Part 31: Sampai Jumpa Mantan

2.2K 136 10
                                    

Malam mulai menjelang, sang rembulan menggeser tahta sang mentari. Tak lupa taburan gemintang berkelap-kelip menambah keindahan langit malam.

Jam menujukkan pukul 20.15. Zivan sudah duduk manis di ruang tamu rumah orang tua Gladyz. Di sana juga sudah ada Yoga dan Gladyz menemainya. Tiga gelas minuman dan beberapa cemilan memenuhi meja di hadapan mereka. Sementara itu, orang tua Gladyz keluar rumah beberapa menit yang lalu, mau kencan katanya.

Gladyz yang diliputi rasa penasaran menatap penuh tanya ke arah Zivan yang sibuk dengan cemilan di tangannya, sedangkan Yoga menatap penuh kebencian ke arah cowok itu. Gara-gara Zivan, rencana Yoga mengajak Gladyz berkeliling kota di malam ini harus batal.

"Ngemil mulu lo dari tadi kek orang gak pernah ngemil aja," sinis Yoga. Entah kenapa setiap kali melihat Zivan, Yoga menjadi cepat emosi.

"Kalo ngomong pake bissmilah dulu jangan asal nyerocoh aja," balas Zivan yang melirik Yoga sekilas lalu meneguk minumannya. "Lagian lo gak ada sopan-sopannya sama kakak kelas," lanjutnya selesai minum.

"Gak ada istilah senior-junior di sini, ini rumah mertua gue bukan sekolah," tukas Yoga menatap sinis mantan pacar Gladyz itu.

Gladyz hanya diam sambil menatap malas pertengkaran dua orang itu. Ini sudah terlalu sering terjadi kalau Yoga dan Zivan dipertemukan. Terkadang Gladyz pusing sendiri melihatnya.

"Inget, masih calon! Lo sama Gladyz masih pacaran belum nikah!" kata Zivan yang tidak tahu apa-apa tentang hubungan Gladyz dan Yoga yang sebenarnya.

Lo aja yang kudet, anjir. Gue udah nikah dikatain masih pacaran. Orang modelan gini bisa dibuang ke jurang gak, sih? Yoga membatin.

Ingin rasanya dia berteriak keras di hadapan cowok itu bahwa dia dan Gladyz sudah resmi menikah. Namun, itu tidak mungkin dia lakukan, yang ada rahasia tentang pernikahan yang selama ini mereka tutupi akan terbongkar.

"Setelah lulus gue langsung nikah sama Gladyz. Entar lo yang gue kasih undang pertama kali!" ujar Yoga terlihat begitu bersungguh-sungguh.

Zivan menatap remeh adik kelasnya itu. "Lo lulus masih lama, bocah! Putus di tengah jalan nangis lo tujuh hari tujuh malam," ledek Zivan.

"Diam atau gue siram?" ancam Gladyz dengan segelas jus di tangannya. Bersiap menyiram kedua cowok itu jika mereka masih terus adu mulut.

Yoga yang hendak membalas perkataan Zivan langsung kicep, tak mau mandi jus di malam hari. Zivan juga ikut diam, dia meletakan kemasan cemilan yang sudah kosong ke atas meja lalu beralih meraih gelas minuman miliknya lalu meneguknya hingga tandas.

Gladyz tersenyum bangga, mampu meredam pertikaian Zivan dan Yoga. Dia melirik ke arah Yoga yang pura-pura sibuk dengan ponselnya lalu beralih menatap Zivan yang kini balik menatapnya.

"Jadi apa tujuan lo ketemu gue?" tanya Gladyz to the point, malas berbasa-basi busuk.

"Besok gue mau balik ke Kalimantan soalnya papa gue kembali ditugasin di sana. Gue mau ngabisin malam ini buat ngobrol berdua sama lo!" jelas Zivan sengaja menekan tiga kata terakhir, dia bermaksud menyindir Yoga yang hadir di antara dia dan Gladyz malam ini.

"Gak ada berdua-berduan, banyak setan! Takutnya terjadi hal-hal yang tak diinginkan," sahut Yoga tanpa menoleh sedikit pun dari layar ponselnya.

"Lo setannya, btw," kata Zivan.

"Lo gak usah mikir yang macam-macam, ya, Ga," tegur Gladyz.

"Pikiranku cuma satu macam kok, yank, yaitu kamu," goda Yoga sambil mengedipkan sebelah mata pada Gladyz, mengabaikan keberadaan Zivan yang ada di sana.

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang