Zeva berjalan menghampiri Gladyz yang duduk sendirian di dalam kelas. Dia mengerutkan kening melihat buku terbuka di hadapan Gladyz dan sebuah pulpen di tangan.
Ngapain, nih, anak? Perasaan tugas sama catatannya dah selesai, batin Zeva.
Zeva duduk di sebelah Gladyz memperhatikan lembaran kertas putih yang masih bersih, belum ada coretan sama sekali. Masa bodohlah, Gladyz sedang melakukan apa, ada hal yang lebih penting yang harus ditanyakannya sekarang.
"Dyz, Kak Zivan ke mana, dah? Udah seminggu lebih gue gak pernah liat dia keliaran di sekitar lo? Biasanya juga suka nyamperin lo," tanya Zeva. Ya, sudah hampir dua minggu dia tidak pernah melihat mantan Gladyz itu baik di sekitar Gladyz atau di area sekolah lainnya. Pernah Zeva lewat di depan kelas cowok itu saat jam pelajaran berlangsung, tetapi dia melihat bangku Zivan kosong.
"Balik ke Kalimantan," balas Gladyz tanpa menoleh sedikit pun. Dia memutar-mutar pulpen yang ada di tangannya seraya menatap lembaran buku yang masih kosong. Dia sedang berpikir akan melakukan apa dengan pulpen dan buku itu. Kurang kerjaan memang.
Zeva hanya ber-oh ria lalu beralih memainkan ponselnya. Mengabaikan Gladyz yang sedang fokus dengan kegiatannya sendiri.
"Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar. Lingkaran kecil, lingkaran kecil, lingkaran besar," nyanyi Gladyz seraya menggambar di buku.
Zeva lagi-lagi menggerutkan kening, merasa tak asing dengan sepenggal lagu yang dinyanyikan Gladyz. Namun, dia kembali tak acuh lalu memilih kembali fokus meng-scroll tik-tok.
"Mama, papa pergi ke pasar. Kakek, nenek berguling-guling," lanjut Gladyz. Selang beberapa menit tangannya berhenti menggerakan pulpen. Binar bahagia terpancar di wajah cantiknya. "Yey, jadi!" pekik Gladyz kesenangan.
Zeva bedecak kesal, telinganya pengang mendengar pekikan Gladyz yang tepat di sebelahnya. Dia menoleh pada gadis itu, dengan pandangan malas. "Lo ngapain, sih, Dyz? Bikin kaget aja, untung kelas sepi," tanya Zeva.
"Lihat, deh." Gladyz memperlihatkan hasil karyanya pada Zeva sambil tersenyum bangga.
Setelah melihat gambaran Gladyz, Zeva jadi ingat. Lagu yang dinyanyikan Gladyz tadi adalah lagu yang biasa Zeva nyanyikan ketika menggambar babi saat dia masih kecil.Zeva berusaha menahan tawa, saat melihat gambar babi itu dia langsung teringat wajah Azka, dia tak tahu kenapa bisa begitu. "Kembarannya Azka njirr," celetuk Zeva.
"Eh, Astagfirullah, bener banget," balas Gladyz yang kini tertawa begitu nyaring.
Tiba-tiba Yoga, Azka, dan Naufal berjalan memasuki kelas. "Kalian ngetawain apaan?" tanya Azka.
Gladyz dan Zeva menoleh ke arah tiga cowok itu bersamaan. Mereka menatap Azka lalu beralih menatap gambar babi hasil karya Gladyz. Tiga kali mereka melakukan itu secara berulang-ulang lalu Gladyz dan Zeva saling bertatapan. Mereka kembali tertawa terbahak-bahak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladyz Love Story [END]
Dla nastolatków"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." "Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz. "Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga. "Lo minggir atau gue perkosa?" ▪▪▪▪▪ BELUM REVISI! PLOT...