"Pasti ada kebahagiaan di penghujung kesedihan."
-Gladyz Velisya Ginara
***
Kelima gadis yang baru saja keluar dari kamar Zeina terlihat menawan dan anggun dengan gaun bermodel dan berwarna senada, yaitu gaun berwarna pink pastel tanpa lengan dan hiasan pita di bagian perut serta ujungnya menjuntai menyentuh lantai.
Rambut Gladyz di kepang menjadi satu dengan hiasan makhota membuatnya nampak lebih anggun lagi. Rambut pendek Zeva dan Zeina dia biarkan terurai dengan tambahan jepitan berwarna pink berbentuk pita, sedangkan rambut panjang Steffy dan Vanka dikuncir.
"Sekali lagi selamat ulang tahun buat lo, Dyz, dan maaf udah ikut-ikutan ngeprank lo," ujar Zeina terlihat begitu tulus.
Gladyz tak menyangkan Zeina yang dulunya dia kira seorang gadis kasar dan menyebalkan ternyata adalah sosok yang baik dan lembut. Gladyz tersenyum lalu mengangguk. "Makasih. Gapapa, kok, gue cuma kesal. Lagi pula kalian gak salah, kalian cuma ikutin rencananya Yoga," ujarnya.
Kelimanya perlahan berjalan menuju lantai dasar. Zeva dan Zeina berjalan paling depan, Gladyz berjalan di tengah, Steffy dan Vanka berjalan paling belakang menuruni tangga.
Ternyata para cowok sudah rapi dengan setelan jas hitam dan celana kain berwarna senada yang membalut tubuh mereka. Keempatnya terpanah melihat kelima gadis yang terlihat begitu menawan malam ini.
Yoga sedikit membungkuk saat Gladyz berdiri di hadapannya. Dia mengulurkan tangan yang langsung disambut oleh Gladyz. Kemudian, dia kembali berdiri tegap.
Yoga dan Gladyz berjalan paling depan, disusul Azka yang digadeng oleh Zeva dan Zeina, lalu Arya dan Steffy, Vanka dan Naufal berjalan paling belakang.
Mereka sampai di taman belakang rumah Zeina yang tak terlalu luas, tapi nampak begitu indah malam ini. Ada empat lampu taman yang menerangi disetiap sudutnya, serta tambahan lampu kelap-kelip berwarna-warni, bukan hanya itu ada puluhan lilin yang mengitari sebuah meja dan dua kursi di tengah taman. Di sisi kanan taman terdapat dua meja dengan masing-masing memiliki dua kursi, begitupun di sisi kiri taman.
Yoga menuntun Gladyz menuju meja yang ada di tengah taman. Azka, Zeva, Naufal, dan Vanka berjalan menuju meja di sisi kanan, sedangkan Arya, Steffy, dan Zeina menuju sisi kiri. Semua duduk berpasang-pasangan, kecuali Zeina.
Pandangan Yoga tak beralih sama sekali dari wajah Gladyz. Malam ini dia sangat terpesona melihat wajah Gladyz yang terlihat lebih cantik dengan make up tipis, tapi elegan.
Gladyz menunduk malu karena Yoga yang terus-terusan menatapnya."Lo gak papa, Zei, sendirian?" tanya Steffy pada Zeina.
"Santai aja kali. Gue gak bakalan mati karena duduk sendirian," kelakar Zeina.
Steffy duduk berhadapan dengan Arya, sedangkan Zeina menempati meja yang berada di sebelah mereka sendirian.
Di meja yang di tempati Zeina sudah tersedia kue ulang tahun Gladyz tadi dan ponsel milik mereka semua. Dia tak ingin makan makanan yang sudah dipesan Yoga untuk acara malam ini.
"Kalian makan aja, makanan yang disediain Yoga dengan khidmat! Kue ultahnya buat gue semua!" teriak Zeina mengalihkan pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladyz Love Story [END]
Teen Fiction"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." "Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz. "Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga. "Lo minggir atau gue perkosa?" ▪▪▪▪▪ BELUM REVISI! PLOT...