"Cha, bisa kita bicara bentar?"
Suara Zivan mengalihkan pandangan enam orang insan yang tadinya fokus ke arah benda pipih yang dipegang oleh Gladyz. Sebelah alis Gladyz terangkat, seolah bertanya 'apa?'
Sebaliknya, fokus Zivan malah teralih ke layar ponsel Gladyz yang masih menyala. Dahinya mengernyit melihat rentetan huruf yang tertera di sana yang terkesan aneh. Namun, dia tahu betul pesan itu diketik menggunakan keyboard dvorak bukan keyboad qwert seperti yang umumnya digunakan masyarakat sekarang.
"Gue gak ngijinin dia buat ngobrol sama mantan," sinis Yoga yang merasa terganggu dengan kehadiran Zivan yang notebenenya mantan pacar Gladyz.
"Icha, itu pesan dari siapa?" tanya Zivan, mengabaikan perkataan Yoga tadi.
Yoga memutar bola matanya malas. Dia tidak suka melihat Zivan yang berusaha dekat lagi dengan Gladyz apalagi memanggilnya dengan sebutan Icha. Padahal Zivan bisa memanggil dengan nama Gladyz seperti orang-orang, kenapa malah memanggil Icha? Biar terkesan spesial dan beda sama yang lain? Cih, Yoga jadi gemes sendiri pengen menyentil ginjal Zivan.
"Gak tau. Orang iseng mungkin," balas Gladyz.
"Bisa gue liat bentar?" tanya Zivan, berharap Gladyz mengizinkannya membaca pesan itu dengan jelas. Dia penasaran dengan isi pesan itu dan ingin mengartikannya.
Tanpa banyak bicara, Gladyz langsung menyodorkan ponselnya ke arah Zivan. Zivan mengambil alih ponsel itu lalu membaca pesan itu dengan saksama. Ekspresi cowok itu berubah, enam orang lain yang berada di sana bahkan sulit mengartikan raut wajahnya.
"Kenapa, Van?" tanya Gladyz yang menatap Zivan penasaran.
"Hama pengganggu pantas dibunuh," gumam Zivan yang mampu didengar oleh Naufal yang berdiri tepat di sebelahnya.
"Hama pengganggu pantas dibunuh, maksudnya?" tanya Naufal membuat Gladyz, Azka, Yoga, Zeva, dan Catty membulatkan mata sempurna.
"Maksudnya apa, sih?" tanya Gladyz, perasaannya berubah tidak enak.
"Gue gak tau apa maksud sebenarnya si pengirim pesan. Yang gue tau pesan ini ditulis menggunalan keyboard dvorak," ujar Zivan lalu mengembalikan ponsel Gladyz.
"Dvorak adalah sebuah tata letak papan ketik yang dipantenkan tahun 1936 oleh August Dvorak seorang Profesor dan Psikolog pendidik di University Of Washington di Seattle bersama rekannya William Dealey. Meskipun gagal menggantikan tata letak QWERT, Dvorak didukung oleh semua sistem operasi besar dengan menyertakan akses bagi pengguna tata letak papan ketik ini di samping tata letak QWERT," terang Zeva. Saat Zivan menyebutkan keyboard dvorak pikiran Zeva langsung melayang ke kenangannya bersama Radit beberapa tahun silam. Radit pernah memberitahu tentang keyboard tersebut.
Zeva kembali memperhatikan pesan yang dikirimkan padanya tadi. Dia mencoba mengartikan kalimat itu sendiri. Cukup lama berpikir akhirnya dia menemukan arti kalimat itu.
"Pesan yang dikirim ke gue artinya pembunuh pantas dibunuh," ujar Zeva.
"Pembunuh?" tanya Zivan dengan sebelah alis terangkat.
"Pengirimnya gak jelas banget, sumpah. Hama pengganggu, pembunuh? Maksudnya apaan, sih? Ngaco banget," ujar Azka yang terlihat kesal sendiri.
"Gue pergi dulu. Cha, kita ngobrol kapan-kapan, ya," kata Zivan segera berlalu.
"Dih, gak jelas," kata Catty.
***
Angel dan Quenza memperhatikan dua adik kelas yang berjalan melewati Yoga dan kelima temannya begitu saja tanpa menyapa. Begitu aneh, biasanya salah satu dari mereka pasti akan mencari perhatian Yoga meskipun ada Gladyz.
Apakah adik kelasnya itu juga mendapatkan ancaman dari Zeina? Hingga tak berani lagi mengusik Yoga.
Angel langsung menghentikan dua junior itu saat hendak melintas di hadapannya. Dia menatap kedua gadis itu dengan sebelah alis terangkat, sedangkan keduanya balas mengernyit heran.
"Kenapa? Gue udah gak godain Yoga, jadi lo gak seharusnya ngelabrak gue seperti biasanya," kata Steffy. Dia sedang malas berurusan dengan siapapun sekarang, apalagi berkaitan dengan Yoga.
"Gue gak lagi ngelabrak lo, ya. Gue cuma mau nanya, kenapa lo gak kegatelan lagi sama Yoga?" Angel hanya penasaran, kenapa seorang Steffy yang selalu terlihat agresif kepada Yoga tiba-tiba berubah cuek dan seolah tak peduli.
"Mau lo apa, sih? Gue deketin Yoga salah, jauhin Yoga juga salah. Dah, malas gue. Gue masih ada urusan yang lebih penting daripada ngobrol sama orang kayak lo. Ayo, Van." Steffy segera menarik Vanka pergi dari hadapan dua orang senior kepo itu.
"Adik kelas gak ada sopan santunnya banget," cibir Quenza.
"Aneh banget," gumam Angel.
***
"Gue mau ngomong sama lo," kata Zivan seraya menarik tangan Zeina menuju rooftop.
"Tinggal ngomong juga, kenapa pake narik-narik segala, sih?" protes Zeina.
Sesampainnya di rooftop Zivan melepaskan cekalnya dari tangan Zeina. Entah terlalu keras atau tangan cewek itu yang terlalu putih hingga terdapat bercak-bercak merah di pergelangan tangannya akibat ulah Zivan.
Zeina mengelus pelan pergelangan tangannya yang sedikit terasa sakit. Kemudian, menatap tajam Zivan.
"Cepetan, mau ngomong apa? Gue lagi ada urusan, nih," tanya Zeina. Sebenarnya dia memiliki urusan penting saat ini, tapi Zivan malah menariknya dengan seenak jidatnya ke tempat ini.
"Yang ngirim pesan pake keyboard dvorak ke Gladyz dan Zeva itu lo, 'kan?" tanya Zivan yang terdengar seperti tuduhan. Cowok itu yakin pasti Zeina pelakunya karena cuma gadis ini yang membenci Gladyz.
"Dih, bukan gue. Kurang kerjaan banget ngetik pake keyboard dvorak, bikin pusing aja. Apalagi harus dikirimin ke tuh cewek, buang-buang waktu," jawab Zeina seraya memutar bola mata malas.
"Gak usah banyak alasan. Gue tau itu kerjaan lo karena cuma lo yang benci banget sama Gladyz," kata Zivan yang masih kekeh pada tuduhannya.
"Jangan karena gue nujukin secara terang-terangan kalau gue gak suka sama mantan lo itu, lo bisa nuduh gue seenaknya. Terkadang pelaku yang sebenarnya adalah orang terdekat," ungkap Zeina.
Gadis itu segera berlalu meninggalkan Zivan yang masih berusaha mencerna kata-katanya. Kaki melangkah menuruni satu per satu anak tangga dengan seringai mengerikan menghiasi wajah. Entah apa yang ada di pikiran Zeina sekarang.
Sulawesi Tengah, 14 Oktober 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladyz Love Story [END]
Teen Fiction"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." "Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz. "Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga. "Lo minggir atau gue perkosa?" ▪▪▪▪▪ BELUM REVISI! PLOT...