnya mengernyit lupa nama pria di hadapannya.

Pria paruh baya tersebut tersenyum tenang.
"Saya Wiraguna. Panggil saja Om Wira, anak buah papamu," jelasnya dengan sabar.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang