35

20.9K 1.4K 80
                                    

"Kamu kenapa, Kiera? Kok bengong terus dari tadi?" tegur Naomi menatap Kiera yang terlihat melamun terus.

Saat ini mereka tengah menikmati jam istirahat di kantin. Sedari awal mereka masuk ke kantin, Kiera hanya diam dan duduk termenung seperti tidak ada semangat dalam hidupnya.

"Naomi, menurut Naomi, perempuan yang mengganggu hubungan orang lain itu, seperti apa?"

Naomi menatap Kiera dengan bola mata membulat sempurna. Naomi tidak menyangka jika Kiera akan mengucapkan kalimat berat yang hadir begitu saja dari mulut Kiera.

"Kenapa kamu tanya begitu?" Naomi menelan ludahnya pelan. Pasalnya pembahasan ini tidak pernah terlintas dalam benak Naomi sedikit pun.

Kiera menghela napas kemudian tatapannya menerawang jauh ke depan.
"Cuma mau tanya aja. Menurut Naomi, bagaimana?"

"Menurutku, perempuan yang mengganggu hubungan orang pacaran itu perempuan enggak baik," ujar Naomi. Naomi sendiri juga tidak tahu seperti apa perempuan yang mengganggu hubungan pasangan lain karena dirinya belum pernah menjadi seperti itu.

"Terus, menurut Naomi, Kiera ini perempuan penggoda, bukan?"

Naomi yang tengah menyesap minuman melaui sedotan langsung tersedak mendengar pertanyaan Kiera. Hal itu membuat Kiera segera menepuk pundak Naomi agar batuk sahabatnya itu sedikit mereda.

"Naomi enggak apa-apa?" Kiera menatap Naomi panik. Sementara yang di tatap menggerutu dalam hati atas pertanyaan aneh yang di tanyakan Kiera padanya.

"Aku enggak apa-apa. Cuma pertanyaan kamu itu yang ada apa-apanya. Sebenarnya kamu itu kenapa, Kiera? Pertanyaan kamu itu terlalu aneh," komentar Naomi menatap Kiera penasaran.
Naomi sangat yakin jika pasti ada sesuatu yang terjadi pada Kiera sehingga sahabatnya itu bertanya seperti ini.

"Kiera enggak apa-apa kok." Kiera menggeleng dengan senyum yang terlihat di paksakan.

"Harus kamu ingat, kamu itu bukan perempuan penggoda. Kamu cantik dan kamu baik. Tanpa kamu menggoda juga udah banyak yang suka kamu." Naomi berujar menatap Kiera serius. Naomi sangat yakin jika pasti ada sesuatu yang terjadi pada Kiera.

"Beneran?" Binar mata Kiera sudah kembali ceria dan itu tandanya jika mood Kiera sudah kembali.

"Kamu bisa percaya sama aku. Kapan aku pernah bohong."

"Kemarin lo bohong. Ngakunya enggak ada di rumah, enggak tahunya lo justru mendekam di kamar," celetuk sebuah suara, membuat Naomi diam-diam menggertak giginya kesal.

"Diam deh lo." Naomi dengan logat inggrisnya berbicara sambil menatap Veno sinis.

"Ah, bebeb Naonao. Jangan jutek-jutek sama Aa. Sedih nanti Aa, Beb." Veno menoel dagu Naomi yang langsung di tepis oleh Naomi.

Sementara Kiera terkikik melihat tingkah Naomi dan Veno yang terlihat lucu di matanya.

Naomi selalu bersikap jutek dengan semua pemuda yang berusaha untuk mendekatinya.

"Sudah makan, Kie?"

Kiera tertegun mendengar suara Alif. Kepala gadis itu menoleh ke sisi kiri Veno dan baru menyadari kehadiran Alif.

Kiera tersenyum mencoba untuk menata hatinya kembali.

"Alif? Kiera lagi makan, tapi belum habis. Alif juga mau makan?" jawab dan tanya gadis itu sambil tersenyum lebar seperti biasa.

"Belum lapar. Tadi gue di minta buat isi banyak soal di ruang kepala sekolah," sahut Alif yang benar adanya.

"Kerjain banyak soal? Itu pasti karena Alif mau di kirim ke luar negeri buat beasiswa," gumam Kiera membuat Alif tertegun.

"Beasiswa?" lirih Alif tak percaya.

Kiera mengangguk pasti.
"Biasanya seperti itu kok."

Alif mengangguk saja. Dia tidak begitu berharap bisa mendapatkan beasiswa. Lagi pula jika ia mendapat beasiswa, lalu bagaimana dengan adiknya, Alice? Jadi, meskipun ia mendapatkannya belum tentu ia akan menerimanya.

"Mau gue suap?" Alif menatap Kiera dengan pandangnya bertanya, namun gadis itu segera menggeleng tegas.

"Enggak mau. Kiera bisa makan sendiri kok." Kiera tersenyum polos. Kiera mulai menyuap suap demi suap nasi dan lauk ke dalam mulutnya. Sementara Alif di sampingnya hanya tersenyum sambil mengusap lembut rambut gadis yang terlihat sangat polos dan murni itu.

Sementara tak jauh dari posisi meja Kiera dan rombongannya, Kinan menatap tajam pada sekelompok orang yang sudah membuatnya tersisih. Tidak ada yang mau berteman dengannya dan hal itu selalu membuatnya merasa sendiri. Kinan menggertak giginya menatap benci pada Kiera yang ia anggap munafik.

"Dasar munafik," cibir Kinan sinis.

ALKIE (POSSESSIVE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang