Part 23: Jujur

3.1K 192 13
                                    

"Kalau sayang bilang sayang, jangan pura-pura gak peduli seolah gak ada rasa. Jujur aja, siapa tahu dia juga punya rasa yang sama."

***

"Lo sayang gue?" tanya Yoga yang kini sudah berdiri tepat di belakang bangku yang di duduki Gladyz.

Tubuh Gladyz menegang. Haruskah Yoga mengetahui perasaannya sekarang?

Rasanya Gladyz ingin melompat ke jurang saja. Dia seperti pencuri yang sedang tertangkap basah. Dia malu karena ketahuan mencintai Yoga, sementara cowok itu tak memiliki rasa apa-apa padanya.

"Dyz, jawab gue. Lo sayang sama gue?" Yoga mengulang kembali pertanyaannya. Namun, Gladyz hanya dia seraya menunduk, menyembunyikan wajah di balik rambut panjangnya.

Gladyz dapat merasakan jika sekarang Yoga sudah duduk di sebelahnya. Dia sama sekali tak berani untuk sekadar menatap mata Yoga atau melihat wajahnya.

"Apa perubahan lo kemarin karena cemburu? Lo cemburu karena gue bersikap berlebihan ke Zeva?"

Pertanyaan Yoga semakin membuat Gladyz bungkam. Lidah Gladyz terasa keluh dan kepalanya terasa begitu berat untuk dianggukan.

"Kalau emang lo cemburu, kenapa lo gak bilang?"

"Gak baik mendam sesuatu sendiri."

"Lo harusnya jujur ke gue, bukannya malah judesin gue kayak kemarin," cecar Yoga.

Entah kekuatan dari mana, Gladyz berani mengangkat kepalanya untuk menatap Yoga. Kemudian, dia langsung memeluk cowok itu. Lagi dan lagi bulir bening itu meluruh.

"Iya, gue sayang sama lo. Gue cemburu ngeliat lo sama Zeva, tapi gue bisa apa? Bicara pun gak ada gunanya, gue yakin lo pasti gak peduli," jelas Gladyz diserati suara tangisan yang semakin mengeras.

"Kenapa lo gak jujur dari awal?"

"Kenapa lo gak ngomong? Gak ada yang bakal sia-sia. Gue peduli sama lo lebih dari rasa peduli gue ke Zeva," ujar Yoga yang kini membalas pelukan Gladyz.

"Gue gak mau jujur karena gue takut, lo bakalan kembali musuhin gue kalau seandainya lo tahu gue sayang sama lo. Gue juga malu ngungkapin rasa cinta ke lo karena gue tau lo sama sekali gak suka sama gue," ungkap Gladyz.

"Gue juga sayang sama lo, Dyz. Sama seperti lo sayang ke gue, tapi gengsi gue terlalu tinggi buat ngungkapin perasaan gue ke lo. Gue juga berpikirnya kalau lo masih sayang sama Zivan."

Gladyz kaget bukan main mendengar penuturan Yoga. Jadi, selama ini cintanya tidak bertepuk sebelah tangan? Mereka sama-sama saling mencintai?"

"Dan kalau aja lo ngomong kalau lo cemburu, mungkin gue gak akan seperhatian itu ke Zeva. Gue bisa suruh Azka buat ngejagain dia," jelas Yoga.

"Maaf," lirih Gladyz.

"Cie ...," seru Zeva, Naufal, dan Azka entah muncul dari mana.

Gladyz dan Yoga melepaskan pelukan mereka dan cepat-cepat menyeka air mata masing-masing. Mereka tersenyum kikuk kepada ketiga orang yang datang secara tiba-tiba seperti hantu itu.

"Jadian gak, nih?" tanya Zeva mencoba menggoda Gladyz dan Yoga. Wajahnya masih pucat dengan lingkaran hitam di bawah mata seperti biasa, tetapi senyumnya begitu merekah tidak seperti hari-hari sebelumnya.

Gladyz Love Story [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang