Part 25: Zeina

3.1K 165 8
                                    

Typo bertebaran, mohon dimaklumi.
Happy Reading:)

***

Warna kehitaman kini mendominasi langit. Rembulan bersinar terang ditemani gemintang yang bertabur begitu indah. Disertai angin yang berhembus  cukup kencang malam ini.

Malam ini, malam di mana Yoga dan Gladyz sepakat untuk tidur sekamar sampai seterusnya. Mereka akan menempati kamar yang biasa di tempati Yoga yang berada di lantai dua.

Kedua insan itu kini tidur terlentang di atas kasur karena lelah. Mereka baru saja selesai memindahkan barang-barang Gladyz yang lumayan banyak dari kamar di lantai satu ke kamar yang berada di lantai dua.

"Capek, njir," keluh Yoga.

"Yaiyalah capek, kita kan habis mindahin barang," kata Gladyz yang mencoba menormalkan napasnya yang sedikit memburu.

"Iya, hehe," balas Yoga diselingi kekehan pelan.

Hening. Keduanya kembali bungkam. Gladyz memejamkan matanya, sedangkan Yoga menatap langit-langit kamarnya.

Beberapa menit kemudian, Yoga menoleh ke arah Gladyz. Senyum terlukis di wajah tampannya. Perlahan, tangannya terulur mengusap lembut pipi Gladyz.

Merasakan tangan besar mengelus pipinya, Gladyz segera membuka mata. Dia menoleh ke samping kirinya mendapati Yoga yang sedang tersenyum.

"Ga," panggil Gladyz pelan.

"Kenapa, Sayang?" tanya Yoga yang kini beralih mendekap tubuh ramping Gladyz.

"Rumah ini tuh luas banget, capek aku kalau ngurus sendirian apalagi aku juga harus sekolah. Kita cari pembantu aja gimana?" usul Gladyz. Ya, rumah ini terlalu luas jika hanya di tempati dua orang anak SMA seperti mereka. Terkadang Gladyz juga kelelahan karena mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, sementara Yoga sibuk menonton kantun layaknya bocah TK. Bukan contoh suami idaman.

"Emm ... emang gak risi gitu kalau di rumah ini ada orang lain?" tanya Yoga.

Gladyz diam, mencoba memikirkan semuanya kembali.

Sepertinya ide mencari pembantu bukanlah ide yang buruk. Mereka hanya perlu beradaptasi beberapa saat dengan kehadiran orang asing di rumah mereka dan mereka juga tinggal meminta pembantu baru itu untuk tidak membeberkan kepada siapapun jika mereka sudah menikah. Simpel bukan?

Saat Gladyz sibuk mempertimpangkan untuk mencari pembantu atau tidak, Yoga malah memikir hal-hal yang tidak mungkin terjadi untuk saat ini. Dia sekarang tengah menghayalkan jika dia akan melalui malam ini layaknya melalui malam pertama seperti pengantin baru.

"Kita coba aja dulu. Siapa tau aja enak dan nyaman," ucap Gladyz.

Mendengar ucapan Gladyz, Yoga langsung beringsut duduk. Dia menatap Gladyz dengan binar bahagia. Apakah Gladyz mengajaknya untuk melakukan apa yang baru saja dibayangkannya?

"Yaudah, ayo," jawab Yoga penuh semangat dan bersiap membuka baju.

Gladyz mengernyit heran. Kenapa Yoga hendak membuka baju?

"Kamu ngapain mau buka baju?"

"Katanya mau nyobain itu. Yaudah, ayo," jawab Yoga yang terkesan ambigu.

"Itu apa?" Gladyz masih belum paham, apa maksud dari perkataan Yoga. Tadi mereka membahas soal pembantu lalu apa hubungannya dengan membuka baju?

"Ena-ena," balas Yoga yang kini bajunya sudah terlepas sempurna.

Gladyz menjitak kepala Yoga hingga si empunya meringis. Yoga mengelus dahinya yang terasa sakit sambil misuh-misuh.

"Tadi katanya cobain dulu siapa tau aja enak dan nyaman. Pas diajak nyobain aku malah dijitak," kesal Yoga.

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang