-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
....
Rindu melempar ponselnya kekasur, dia merasa kesal sama sahabatnya yang sedari tadi tidak bisa dihubungi, bikin khawatir saja. Untung cuma satu, kesal Rindu menggerutu.
"Apa gue kerumah dia aja ya? Kalo terjadi apa-apa sama dia gimana? Dia kan sendiri dirumah." Rindu semakin gelisah.
Perihalnya Shaheen tadi sempat bilang jika dirinya ketakutan, setelah itu handphone-nya mati tidak bisa dihubungi sampai sekarang.
Sedangkan didalam ruangan yang sangat gelap, seorang gadis yang tengah teringkuk dibawah tangga rumahnya, tengah menahan rasa takut, keringatnya sudah membasahi seluruh tubuh, mendengar suara telapak kaki semakin mendekat kearahnya.
Samar-samar Shaheen melihat sosok hitam yang tengah menatap sekeliling dengan sebuah pisau berada di tangannya, sontak dia menutup mulutnya agar sosok itu tidak mengetahui keberadaannya.
"Ayah.. Bunda.. Shaheen takut.." cicit Shaheen penuh keringat.
Tok.. Tok.. Tok..
"Cewek purple, bukain pintunya woi." sorak seseorang dari luar.
Mendengar itu sosok hitam itu langsung pergi, Shaheen bergegas berlari membuka pintu. Matanya yang memanas kini air mata itu luruh begitu saja.
"Kak__" belum sempat Shaheen berbicara Afkar langsung membawa gadis itu ke pelukannya. Afkar mengusap kepala Shaheen menyalurkan ketenangan.
"Kenapa?" Afkar mengusap air mata Shaheen dengan telunjuknya. Ia juga menatap ke dalam rumah Shaheen yang sangat gelap. "Kenapa rumahnya gelap, ada apa?" tanya Afkar sekali lagi.
"Tadi ada sosok yang masuk, dia bawa pisau Kak." Suara Shaheen terdengar bergetar, Afkar kembali membawa gadis itu ke pangkuannya, "Lo tenang aja, udah ada Kakak disini."
"Yaudah lo ikut gue." Shaheen pun hanya mengangguk.
Sebelum melangkah, Shaheen meraih tangan Afkar, sontak membuat pria itu kaget.
"Makasih ya, Kak." Ujar Shaheen pelan.
"Iya." timpal Afkar ragu. Ia semakin mengeratkan genggaman mereka.
Setelah mengunci rumahnya, kedua manusia itu meninggalkan tempat itu, tanpa mereka sadari sosok hitam yang mencoba mengganggu Shaheen tadi masih berada disana, di balik maskernya ia tersenyum devil. Genggaman pisau di tangannya begitu erat karena menahan emosi.
•••
Sesampainya di kediaman Afkar, Shaheen melihat rumah itu tak berkedip sedikitpun, matanya menyapu seluruh perkarangan dengan mulut berbentuk O. Menakjubkan..
"Ini rumah apa gedung, gede amat." Ujar Shaheen melongo.
Afkar terkekeh serta menggeleng heran melihat tingkah Shaheen, dasar bocah, pikirnya.
"Biasa aja liatnya, copot ntar mata lo." Sergahnya namun tak dihiraukan Shaheen. Ya mohon dimaklumi permisah..
Saat Afkar sudah sampai didepan pintu masuk, Shaheen masih berada dibawah membuat Afkar merasa kesal.
"Lo mau gue kurung diluar?" teriak Afkar membuat gadis itu menggeleng kuat dan langsung berlari menaiki tangga teras.
"Gak mau,"
"Alay banget lo." Semprot Afkar sambil membuka pintu.
"Ye gue kan belum pernah masuk rumah semewah ini, wajar aja kali." Bela Shaheen jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Teen FictionTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...