Part 14: Pudarnya Perasaan Masa Lalu

4.3K 218 13
                                    

Setelah kejadian Gladyz ketakutan karena kuntilanak tiga bulan yang lalu sikap Gladyz berubah 180° yang awalnya memusuhi Yoga kini malah mempelakukan Yoga dengan baik. Uang saku dinaikan menjadi sepuluh juta per minggunya, jarang bertengkar baik di rumah maupun di sekolah, bahkan saat Yoga sakit dia merawatnya dengan sangat baik.

Yoga cukup senang dengan perubahan Gladyz, ternyata enak juga berbaikan dengan Gladyz. Empat bulan lebih serumah dengan Gladyz, Yoga menjadi tahu banyak tentang gadis itu. Gladyz itu tipe cewek yang galak, angkuh, kejam, keras kepala, dan nakal jika berada luaran rumah, tetapi itu bukanlah sifat asli dari gadis itu. Sikap Gladyz yang sesungguhnya santun, manja, cengeng, cerewet, lembut, dan baik.

Tanpa keduanya sadari perlahan rasa sayang dan cinta mulai memudar pada tambatan hati di masa lalu. Keduanya mulai nyaman bersama, bahkan terasa ada yang beda jika berjauhan. Desiran aneh sering terasa jika sedang bersama.

"Mau gandengan?" tawar Yoga saat dia dan Gladyz hendak menuju kelas.

"Enggak ah, entar kita dikira pacaran," tolak Gladyz sedikit malu-malu.

"Iya juga, sih. Kita kan gak pacaran, tapi udah nikah," bisik Yoga yang berhasil membuat pipi Gladyz semerah tomat. Gladyz memukul-mukul lengan Yoga karena salah tingkah, sedangkan Yoga malah terkekeh lalu mengelus penuh sayang puncak kepala Gladyz.

"Aw, sakit," ringis Yoga karena Gladyz semakin bruntal memukulinya.

"Udah, ya," ucap Yoga lalu menangkap kedua tangan Gladyz, sedangkan si empunya malah menunduk malu karena wajahnya yang masih saja blushing.

Cup

Yoga mengecup kening istrinya itu, Gladyz malah semakin menunduk karena malu. Untung saja parkiran masih sepi karena mereka berdua yang berangkat terlalu pagi.

"Iss, Yoga mah gitu," protes Gladyz bukannya langsung pergi malah memeluk Yoga dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Yoga. Yoga yang melihat Gladyz seperti itu malah tersenyum, sepertinya dia mulai menyukai hubungannya dengan Gladyz.

"Maaf, Sayang," ucap Yoga sangat pelan, tetapi masih mampu di dengar Gladyz.

Gladyz mengurai pelukannya, menatap Yoga dengan wajah yang masih setengah merona. "Ngomong apa tadi?" tanya Gladyz hanya ingin memastikan jika dia tidak salah dengar.

"Bukan apa-apa," jawab Yoga membuang pandangan ke arah lain sambil meruntuki mulutnya yang tidak sopan.

"Ngomong apa tadi?" tanya Gladyz sekali lagi.

"Bukan apa-apa," jawab Yoga masih dengan jawaban yang sama dengan sebelumnya.

"Ngomong apa tadi?" Kini tangan Gladyz sudah mencubit perut Yoga, membuat empunya meringis.

"Lepasin dulu, baru gue jawab," pinta Yoga dengan memelas barulah Gladyz menarik kembali tangannya.

"Gladyz kunti!" teriak Yoga lalu berlari kencang menuju kelas sambil tertawa lepas. Gladyz mengepalkan kedua tangannya lalu mengejar Yoga dengan muka memerah karena marah.

"Yoga Setan, awas lo, ya!"

"Maaf, Sayang!" Gladyz tersenyum, tetapi sedetik kemudian dia menutupi senyumnya dengan wajah galak yang siap membunuh Yoga.

Beberapa murid yang sudah berada di sekolah pagi itu hanya menatap heran kedua manusia aneh yang kadang seperti Tom & Jerry, kadang seperti pasangan kekasih.

***

"Lo kenapa, Va?" tanya Gladyz saat melihat sahabatnya datang dengan mata sembab dan tatapan kosong.

Zeva duduk di samping Gladyz lalu kembali melamun. Pertanyaan Gladyz tak dihiraukannya, terlalu sulit untuk mengucapkan satu kata saja.

"Va, lo baik-baik aja, 'kan?" Gladyz semakin dibuat khawatir oleh Zeva yang lain dari biasanya.

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang