-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
...
"Bunda bentar lagi Salju datang, Shaheen mau ke kamar dulu."
"Sha, Salju gak akan datang dan dia nggak per__"
"Udah ya Bun, Bunda kenapa sih selalu ngomong kayak gini sejak Shaheen ngasih tahu kalau kita udah ketemu? Bunda nggak percaya sama Shaheen?"
Rinai menghela pelan, "Bukan begitu maksud Bunda nak, cuman.."
"Udah ya Bunda sayang ini waktunya Shaheen nangkring di atap, Bunda lanjut tidur gih, maaf udah ganggu Bunda, hehe." Perempuan itu terkekeh nyaring, hal itu membuat Rinai tersenyum gentir.
Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, namun tiba-tiba anak gadisnya ini malah membangunkannya untuk memberitahu jika Salju akan datang, mana mungkin Rinai percaya, tidak ada orang yang bertamu ke rumah temannya selarut ini.
"Udah kamu tidur bareng Bunda aja ya?" bujuk Rinai, tidak bisa di bohongi jika rautnya sangat gelisah.
"Gak Bun, kalau gitu Shaheen permisi, selamat melanjutkan tidurnya Bunda." Shaheen mengecup pipi Rinai dan segera pergi dari sana.
Saat ini Shaheen tengah berada diatas atap yang memiliki jalan otomatis dari kamarnya, yaitu jendela kamarnya terhubung dengan atap rumahnya.
Setiap memiliki suasana hati yang kacau Shaheen selalu duduk disana, memandangi langit dengan sinar bulannya yang dikelilingi oleh kerikil kecil yang mengeluarkan kerlap-kerlip indah sebagai peramainya.
"Gue gadis malang, gue perempuan berantakan." Lirihnya dengan kedua tangan berada di kepala yang tertekuk.
Tanpa ia sadari Rinai, tengah memandanginya dari dalam kamarnya.
"Salju kok gak datang datang?" tanyanya menengadahkan kepala, "Apa jangan-jangan dia tau pembicaraan gue sama Bunda tadi ya?"
"Gak gak mungkin, Salju gak mungkin ke kamar Bunda?" lirihnya lagi.
"Maafkan Bunda Shaheen.." lirih Rinai terisak ia segera meninggalkan kamar putrinya karena tak kuasa melihatnya.
Berlangsung satu jam Shaheen tanpa sadar terlelap di atas atap tersebut, udara dingin tak membuatnya beranjak dari sana, hingga notif dari ponselnya membuyarkan alam bawah sadar gadis itu.
Ting!!
Kak hero🐯: Dmn lo?
Mata Shaheen sedikit melebar saat membaca pesan itu.
Shaheen: Dirumah, kenapa Kak?
Shaheen menghela nafas legah saat berhasil membalas pesan cowok itu. Berlangsung lima menit masih belum ada balasan, alis gadis itu bertaut menatap room chat yang masih ceklis dua abu-abu.
"Ih kok nggak dibales!" kesalnya memandangi pesan itu.
Tak berselang lama sebuah panggilan masuk menampilkan nama 'kak hero' dilayar ponsel membuat Shaheen reflek menutup mulutnya dengan tangan kiri.
"Aaaaaa, ini beneran gue di telfon. Aaa Kak hero nelfon gue!" pekiknya dengan riang.
"Tenang Shaheen! Lo harus jaga image, ok!" lirihnya mengatur nafas yang sudah tidak bisa dikendalikan. Sejak kapan tau image?
"Ha-halo, Kak!" ucap Shaheen gugup seraya menggigit jari telunjuknya.
Kemana aja lo? Lama banget angkat telfon gue!
Sarkasnya membuat Shaheen terkejut sontak menjauhkan sedikit ponselnya dari telinga.
"Gak usah marah-marah terus bisa Kak? Cepet tua ntar!" ketus Shaheen merengut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Teen FictionTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...