"Banyak orang yang berubah karena cinta. Entah berubah menjadi lebih baik ataupun lebih buruk."
***
"Hari ini lo pulang sendiri dulu, ya. Gue mau nganterin Zeva ke makamnya Reza, gapapa kan?" tanya Yoga meminta izin pada Gladyz.
Dalam hati tak rela, tetapi Gladyz bisa apa? Menahan Yoga pun tak mungkin, pasti cowok itu akan terus membujuknya hingga memberi izin. Dengan berat hati Gladyz mengangguk lalu menghela napas.
"Makasih. Lo hati-hati di jalan, gue balik ke kelas dulu nyamperin Zeva, bye." Setelah mengatakan itu Yoga langsung berlari kembali ke kelas meninggalkan Gladyz di parkiran sekolah yang masih ramai.
Mata itu terpejam dengan kedua tangan terkepal di samping tubuh. Gadis itu berusaha menahan gejolak yang amat menyakitkan di dada.
***
Zeva menatap pantulan dirinya di cermin besar yang ada di hadapannya. Terlihat sisa-sisa air di wajah mulusnya yang baru saja dibasuh. Helaan napas terdengar, netranya terpejam sebentar lalu kembali terbuka. Bisa dia lihat kantung yang menghitam di bawah matanya.
Gadis itu mengukur tangan kirinya menggunakan jari tangan kanan. Setelah itu, dia tertawa getir melihat tubuhnya yang semakin hari semakin kurus. Semenjak Reza pergi, dia benar-benar kacau.
Tubuh munggil itu berbalik membelakangi cermin seraya bersandar di wastafel. Kedua tangan dilipat di depan dada dengan senyum sinis yang terukir jelas. Maniknya bertemu dengan manik gadis yang baru saja masuk ke toilet.
"Apa kabar, Zeva?" tanya Zeina dengan seringai sambil berjalan mendekati Zeva.
"Cih, gak usah basa-basi. Mau apa lo ke sini?" tanya Zeva yang terdengar ketus.
"Jangan ketus-ketus gitu dong," ucap Zeina dengan nada mengejeknya
"Lo mau apa, hah! Jangan macam-macam, gue bisa mukul lo kapan aja!" ancam Zeva dengan tatapan tajamnya.
Zeina terkekeh pelan lalu balas menatap tajam gadis di hadapannya itu. "Gak usah sok kuat. Orang lemah akan selamanya lemah," hina Zeina. Dengan sigap tangannya langsung menjambak rambut Zeva.
Zeva meringis pelan. Jambakan itu cukup kuat, tetapi Zeva bisa melepaskannya dalam satu kali hentakan. Sudut bibir kanan Zeva terangkat, memandang remrh Zeina.
Zeina tidak memedulikan jambakannya yang terlepas. Dia menatap sinis Zeva.
"Mau tau satu fakta, gak?" tanya Zeina membuat Zeva menggerutkan keningnya.
"Fakta? Maksud lo?"
"Lo adalah penyebab Reza meninggal."
"Ma-maksud lo?" tanyanya terbata-bata dengan tubuh bergeming.
"Lo ingat beberapa hari sebelum dia meninggal, lo minta apa ke dia?"
Netra Zeva mulai tertutup, mencoba mengingat-ingat apa yang pernah dia minta pada Reza.
"Ja, aku mau cokelat, tapi dibeliin kamu," pinta Zeva yang sedang duduk bersama Reza di bangku yang ada di pinggir lapangan sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladyz Love Story [END]
Teen Fiction"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." "Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz. "Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga. "Lo minggir atau gue perkosa?" ▪▪▪▪▪ BELUM REVISI! PLOT...