-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
....Deru motor menggelegar di seluruh penjuru markas, tempat empat orang laki-laki itu bersemayam. Seperti rumah kedua, ketika rumah pertama mereka sedang tidak baik-baik saja. Kalau kata Restu, markas adalah kumpulan untuk jiwa-jiwa yang setres.
Alamgir dan Dewa tengah asik dengan diri mereka masing-masing. Dewa yang sibuk berbalas chat dengan para primadonanya sembari mengunyah kuaci yang terletak di sebelahnya. Alamgir, manusia satu itu tak perlu di jelaskan lagi,sudah pasti belajar menjadi hobinya setiap saat..
"Udah pulang kalian?" tanya Dewa saat melihat dua orang cowok itu datang.
"Menurut lo?" sembur Restu kesal dengan pertanyaan Dewa.
"Giliran lo!" Afkar melemparkan satu buah pop mie kearah Restu, dengan sigap pria itu menangkapnya.
"Ok, Kak hero!" jawab Restu dengan nada jahil.Tatapan tajam meluncur mulus ke arah Restu, yang hanya di balas cengengesan.
"Kak hero?" tanya Dewa lagi merasa asing dengan kata itu.
"Yoi, panggilan baru si bos!"
"Kok bisa?"
"Lo tau nggak, tadi di jalan si bos foto berdua sama fansnya." adu Restu, Dewa terkejut terlihat dari raut wajahnya yang sangat syok. Biasalah, mereka berdua memang king drama guys!
"Berfoto?"
"Iya!"
"Berdua?"
"Iya Wa!"
"Sama cewek?"
"IYA, SILUMAN!" sarkas Restu sedikit emosi.
Dewa bertepuk tangan mengabaikan Restu yang tengah kesal, cowok itu menatap Afkar yang saat ini juga menatap mereka.
"Gue bangga sama lo bos!" ucapnya dengan wajah kekaguman.
Mereka memang sering seperti ini ketika berada di markas, bisa dikatakan sikap mereka sangat berbeda saat disekolah, jika disekolah mereka bersikap cool, dan jaga image di markas mereka akan seperti orang gila yang tantrum setiap saat.
Dan satu hal yang perlu kalian ketahui jika disekolah mereka sama sekali tidak berani membuat Afkar marah, jika di markas menjaihili Afkar adalah salah satu misi mereka. Dengan alasan: Menjahili si bos adalah satu-satunya hiburan yang kami punya di markas!
"30 detik dari sekarang!" tegas Afkar membuat Restu kalang kabut berlari kearah dapur.
"Lo, berdiri 10 menit menghadap dinding!" ujar Afkar kepada Dewa yang saat ini tersenyum lebar dengan kakinya yang sudah melangkah ke dinding ber-cat abu-abu muda.
"Tiap hari gue liat yang datar-datar mulu, gak muka si bos, gak muka anak sekolah, gak lu nding! Pengen jadi ironman aja gue, sekalian gak bisa liat bumi!" dumel Dewa merengut pada dinding.
°•°•°
Suasana sedikit mendung dari biasanya, namun tidak menghentikan semangat para murid Gundala yang saat ini masih berkutit pada buku mereka masing-masing.
Terutama di kelas dua belas Ipa satu, ruangan itu begitu sunyi seolah tidak ada penghuni. Di depan sudah ada seorang pria dewasa yang tengah menulis di layar lebar yang tertempel di dinding.
Carilah solusi x dari persamaan :
X²+1+ 100 = 20
X²+1
"Siapa yang bisa menjawabnya, kedepan!" lirih Sho Lee hen, guru matematika kelas dua belas.
Seluruh murid sontak mengangkat tangan, melihat itu Sho lee hen mengubah pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Teen FictionTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...