Gladyz membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur. Dia mengusap kasar wajahnya, kalau bukan karena orang tuanya pasti dia menolak perjodohan ini. Gladyz semakin kesal mengingat Yoga yang malah sangat antusias menerima perjodohan bukannya menolak.
Ya, calon suami Gladyz adalah Raditya Yoga Pratama. Gladyz masih penasaran dengan sosok Yoga, cowok itu sebenarnya mesum atau alim. Diperkosa gak mau, giliran dicium malah dibalas.
***
"Yoga!" cicit Gladyz dengan mata yang membulat sempurna, sedangkan Yoga hanya tersenyum.
"Kalian saling kenal?" tanya Ajeng.
"Iya, Ma. Dia anak kelas sebelah yang suka sama aku," jawab Yoga yang duduk di sebalah Mamanya.
"Dih, enak aja kalo ngomong. Yang ada gue eneg ngeliat lo!" balas Gladyz yang tak terima dengan jawaban Yoga.
"Cie ... yang gak mau ngakuin. Malu, ya?" goda Yoga membuat semua orang geleng-geleng, kecuali Gladyz. Wajah cewek itu sudah memerah dengan mata melotot pada Yoga. Ingin rasanya merobek mulut Yoga.
"Yoga, gak boleh gitu," tegur Riki.
"Maaf, Pa," balas Yoga nyengir.
"Berhubung kalian berdua udah saling kenal, kalian gak perlu lagi buat ngelakuin pdkt, bisa langsung nikah aja minggu depan," ujar Ferdian membuat Gladyz menghela napas berat.
Tak ada raut wajah kaget ataupun tidak suka yang ditunjukan Yoga membuat Gladyz deg-degan. Dia harap Yoga akan menolak perjodohan ini.
"Gak mau minggu depan, maunya besok aja," sahut Yoga.
Gladyz membelalakkan matanya, tidak habis pikir dengan Yoga. Kenapa cowok itu malah mempercepat pernikahan bukannya menolak?
Bagaimana ini, Gladyz tidak siap tinggal serumah dengan musuh bebuyutannya itu. Bisa-bisa dia mati karena darah tinggi dengan tingkah Yoga nanti.
"Kebelet banget, Yog. Jangan besok, minggu depan aja. Soalnya nikahannya di Bandung," ucap Ajeng menepuk pelan bahu anaknya.
"Yaudah deh," jawab Yoga pasrah.
***
"Kenapa tuh bocah nerima gitu aja perjodohan ini? Apa dia lagi ngerencanain sesuatu?" tanya Gladyz seraya menatap langit-langit kamarnya.
"Ah, bodoh amatlah. Kalau dia macem-macem tinggal gue bales."
"Dasar Yoga sialan!"
***
Dengan wajah lesu Gladyz turun dari mobilnya berjalan menuju kelas. Tak ada tampang angkuh seperti biasanya yang ada hanya tampang menyedihkan. Kantung matanya berwarna hitam karena tidak tidur semalam. Semua ini karena perjodohan yang tidak pernah diinginkannya.
Dari arah berlawanan seorang cowok bertubuh tegap tersenyum ke arah Gladyz, tetapi Gladyz tak menghiraukan. Dia terus berjalan sambil sesekali menguap.
Cowok itu kini mensejajarkan langkahnya dengan Gladyz dan mengikuti gadis itu sampai ke depan kelas. Gladyz menghentikan langkahnya tepat di depan pintu lalu menatap malas ke arah cowok itu.
"Ngapain ngikutin gue?" tanya Gladyz lalu menutup mulut karena ingin menguap.
"Lo baik-baik aja kan, Dyz?" tanya cowok itu yang tak lain adalah Arya.
"Gue gak papa cuma kurang tidur doang," jawab Gladyz sejujurnya.
"Kurang tidur? Kenapa?"
Gladyz mengurungkan niat menjawab pertanyaan Arya, gadis itu malah mendengkus kesal. Rasa kantuknya hilang dalam sekejap berganti rasa kesal setengah mati saat melihat Yoga berjalan ke arahnya sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladyz Love Story [END]
Teen Fiction"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." "Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz. "Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga. "Lo minggir atau gue perkosa?" ▪▪▪▪▪ BELUM REVISI! PLOT...