Untuk senyuman yang menjadi duniaku
“Pah?” sahut Afkar saat Brams datang ke markasnya.
Seluruh anggota Black Moon menyapa Brams dengan sopan, laki-laki paruh baya itu tersenyum hangat kepada seluruh laki-laki itu. Saat ini seluruh Black Moon tengah berada di markas Afkar untuk mengasah ilmu bela diri mereka.
“Selamat datang Papa Brams!” Restu yang pertama menyalami Brams. Diikuti oleh anggota BlackMoon lainnya.
“Papa kangen banget sama anak-anak Papa!!” ucap Brams menepuk-nepuk punggung para laki-laki itu.
“Langit kira, Papa masih marah sama kami!” seloroh Langit, pria yang sangat dekat dengan Brams sejak bocah.
“Iya, kami kira Papa sudah benci sama kami.” Dewa masih memeluk Brams dengan erat.
Sejak dulu hanya dari Brams dan mendiang Zaskia lah Dewa bisa mendapatkan kasih sayang orang tua, semua yang tidak Dewa dapatkan dari orang tuanya di kasih oleh kedua orang tua Afkar.
“Mana mungkin Papa bisa lupa dan benci sama kalian, kalian itu anak-anak Papa, kalau Papa marah itu artinya Papa peduli!”
“Duduk Pah, mereka kalau diladeni bisa capek sendiri Papa nanti.” Serogot Bromo membawa Brams ke kursi.
Semuanya terkekeh, namun sebelum menuju kursi Brams menatap putranya dengan tatapan lembut, Afkar yang mendapat tatapan tersebut sedikit salah tingkah dan berusaha bersikap sebiasa mungkin.
“Kamu nggak mau meluk Papa nak?” Brams merentangkan kedua tangannya.
Afkar masih diam, hingga Alam dan Bumi menyenggol bahunya memberi kode.
“Samperin Kar!” serogot Alam.
“Tauk ah, malu sama bokap sendiri!” cibir Bumi terkekeh pelan.
“Siapa yang malu!” Afkar bergegas menghampiri Brams dan memeluknya dengan erat. Begitupun dengan Brams, sudah lama sekali dia tidak memeluk putranya seperti ini.
“Anak Papa!” ucap Brams menepuk-nepuk bahu Afkar.
“Maaf Pa, maaf untuk semuanya, Afkar belum bisa jadi anak yang bisa membuat Papa bangga, bisanya cuma buat Papa kecewa karena udah buat bunda meninggal.”
“Sebelum kamu minta maaf, Papa sudah memaafkan kamu nak, Papa bersikap keras hanya untuk membuat kamu bisa belajar dari kesalahan.”
“Maaf Pa, tapi kali ini___”
“Papa tahu, makanya Papa kesini.” Potong Brams membuat mereka sedikit kaget dan bingung.
“Papa tahu dari mana?” tanya Afkar bingung.
“Kalian tidak perlu tahu Papa tahu dari mana, yang jelas Papa kesini untuk memberitahu kalau perusahaan milik Arga sudah berhasil Papa selamatkan, Aksa sudah membatalkan niatnya untuk mengambil alih warisan itu dan itu berkat putra-putranya. Kalian berhasil nak.” Brams melirik Bumi dan Langit, Langitpun tersenyum begitupun dengan Bumi namun ada hal yang mereka tidak tahu kenapa Aksa menyetujui, hanya Bumi yang tau.
“Dan masalah pertempuran kalian nanti, Papa udah punya strategi yang bagus untuk kalian, karena orang suruhan Papa berhasil mendapatkan info dari geng Hugo.”
“Orang suruhan Papa? Siapa, bukannya anak buah Papa semuanya udah tua? Gimana bisa dia masuk ke kandang harimau itu?” tanya Bromo.
“Orang suruhan Papa ini adalah seseorang yang sangat ahli, kalian pasti akan terkejut jika mengetahui siapa dia.” Brams terkekeh.
“Pah, biar ini jadi urusan Afkar dan teman-teman, Papa nggak boleh ikut serta dalam hal ini, aku nggak mau kasus bunda terjadi untuk kedua kalinya.” Mohon Afkar.
Brams tersenyum singkat, “Itu tidak mungkin Afkar, Papa tetap akan mengawasi kalian, kalian tenang aja Papa akan bertindak dengan aman nantinya.”
“Caranya gimana Pa?” tutur Alam kurang paham.
“Papa sudah mengatur strategi khusus untuk kalian.”
Brams memberitahu strategi itu kepada tujuh anggota inti Black Moon. Tersusun secara sempurna dengan harapan perang kali ini tidak ada yang gugur dari kubu mereka.
°•°•°
Hari ini malam tampak begitu kelam, hening dan tenang. Bulanpun tampak enggan untuk memancarkan cahayanya. Semua manusia mulai berangsur kurang dijalanan.
Termasuk lingkungan rutan yang kini terlihat sangat sepi, para penjaga sudah mengistirahatkan tubuhnya tanpa sengaja, hingga kedatangan dua orang berpakaian serba hitam begitu lancar hingga kini keduanya sudah berada di dalam, tepatnya diruangan sel, tempat putrinya ditahan.
Agarish dan Leyzo berencana akan melepaskan adiknya dari tahanan secara diam-diam. Karena hanya dengan cara itu mereka bisa membebaskan Temaram dari sini.
“Lo tunggu disini aja, biar gue yang masuk ke dalam.” Bisik Agarish.
Leyzo menahan tangan adiknya saat Agarish hendak melangkah. “Hati-hati, lo dan Temaram harus keluar dengan selamat.” Agarish mengangguk dan segera masuk kedalam.
“Hah, ngantuk banget Jang, gue mau bikin kopi dulu, lo mau nggak?” tawar salah satunya kepada laki-laki yang ber-name tag Ujang di seragamnya.
“Boleh juga tuh, gue juga ngantuk banget nih.” Jawabnya, setelah itu pria itu langsung pergi dari sana diikuti oleh Agarish saat itu juga.
Belum sempat sampai menuju dapur, Agarish dengan kuat memukul pundak polisi itu dengan lengannya. Setelah itu Agarish langsung menguncinya di dapur dan kembali ke ruangan sel.
Disana terlihat polisi bernama Ujang tadi tampak gelisah karena menahan sesuatu. “Aduuh si Hendra kemana sih, bikin kopi dua aja lama banget, kebelet nih gue!” desisnya.
“Udah ah, udah gak tahan.” Lanjutnya dan berlalu ke toilet, disaat itu juga Agarish langsung mengunci toilet itu dan membuang asal kuncinya.
“Kak Agarish?” ujar Temaram terlihat senang melihat laki-laki itu datang.
“Ssssut!” Agarish menampilkan telunjuknya didepan bibir, kode kalau Temaram harus diam.
Agarish langsung mencari kunci gembok itu dan membukanya. Setelah berhasil dia langsung membawa adiknya dari sana. Malam itu aksi pembebasan secara ilegal Temaram berhasil mereka lakukan.
•°•°•

KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Fiksi RemajaTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...