Happy Reading
Sorry kalau ada banyak yang typo.***
Hari minggu yang indah, mentari menampakan sinarnya, langit berwarna biru cerah dengan hiasan awan putih, semilir angin sepoi yang menyejukan serta kicauan burung yang merdu.
Zeva berdiri di depan pintu kediaman Ginara. Hari ini dia berniat mengajak Gladyz keluar untuk berkeliling mall. Sudah lama dia dan Gladyz tak quality time berdua.
Gadis itu memencet bel yang ada di sebelah pintu. Tak berselang lama seorang wanita paruh baya yang sangat dikenali Zeva membuka pintu. Dengan sopan Zeva mengucap salam lalu menyalimi Bunda Gladyz.
"Gladyznya ada, Tante?" tanya Zeva seraya tersenyum.
"Ah, Adyz lagi keluar sama Yoga," jawab Riri yang berbohong. Tidak mungkin dia berkata bahwa Gladyz sudah tidak tinggal di sini, melainkan tinggal di rumahnya sendiri bersama Yoga.
"Udah lama?"
"Sekitar sejaman, deh."
"Yaudah, kalo gitu saya pamit dulu, Tante." Zeva pamit undur diri.
Dia berdiri di luar gerbang rumah Gladyz, hendak menelpon Azka untuk menjemputnya. Namun, niat itu diurungkan kala melihat taksi yang sepertinya akan melewatinya.
Zeva segera memberhentikan taksi itu lalu naik. Dia memberitahu alamat rumahnya pada pak supir. Lebih baik dia pulang ke rumah sekarang, tidur sepanjang hari sepertinya menyenangkan.
Dia melirik jam yang melingkar indah di pergelangan tangan, pukul setengah sembilan. Masih pagi udah pacaran aja, tuh, anak berdua, gerutu Zeva dalam hati.
Pandangannya lurus mengarah ke jalanan yang ramai oleh pengemudi lain. Netranya terpaku pada sepasang kekasih yang berboncengan tepat di sebalah taksi yang ditumpanginya.
Kenangan bersama Reza kembali berputar di benaknya. Setetes air mata berhasil lolos membasahi pipi. Dengan cepat dia menyeka bulir bening itu.
Aku rindu kamu, Ja. Andai kamu masih ada di sini, mungkin kita bisa berbagi tawa seperti dulu. Mungkin aku gak akan kesepian seperti sekarang. I really miss you, Dear. Kapan, ya, kita bisa ketemu lagi?
Lagi-lagi bulir bening itu menetes tanpa bisa dicegah. Rasa rindu begitu membucah di dada kala mengingat sang kekasih yang sudah berada jauh di sana. Jaraknya sangat jauh hingga tak mampu Zeva capai, bukan hanya sekedar beda kota atau negara, melainkan beda dunia. Takdir telah memisahkan mereka.
Dengan segera, dia kembali menyeka air mata yang berhasil lolos. Tak boleh sedih lagi, harus ikhlas dengan segala yang terjadi. Dia yakin suatu saat mereka pasti akan bertemu, hanya perlu melewati semua waktu sesuai takdir yang telah ditentukan dan menunggu ajal menjemput.
Pak supir hanya melirik sekilas Zeva dari spion, enggan untuk bertanya lebih lanjutnya, takutnya akan mengganggu kenyaman Zeva.
"Pak, berhenti di minimarket terdekat, ya," pinta Zeva. Dia berniat membeli beberapa minuman dan cemilan untuk dibawa pulang.
Beberapa menit kemudian, Pak supir memarkirkan kendaraan yang mereka tumpangi di area parkiran di salah satu minimarket sesuai permintaan Zeva.
Zeva yang membuka pintu hendak turun kembali menutup pintu kala melihat dua orang yang dikenalinya keluar dari minimarket seraya menenteng beberapa kantong plastik. Zeva mengerutkan kening, heran kenapa kedua orang itu berada di sana.
Jauh banget belanjanya, padahal di dekat komplek perumahan Gladyz ada supermarket, deh? tanya Zeva dalam hati.
Dia hendak menghampiri dua orang itu. Namun, Yoga dan Gladyz lebih dulu meninggalkan area parkiran. Zeva semakin dibuat penasaran karena kedua orang itu pergi ke arah yang berlawanan dengan rumah Gladyz.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladyz Love Story [END]
Fiksi Remaja"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." "Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz. "Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga. "Lo minggir atau gue perkosa?" ▪▪▪▪▪ BELUM REVISI! PLOT...