Part 28: Mahal Kita

2.2K 144 9
                                    

"Mau apa lagi lo?" tanya Steffy begitu sinis pada kakak kelas yang menghadang jalannya.
"Kalau lo mau ngebahas tentang perintah lo yang kemaren, lo tenang aja gue bakal lakuin. Yang penting lo berhenti buat ngancam gue, gue belum mau mati muda," lanjutnya.

"Anak pintar." Zeina terkekeh sambil bertepuk tangan. Dia tersenyum puas melihat adik kelasnya yang memilih melakukan perintahnya. Tak sia-sia dia mengancam gadis kecil itu.

"Udah, ya, gue mau ke kantin," ucap Steffy.

Dengan senang hati Zeina memberikan jalan untuk Steffy. Steffy segera berjalan menuju kantin, menjauhi dari Zeina.

Sebelum Steffy benar-benar lenyap dari padangannya, Zeina berteriak, "cepat-cepat lupain Yoga, soalnya dia jodoh gue!"

***

Jam sudah menunjukkan pukul 23.34, tetapi sepasang suami istri belum juga terlelap. Keduanya masih asik bercanda, berbagi kebahagian dan tawa. Sesekali saling memukul dengan menggunakan bantal lalu kembali tertawa.

Gladyz meraih bantal lalu kembali memukul wajah Yoga. Cowok itu tak balas memukul menggunakan bantal melainkan memeluk erat sang istri sampai si empunya berteriak-teriak menyuruh untuk dilepaskan. Namun, Yoga mengabaikan teriakan Gladyz, dia malah makin mengeratkan pelukannya sampai Gladyz hampir kehabisan napas.

Tangan Gladyz terulur ke perut Yoga dan langsung saja mencubitnya. Setelah itu barulah Yoga melepaskan pelukannya, cowok itu meringis sambil mengelus perut yang terasa sakit karena cubitan Gladyz yang dilakukan dengan sekuat tenaga.

"Sakit, Dyz," keluh Yoga dengan wajah cemberutnya.

"Bodoh! Salah sendiri meluk orang erat banget. Aku hampir kehabisan napas tau gak," ketus Gladyz. Gadis itu kini membaringkan tubuh di atas kasur empuknya sambil menatap langit-langit kamar. Yoga yang melihat itu juga ikut berbaring di samping istri tersayangnya itu.

Yoga terkekeh pelan lalu berkata, "maaf, ya."

Gladyz hanya berdehem menjawabnya.

Kemudian, hening menyelimuti. Pandangan keduanya lurus menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Mereka sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing.

Tiba-tiba Yoga merasakan ada tangan yang memeluk tubuhnya. Dia melirik ke arah Gladyz yang kini sudah menyandarkan kepala di dada bidangnya. Yoga tersenyum lalu balas memeluk serta mengelus rambut panjang sang istri.

"Yoga," panggil Gladyz.

"Apa sayang?" tanya Yoga.

"Aku ada pertanyaan buat kamu," lanjut Gladyz.

"Apa hmm?"

"Anakku, istriku, dan ibuku mana yang gak sedarah sama aku?" tanya Gladyz.

Yoga diam beberapa saat lalu menjawab, "istriku."

"Iya, suamiku," balas Gladyz dengan pipi yang semerah tomat. Setelah itu, dia menyembunyikan wajahnya di dada Yoga.

"Ehh." Yoga speechlees kedua pipinya juga ikut bersemu merah. Dia terkekeh lalu mengacak rambut Gladyz. "Bisa aja kamu."

Gladyz juga ikut terkekeh. Dia mendongak menatap wajah Yoga dan Yoga juga balas menatapnya.

"Kenapa natapnya gitu banget?" tanya Yoga dengan sebelah alis terangkat.

"Kamu kalau diliat-liat mirip bapak, ya," balas Gladyz.

Yoga mengerutkan keningnya, bingung. "Bapak siapa?" tanyanya.

"Bapak dari anak-anak kita," jawab Gladyz lalu kembali menenggelamkan wajahnya di dada bidang Yoga, malu dia tuh.

"Pinter banget gombalannya, belajar dari mana?" Yoga mengeratkan pelukannya sambil memainkan ujung rambut Gladyz.

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang