28

19.9K 1.5K 121
                                    

PART 28


"Makasih ya, Om, udah mau bantu Kiera. Nanti kalau mama dan papa Kiera pulang, Kiera pasti ganti kok."

Bola mata Kiera berkedip lucu hingga membuat Wiraguna terkekeh gemas.

Tadi ia sempat terkejut ketika anak atasannya itu menghubungi dirinya dan menyatakan jika ia berada di rumah sakit.

Wiraguna yang mengetahui itu kontan bergegas ke rumah sakit mencari dimana anak bosnya itu berada.

Sesampainya di depan Kiera, Wira langsung menanyakan apa yang terjadi hingga membuat Kiera berada di rumah sakit.

Kiera dengan bersemangat menceritakan tentang Alice, lalu ia juga menjelaskan jika Alif --kakak kandung Alice- memerlukan uang untuk melunasi biaya rumah sakit.

Kiera tanpa ragu meminjam uang pada Wira dengan jaminan ia akan menggantinya jika orang tuanya sudah tiba di Indonesia.

"Tidak perlu mengantinya. Om hanya mau membantu  Kiera dan temannya. Itu saja," ujar Wira menolak.

Uang 21 juta bukanlah apa-apa baginya dan anggap saja ia sedang bersedekah.

"Saya akan tetap menggantinya, Om. Saya akan bekerja di tempat om tanpa di gaji. Itu bayaran atas bantuan om ke saya dan adik saya,"  sela Alif tegas.

Pemuda itu tidak ingin memanfaatkan Kiera. Jadi, dengan begini ia akan membayar uang dengan nominal besar itu dengan tenaganya.

"Kalau kamu maksa, lusa kamu bisa datang ke kantor. Ini kartu nama saya."

Wira suka dengan sikap pemuda ini. Tidak mau memanfaatkan keadaan atau yang disebut aji mumpung sehingga mau bertanggungjawab tanpa mau merepotkan orang lain.

Alif menerima kartu nama dari Wira kemudian membacanya sekilas.  Ternyata Wira adalah wakil direktur di perusahaan ayahnya Kiera. Tak heran jika Wira dengan mudah mengeluarkan uang yang di inginkan Kiera.

"Kalau begitu saya permisi dulu kembali ke kantor," pamit Wira. "Kiera, om senang kamu baik-baik saja. Kalau begitu om permisi dulu, ya. Ingat, hubungi om jika kamu butuh sesuatu," peringat Wira yang diangguki Kiera dengan semangat.

Wira pergi dan hanya menyisakan Kiera serta Alif saja di dalam kamar rawat Alice. Sementara Naomi sedang keluar bersama Veno mencari makanan.

"Gue enggak tahu kalau lo beneran anak Pak Dewangga," ujar Alif menatap Kiera yang duduk di sebelahnya.

Kamar VIP yang di pesan Wira baru di dapatkan tadi. Sebelumnya Alice di rawat di ruang kelas biasa dan dipindahkan ke ruangan yang lebih bagus  dari sebelumnya.

Kiera memutar kepalanya dan menatap Alif dengan mata bulatnya, terkejut.

"Alif kenal sama papa Kiera?"

"Kenal. Siapa yang enggak kenal sama beliau. Beliau terkenal karena selain pengusaha sukses, beliau juga sangat mencintai istrinya." Alif tersenyum membayangkan sosok idolanya saat ia masih duduk di bangku SMP.

Sebuah majalah yang ia lihat di kantor papanya dulu menceritakan tentang kehidupan Dewangga baik soal keluarga, percintaan, dan juga soal karier di dunia bisnis.

"Hm." Kiera mengangguk setuju dengan ucapan Alif. "Papa Kiera sangat mencintai mama. Kiera dan Karo pokoknya sayang banget deh sama mama dan papa." Kiera tersenyum lebar ketika menceritakan tentang keluarganya.

"Sama gue sayang enggak, Kie?" celetuk Alif, yang langsung ia sesali kalimat tersebut keluar dari mulutnya.

Kiera menoleh. Matanya berkedip polos membuat Alif menahan napasnya sejenak.

"Kalau Alif, Kiera juga sayang. Kan, Alif baik," jawabnya tanpa ragu.

Hati Alif mencelos mendengarnya. Menyesal ia menanyakan tentang sayang. Mengapa ia tidak bertanya soal cinta  saja tadi, pikir Alif.

                    ****

Suara dentuman musik dengan lampu kerlap-kerlip memenuhi kediaman Dewangga.

Banyak laki-laki dan perempuan yang berdatangan dengan pakaian mewah yang mereka kenakan.

Mobil-mobil mewah terparkir rapi di depan kediaman Dewa sampai luar gerbang.

Hal tersebut membuat tanya dalam benak para tetangga yang merasa heran dengan kediaman Dewa dan Alya. Setahu mereka Dewa dan Alya tidak pernah mengadakan pesta seperti itu. Kalaupun mereka ingin mengumpulkan orang-orang, mereka hanya mengadakan pengajian atau tasyakuran akan sesuatu. Bukan dengan taburan musik seperti saat ini.

Mereka menduga jika itu adalah anak Dewa dan Alya yang baru pulang dari luar negeri.

Hal tersebut menjadi perbincangan orang-orang dengan gaya hidup anak Dewa yang tidak sama seperti ayahnya. Bahkan, berita tersebut sudah masuk ke media massa dengan timiline jika putri milyuner Dewangga tak sama dengan orang tuanya atau putri Dewangga mengadakan pesta yang menghabiskan dana puluhan juta rupiah.

"Gila! Ini party ter-keren yang pernah gue datangi tahu enggak?" ujar Rinka menatap takjub tamu undangan yang hadir.

Malam ini mereka mengadakan party di rumah Kiera yang mereka kira rumah Chika. Tujuan party tersebut apalagi jika bukan untuk merayakan kesenangan Rinka, Emisa, dan Chika yang sudah di terima di SMA yang tak kalah bagus dari sekolah mereka sebelumnya.

Selain itu, party ini juga untuk memperkenalkan Chika pada anak-anak sosialita lainnya sebagai anggota geng mereka yang baru. Geng Mouzan.

"Yo'i. Siapa dulu dong, cewek gue," ucap Feddel bangga seraya merangkul pinggang Chika mesra.

Feddel dan Chika baru jadian tadi siang di mana Feddel nembak Chika saat pulang sekolah.

Chika menunduk malu-malu karena sikap Feddel. Ia bahagia bukan main saat Feddel menembaknya tadi.

"Ciye, Chika blushing," goda Faris bersemangat.

"Ah, cewek gue mah bisa aja. Tambah imut kalau bersikap malu-malu begini," ujar Feddel ikut menggoda Chika. Tangan cowok itu bergerak menjawil hidung Chika hingga membuat gadis itu meremas tangannya gugup.

"Eh, Kinan kok lo melamun aja 'sih dari tadi? Mikirin apa? Mikirin Dino, ya?" tegur Dika, ketika melihat wajah Kinan yang tidak berhenti cemberut sedari tadi.

"Apaan 'sih." Kinan merenggut mencoba menepis tangan Dika yang bertengger di pundaknya.

Semua anggota Mouzan menoleh menatap Kinan dengan iba. Mereka sudah tahu jika Dino ternyata sudah memiliki kekasih sebelum jadian sama Kinan. Lebih parahnya lagi Dino lebih memilih kekasihnya itu dari pada mereka.

Inilah sebabnya mereka tidak mengundang Dino di acara pesta karena Dino yang tidak memedulikan ucapan mereka.

"Udahlah lupain aja soal Dino. Lebih baik kita menikmati party-nya sekarang," ujar Emisa mencoba untuk bersemangat. Emisa tidak suka melihat Dika merangkul Kinan, tapi apa boleh dikata jika Dika sendiri yang mau merangkul sahabatnya itu.

Taman samping rumah Dewa yang luas mampu menampung lima puluh orang. Tidak sampai di situ saja,  bahkan ruang tamu dan tengah rumah Dewa juga di padati oleh anak-anak sosialita.

Mereka menuju lantai dansa yang sudah di siapkan. Lantunan musik dari DJ terkenal menggema hingga ke taman samping rumah Dewa.

Suara teriakan heboh dan musik berpacu menjadi satu hingga mereka tidak menyadari jika ada kekacauan di luar gerbang yang di sebabkan oleh sang Tuan rumah.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang