Part 18: Pertanda

3.4K 200 13
                                    

Kejadian tadi sore bersama Zivan masih terus membayangi Gladyz. Gadis itu melamun di balkon kamar, mengingat wajah kecewa mantan kekasihnya itu. Pikiran-pikiran buruk memenuhi benaknya, tetapi segera ditepis. Tidak mungkin 'kan Zivan seperti sadboy yang sering dia baca di novel yang berubah menjadi kejam dan licik karena ditolak orang seorang gadis.

Lamunannya buyar seketika, saat merasakan ada orang lain duduk di sisi kanannya. Gadis itu menoleh lalu memutar bola mata malas, mendapati Yoga yang menampilkan cengiran dengan sebelah tangan menggengam gelas berisi jus jeruk.

Cowok itu kembali meneguk jusnya hingga tandas lalu meletakan gelas kosong di atas meja. Gladyz mendelik saat menyadari jika jusnyalah yang baru saja dihabiskan oleh Yoga. Sementara Yoga sibuk mengotak-atik poneselnya tanpa rasa bersalah.

"Yoga!" teriak Gladyz yang segera berdiri dan langsung menjambak rambut Yoga.

"Apa, Sayang?" tanya Yoga yang masih terlihat santai padahal kepalanya sudah terasa sakit karena jambakan Gladyz yang terlalu kuat.

Kini tangan gadis itu beralih mencengkeram rahang tegas Yoga. Gladyz melotot, bukannya takut Yoga malah gemas melihat wajah istrinya. Di mata Yoga wajah Gladyz sekarang seperti wajah anak TK yang ngambek karena keinginannya tidak dituruti.

"Kenapa lo minum jus gue, hah!"

"Haus, Sayang," jawab Yoga. "Kamu gak boleh marah-marah apalagi kasar sama aku. Kita kan udah damai. Harusnya kita mulai membangun hubungan yang harmonis dan romantis," lanjutnya dengan mata berbinar.

Gladyz melepaskan cengkeramannya lalu kembali duduk dengan muka ditekuk. Kedua tangan disilangkan di depan dada. "Iya, iya, tapi kan marah-marah dan kasar di dalam rumah tangga itu wajar kalo suami ngeselin," ujarnya.

"Marah boleh, kasar jangan. Entar kamu aku aduin ke polisi karena KDRT," canda Yoga.

"Sebelum lo laporin gue ke polisi lo duluan yang gue mutilasi!" ancam Gladyz dengan tatapan tajamnya.

Yoga terkekeh lalu mencubit gemas kedua pipi Gladyz. "Ih, istriku sadis banget, sih, tapi gemesin."

Gladyz menepis tangan Yoga lalu mengelus pipinya yang terasa sakit. Yoga terlalu kuat mencubitnya. "Jijik, Tan. Manggil aku-kamu alay banget sumpah," tukas Gladyz.

"Marah-marah teros! Cepet tua entar," ledek Yoga yang langsung dihadiah jitakan keras oleh Gladyz.

Yoga berdiri lalu berlari ke dalam kamar sebelum Gladyz memberikannya pukulan bertubi-tubi yang menyakitinya. "Tolong, istri gue jadi singa!" teriak Yoga diselingi tawa lepas.

Gladyz tersenyum tipis lalu segera menyusul Yoga dengan wajah yang kembali datar. Dia akan memberikan pelajaran pada suami lucknutnya itu.

***

Dua anak manusia yang sedang dimabuk asmara itu tengah duduk bersebelahan di taman belakang sebuah rumah yang terbilang mewah. Gadis berambut sebahu itu menyandarkan kepalanya di bahu cowok bertubuh jangkung di sebelahnya.

Reza menata rambut Zeva yang sedikit berantakan akibat diterpa angin malam yang berhembus cukup kencang. Cowok itu menatap lama wajah tenang kekasihnya yang sedang memejamkan mata. Ada rasa aneh yang terus menganggu hatinya. Rasa itu sedikit membuatnya tak tenang.

Rasanya ini malam terakhir dia bisa bercengkerama dengan gadis itu. Terakhir kali menatap wajah damai ini, menyentuhnya, dan memeluknya. Dia merasakan ada sesuatu yang akan terjadi yang menyebabkan mereka berpisah.

Cowok bermanik kelam itu mencoba membuang jauh-jauh segala pikiran buruknya dan mencoba menghilangkan perasaan aneh yang amat menyebalkan dari hatinya.

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang