Yoga membaringkan tubuh lelahnya di atas kasur. Cowok itu memijat pelipisnya, dia sungguh tersiksa hidup dengan uang lima ratus ribu per harinya. Sudah hampir sebulan Gladyz mengatur keuangannya dan berlaku seenaknya, padahal niatnya menikahi Gladyz adalah menyiksa gadis itu, tapi nyatanya malah dia yang disiksa oleh gadis itu.
Dia harus mencari cara agar semua uang kembali padanya. Jika, terus begini bisa-bisa dia strees memikirkannya.
"Apa gue baik-baikin aja tuh anak? Siapa tau dia luluh terus nambahin duit jajan gue," gumam Yoga seraya menatap langit-langit kamar.
"Gak, gak, masa gue harus baik-baikin cewek songong kayak dia, bisa-bisa dia besar kepala terus malah makin ngelunjak." Yoga menggeleng. Ah, rasanya kepala nyut-nyutan sekarang.
"Arghhhh!" teriaknya frustasi sambil mengacak rambut.
"Yotan, lo kenapa?" Terdengar suara teriakan dari luar membuat Yoga beringsut duduk lalu memutar bola matanya malas. Gadis itu selalu saja menggangu.
"Diem, Anying!" sarkas Yoga.
"Dih, kasar. Duit jajan lo gue potong lima puluh ribu." Gladyz yang tadi berdiri di depan pintu kamar Yoga kini berlalu menuju kamarnya.
Apa? dipotong lagi? Arghhh, Gladyz benar-benar keterlaluan. Lagi dan lagi Yoga mengacak rambutnya frustasi. Jika, kesabarannya sudah habis dia akan membunuh Gladyz dengan tangannya sendiri.
"Bangsat, babi, anjing, monyet, setan!" umpat Yoga.
***
Tawa bebas Gladyz dan Zeva terdengar begitu merdu membuat Reza dan Zivan yang duduk di samping mereka melebarkan senyum. Tangan kedua cowok tampan itu terulur untuk mengacak rambut tambatan hati masing-masing.
Beberapa pasang mata memperhatikan kedua gadis itu dengan tatapan iri. Beruntung sekali rasanya bisa duduk dan akrab dengan cowok baik dan manis seperti Reza dan Zivan.
Tak jauh dari meja Gladyz sudah ada Yoga bersama Naufal dan Azka yang menatap ke arah empat manusia yang sedang kasmaran itu. Yoga mengaduk bakso dengan perasaan cemburu bercampur marah, cemburu karena Zeva begitu mesra dengan Reza dan marah karena istrinya dekat dengan cowok lain, sedangkan Azka mengaduk-aduk minumannya seraya menatap tajam Reza yang tengah merangkul Zeva. Tak jauh beda dari kedua sahabatnya, Naufal menggigiti sedotan dengan tatapan yang tak lepas dari tangan Zivan yang mengelus rambut panjang milik Gladyz.
"Angel," panggil Yoga dengan volume suara yang sengaja dibesarkan agar terdengar jelas di telinga Zeva dan Gladyz.
"Quenza," panggil Azka tak kalah kerasnya.
"Catty." Naufal ikut-ikutan.
Angel, Quenza, dan Catty yang baru saja memasuki kantin langsung menoleh ke arah Yoga CS. Ketiga gadis itu tersenyum dan dengan senang hati langsung menghampiri cowok-cowok kesayangan mereka.
Gladyz dan Zeva menoleh, tatapan mereka fokus ke arah Yoga yang tengah merangkul Angel. Gladyz memutar bola matanya malas lalu menyuapi Zivan, sedangkan raut wajah Zeva berubah masam terbesit rasa cemburu yang menyesakan di hatinya, tetapi dia sadar semuanya sudah berubah. Dia dan Yoga sudah tak memiliki ikatan, sekarang dia sudah bersama Reza dan secepat mungkin harus melupakan Yoga.
Dulu lo yang jadi alasan gue berhenti mainin perasaan cewek, sekarang lo juga yang akan menjadi alasan gue buat mainin perasaan cewek lagi. Yoga menatap sendu ke arah Zeva yang kini menyuapi Reza lalu pandangannya beralih ke arah Gladyz yang tengah mencubit pipi Zivan. Kita nikah karena perjodohan dan tanpa rasa cinta, gue benci lo, tapi gue gak suka lo dekat sama yang lain. Apa yang udah jadi milik gue gak boleh sampai terbagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladyz Love Story [END]
Ficção Adolescente"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." "Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz. "Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga. "Lo minggir atau gue perkosa?" ▪▪▪▪▪ BELUM REVISI! PLOT...