Part 8: Suami Laknat

6.5K 245 0
                                    

Azan subuh berkumandang dengan merdunya. Yoga terjaga dari tidurnya dan segera bangkit menuju kamar mandi. Dia membersihkan diri sekaligus berwudhu bersiap-siap solat subuh.

Cowok itu keluar lalu mengambil sarung, peci, dan sajadah. Setelah megenakan sarung dan peci dia segera mengelar sajadahnya. Dan mulai melaksanakan solat.

Setelah selesai, dia mengambil Al-qur'an dan mulai mengaji. Suaranya terdengar merdu. Gladyz terbangun, tetapi dia enggan membuka mata, dia mendengarkan dengan saksama bacaan ayat-ayat suci itu. Saat Yoga menyudahi kegiatannya dan menyimpan kembali Al-qur'an, sajadah, sarung, dan pecinya ke tempat semula barulah Gladyz mau membuka mata dan beringsut duduk.

"Lo mandi terus solat. Setelah itu, masak baru siap-siap ke sekolah!" perintah Yoga.

Tanpa menjawab Gladyz langsung masuk ke dalam kamar mandi. Yoga berjalan menuju tempat tidur lalu membaringkan tubuhnya di sana.

"Ohh, iya, lo bangunin gue jam enam pagi!" kata Yoga sedikit berteriak.

Yoga memeluk gulingnya lalu mulai memejamkan mata bersiap memasuki kembali alam mimpinya.

"Banyak bacot." Gladyz menutup kedua telinganya dengan telapak tangan.

***

Detingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring memenuhi ruang makan di rumah mewah Gladyz dan Yoga. Hening, tak ada yang mau membuka mulut keduanya sibuk dengan sarapan masing-masing.

Setelah sarapan habis, Yoga meneguk segelas susu putih hangat yang dibuatkan oleh Gladyz. Dia berdiri lalu meraih tasnya. Sementara Gladyz masih asik dengan sarapannya yang baru berkurang setengah.

"Kita ke sekolah naik mobil sendiri-sendiri. Gak boleh ada yang tahu soal pernikahan kita, di sekolah kita tetap harus seperti biasanya, bertengkar layaknya tom dan jerry, oke?"

"Oke. Pergi sono!" usir Gladyz.

Yoga mempercepat langkahnya memasuki garasi dan segera mengeluarkan mobil kesayangannya. Sebelum masuk ke mobilnya dia mengempeskan semua ban mobil Gladyz terlebih dahulu. Setelah selesai barulah dia berangkat dengan senyum yang terus mengembang sambil sesekali melirik dompet Gladyz yang tergeletak di dashboard mobilnya.

Sepanjang perjalanan dia membayangkan Gladyz yang tengah bingung ke sekolah harus naik apa, mau naik mobil, tapi bannya kempes, mau naik taksi atau angkutan umum lain, tapi gak punya uang. Pasti seru sekali jika melihat Gladyz yang kelelahan saat sampai di sekolah karena berjalan kaki.

Di sisi lain, Gladyz baru saja menyelesaikan sarapannya. Dia mencuci piring terlebih dahulu barulah mengambil tas dan segera berangkat ke sekolah.

Nama-nama hewan dan sumpah serapah terus dilontarkan Gladyz saat tahu ban mobilnya kempes semua. Kedua tangan terkepal kuat, dia tahu siapa dalang dari semua ini.

Tiba-tiba handphone-nya bergetar bertanda ada pesan masuk. Dengan sigap dia segera mengecek isi pesan yang ternyata dari suami lucknutnya yang sudah berbuat ulah di pagi hari.

YogaSetan
Dompet lo ketinggalan di mobil gue, entar kalau lo udah di sekolah baru gue balikin.

Gladyz mematikan handphone-nya dan segera mengecek tasnya, dan benar saja dompetnya tak ada di sana.

"Shit," umpat Gladyz.

Ban kempes, uang tak ada, jadi dia harus apa biar segera sampai di sekolah. Gladyz nampak frustasi sendiri sampai mengacak rambut sendiri. Lihat saja dia akan membalas setan jahanam itu.

"Yoga Bangsat!" teriaknya yang segera keluar dari garasi.

Dengan langkah gontai Gladyz berjalan keluar dari pekarangan rumahnya. Sebentar lagi bel masuk, bisa-bisa dia akan terlambat. Dia memilih jalan kaki saja daripada dia tidak sekolah sama sekali. Jarak dari rumah barunya dengan sekolah bisa menghabiskan waktu sekitar dua puluh menit jika naik mobil, kalau dia jalan kaki entah kapan dia akan sampai.

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang