Part 29: Teror lagi

1.9K 140 11
                                    

Hari ini Gladyz meninggalkan Yoga, dia berangkat lebih dulu saat Yoga masih mandi. Bukan karena kesal atau marah dia meninggalkan suaminya itu, hanya saja dia ingin berangkat sendiri pagi ini.

Gadis itu berjalan menyusuri koridor sambil menatap sekeliling yang masih terlihat sepi, hanya ada beberapa orang yang masuk ke kelas masing-masing. Gladyz mendorong pelan pintu kelasnya hingga terbuka. Kemudian, segera masuk dan meletakan tas di atas meja.

Keningnya berkerut melihat sebuah kotak berwarna merah di atas bangkunya. Di atas kotak itu ada secarik kertas yang dibubuhi kalimat aneh yang membuat Gladyz makin bingung.

Inggalkantay atauyay atimay!!!

"Maksudnya apa, sih?" tanya Gladyz heran. Dia mengambil kotak itu dan segera membukanya.

Gladyz membelalak kaget melihat isinya dan langsung membuat kotak itu. Seekor jasad burung gagak berlumur darah keluar dari kotak yang sudah tergeletak di lantai.

Kaki Gladyz lemas seketika, napasnya juga berubah tak beraturan. Dia terduduk di atas bangku dengan pandangan lurus ke arah kotak tadi.

Gladyz tak habis pikir, siapa sih orang kurang kerjaan yang menaruh hal seperti ini bangkunya. Apa pula tujuan orang itu?

Tak lama Zeva masuk dan menghampiri Gladyz yang terlihat tidak baik-baik saja. Tak bisa dipungkiri kalau dia kaget sekaligus panik melihat tubuh gemetar Gladyz.

Zeva mengikuti arah pandangan Gladyz, dia tersentak kaget melihat hewan tak bernyawa terkapar di atas lantai. Buru-buru mengambil sarung tangan yang biasa dia bawa di dalam tas, saat sudah mendapatkannya dia memakai benda itu. Burung gagak itu dimasukan kembali ke dalam kotak lalu dilempar keluar jendela. Sarung tangan yang terkena darah dibuang ke tempat sampah.

Kembali mendekati sang sahabat, Zeva mengelus pelan punggung Gladyz. Mengintrupsi Gladyz untuk menarik napas lalu membuangnya perlahan hingga Gladyz merasa sedikit lebih baik.

Tangan Zeva terulur untuk mengambil secarik kertas di dekat kaki Gladyz. Dia membaca dengan saksama kalimat aneh yang tertulis di sana.

Zeva terdiam. Semua yang didapatkan Gladyz sama persis dengan apa yang temukannya di teras rumah saat hendak berangkat sekolah tadi. Perbedaannya hanya pada kalimat aneh yang tertulis di secarik kertas. Jika, di kertas yang ditujukan untuk Gladyz berisi 'Inggalkantay atauyay atimay', maka miliknya 'awanyay arushay ibayarday enganday awanyay'.

"Va, Zeva," panggil Gladyz memecah lamunan Zeva. Gadis itu sudah terlihat lebih baik dari beberaoa saat yang lalu.

"Hah? Kenapa, Dyz?"

"Kenapa ngelamun?"

"Gue cuma lagi mikirin siapa yang ngirim ini semua. Tadi pagi gue juga dapat kek ginian."

"Jujur gue curiga ke Zeina," ungkap Gladyz.

"Sebenarnya gue juga curiga, tapi di sisi lain gue gak yakin dia pelakunya karena gue tau sifat dia itu kayak gimana," balas Zeva. Dia merobek kertas yang ada di tangannya menjadi beberapa bagian lalu membuang ke tempat sampah yang berada di pojok kelas.

"Gue gak mau Yoga sama yang lain tau hal ini, gue gak mau bikin mereka khawatir," ujar Zeva yang dibalas anggukan setuju oleh Gladyz.

***

Suasana kantin yang tadinya sepi berubah riuh saat jam istirahat tiba. Rombongan murid-murid yang kelaparan mulai memenuhi meja yang tadinya kosong. Teriakan para murid yang tengah memesan makanan mulai bersahut-sahutan membuat para penjual sibuk.

Gladyz, Yoga, Zeva, dan Azka segera menempati meja yang berada di tengah kantin yang masih kosong. Setelah itu, Azka dan Yoga pergi memesan makanan.

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang