PROLOG

22.5K 708 75
                                    

Seorang gadis berpakaian ketat dan rok mini 5 cm di atas lutut berjalan dengan dagu yang sedikit terangkat. Belum sampai sepuluh langkah, seorang cowok berkulit putih, rahang tegas, hidung mancung, dan bermanik hitam kelam menghentikannya.

Cowok yang tak lain adalah ketua osis itu menatap gadis di hadapannya dari atas sampai bawah lalu menggeleng. Seragam gadis itu sudah melanggar peraturan sekolah. Dia sudah berulang kali menegur gadis itu agar mengenakan seragam yang lebih longgar dan rok yang lebih panjang, tetapi tak pernah didengarkan.

"Apa?" ketus gadis itu.

"Lo telat sepuluh menit," kata cowok yang bername tag Raditya Yoga Pratama.

"Telat? Lo gak lihat tuh gerbang aja belum ditutup jadi, itu artinya gue gak telat!" Gadis bername tag Gladyz Velisya Ginara itu menunjuk ke arah gerbang yang masih terbuka lebar.

"Gue sengaja gak nutup biar yang telat bisa masuk dan bisa langsung gue kasih hukuman. Coba deh lo cek sekarang jam berapa?"

Gladyz cepat-cepat melirik jam tangan mewah yang melingkar di pergelangan tangannya. Benar saja dia terlambat sepuluh menit seperti apa yang dikatakan Yoga. Dia menatap kembali Yoga seraya bersekedap dada lalu mengangkat sebelah alis. "Apa hukuman gue?"

"Bentar, gue mau nyeramahin lo dulu." Gladyz memutar bola matanya malas mendengar ucapan Yoga. Ceramah, ceramah, dan ceramah dia pikir dia itu uztad.

"Udah berulang kali gue bilang, jangan pake seragam yang ketat dan rok mini. Lo itu niat mau belajar atau pamer buah dada sih?" Yoga memulai ceramahnya.

"Apa perlu lo gue beliin seragam baru biar lo mau ganti tuh seragam yang udah gak layak pakai. Lo itu cewek punya harga diri dik--"

Belum sempat Yoga menyelesaikan perkataannya, Gladyz sudah membekap mulutnya dengan kedua tangan.

"Nah gini kan enak, lo gak berisik lagi," ujar Gladyz merasa menang karena bisa membuat ketua osis cerewet itu diam.

Yoga berusaha teriak meminta dilepaskan, tapi setiap kata yang keluar dari mulutnya terdengar tak jelas. Hal itu membuat Yoga tak punya pilihan lain, dia mecengekeram kuat penggelangan tangan Gladyz dan menyingkirkan kedua tangan gadis itu dari mulutnya.

Gladyz meringis, merasakan sakit di penggelangan tangan karena cengkeraman Yoga yang terlalu kuat hingga meninggalkan bekas kemerahan di kulit putih nan mulusnya.

"Sakit anjir!" makinya lalu mendorong Yoga yang berdiri di hadapannya. "Awas, gue mau lewat!"

Dia melangkah menjauhi parkiran sambil menahan sakit di pergelangan tangan. Sumpah serapah terlontar dari bibir tipisnya untuk sang ketua osis menyebalkan.

Namun, langkahnya kembali terhenti. Yoga berdiri di hadapannya dengan kedua tangan direntangkan, mencoba menutupi jalan yang akan dilewatinya.

"Lo mau ke mana? Gue belum ngasih lo hukuman." Yoga menatap tajam siswi yang tak ada sopan-sopannya bahkan tak menghargainya sebagai ketua osis di sekolah ini.

"Lo ngapain rentangin tangan kayak gitu? Mau gue peluk?" goda Gladyz.

"Ck, ini buat nahan supaya lo gak pergi bukannya minta dipeluk," decak Yoga.

"Lo minggir atau gue perkosa?"

Mendengar itu Yoga langsung meletakan kedua telapak tangan di area celana bagian depan yang di dalamnya terdapat burung yang tidak bisa terbang. Dia menggeleng berulang kali membuat Gladyz merasa menang sekali lagi. "Jangan, gue masih perjaka."

"Yaudah cepatan minggir!"

Yoga sedikit bergeser memberikan cewek mesum itu jalan. Gladyz melenggang pergi meninggalkan ketua osis yang terlalu lemah dan bodoh itu. Mau-maunya dibodohi oleh Gladyz, mana ada cewek yang mau memperkosa cowok.

☆☆☆

Sulawesi Tengah, 16 Mei 2020.

12 Juni 2021:
Berhubung tadi ada yang negur, jadi adegan ciumannya gue apus demi kenyamanan bersama. Makasih buat yang udah ngeingetin🙏
Bagi kalian, yang merasa gak nyaman di beberapa adegan di cerita ini, silakan aja tegur gw baik dari komentar atau langsung dm aja, tapi mohon kalo negur dengan baik-baik biar gw nanggepinnya juga baik-baik🙏

Salam Literasi.

♡AR♡

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang