Jam istirahat pertama kali ini akan Gladyz habiskan untuk bertanya-tanya pada Azka. Dia menarik Azka menuju taman belakang yang jarang dilewati murid lain, sedangkan Zeva sudah ke kantin bersama sang kekasih.
"Jadi ada urusan apa lo nyeret gue ke sini? Gue berasa kea anjing pas lo seret tadi." Azka membuka suara terlebih dahulu.
"Sorry, Ka. Gue mau nanya banyak hal sama lo," jawab Gladyz dengan watados.
"Mau nanya apaan? Entar gue jawab sebisa gue."
Gladyz menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya secara perlahan. "Yoga sama Zeva dulu sedekat apa, sih?"
Azka nampak tengah berpikir, mengingat masa lalu mereka. "Lumayan dekat, sih. Dulu gue, Zeva, sama Yoga itu sahabatan. Kita selalu ngelindungin satu sama lain, kita tuh udah kayak saudara. Gue bingung kenapa semuanya berubah setelah gue pergi, Yoga dan Zeva sekarang malah musuhan."
"Mereka pernah pacaran gak, sih?"
"Gak pernah. Yoga dulu tuh playboy, suka mainin hati cewek, tiap hari pacarnya ganti mulu. Zeva tuh cuma sebatas ngenasihatin Yoga buat gak mainin perasaan cewek lagi. Lagian mana mungkin Yoga nembak Zeva, dia gak mungkin ngehianatin gue, dia tau kalau gue suka sama Zeva."
"Ohh, iya, selain lo berdua Zeva pernah dekat sama siapa lagi?"
"Sama Radit. Dulu dia dan Radit itu dekat banget, tapi entah karena masalah apa mereka kayak jaga jarak gitu. Sebulan kemudian Radit dikabarkan meninggal bunuh diri dan gak ada satu pun yang tau alasan dia berbuat nekat kayak gitu."
"Yaudah, makasih infonya," ujar Gladyz serasa menepuk pelan pundak Azka.
"Sama-sama. Btw, lo kenapa nanya-nanya soal Yoga, bukannya kalian tuh musuh, ya? Apa jangan-jangan lo udah larut dalam pesonanya si Yoga?" selidik Azka yang merasa heran, kenapa tiba-tiba seorang Gladyz Velisya Ginara bertanya-tanya tentang masa lalu sang musuh, Raditya Yoga Pratama.
"Gue gak suka sama dia, dia bukan tipe gue. Tipe gue kayak si Zivan. Gue pergi dulu, bye." Gladyz meninggalkan Azka begitu saja di taman.
Azka menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Aneh, sikap Gladyz benar-benar aneh. Cowok itu berdiri lalu berjalan menjauh dari taman.
***
Jam kosong karena guru-guru sedang rapat memberi peluang bagi Gladyz dan Zeva balas dendam pada dua curut sok kecantikan, siapa lagi kalau bukan Vanka dan Steffy. Sebuah rencana yang sangat bagus sudah mereka persiapakan untuk dua adik kelas tidak tau diri itu. Mungkin rencana mereka kali ini tidak terlalu buruk seperti apa yang mereka lakukan pada Gina dulu.
Dengan tampang angkuh dua gadis itu menuju kelas X IPS 1. Sepanjang koridor kelas sepuluh banyak adik kelas yang menunduk bahkan menghindar karena takut. Apa yang mereka lakukan pada Gina dulu membuat banyak orang enggan berurusan dengan mereka.
Steffy dan Vanka nampak sedang tertawa di meja bagian pojok kanan. Gladyz menggebrak meja membuat pandangan seluruh murid tertuju pada mereka. Terlihat jelas amarah di kedua mata Gladyz dan Zeva yang membuat beberapa murid bergidik ngeri.
"Dih, dasar badgirls katro gak ada sopan santun, masuk ke kelas orang bukannya salam malah main gebrak meja sembarangan," cibir Steffy
"Kalau mejanya rusak lo mau ganti, huh?" timpal Vanka.
"Suka-suka gue mau salam atau enggak, lo gak punya hak buat ngatur gue," sinis Gladyz.
"Jangankan ganti meja yang rusak, beli bibir moyong lo aja gue sanggup," ujar Zeva membuat Vanka menutup bibir dengan kedua tangan. Beberapa murid mencoba menahan tawa agar tidak pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladyz Love Story [END]
Roman pour Adolescents"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." "Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz. "Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga. "Lo minggir atau gue perkosa?" ▪▪▪▪▪ BELUM REVISI! PLOT...