-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
....
"Sejak kapan lo keluar?" tanya cowok ber-headband putih menatap laki-laki yang berdiri di depan mereka dengan posisi membelakang.
"Keluar? Gue tidak pernah terkurung kenapa harus keluar?" lirihnya terdengar sombong.
Ketujuh laki-laki itu mengerutkan keningnya, bagaimana bisa dia tidak terkurung padahal jelas-jelas mereka menyaksikan bahwa laki-laki itu tertangkap polisi waktu itu.
"Gak usah bercanda bro, kita serius?" sahut salah satunya.
"Gue tidak pernah terkurung, kurang jelas?" lugasnya.
"Jika memang selama ini kamu bebas, kenapa baru muncul sekarang?" tanya laki-laki bertopi hitam, sesekali ia mengelus gelang besi bermata bulan sabit di pergelangan tangannya.
"Saya yang seharusnya bertanya, jika saya memang terkurung siapa yang mencoba untuk mengunjungi? Siapa yang berusaha mencari? Tidak ada kan?" jawabnya cepat.
"Kami minta maaf, ada banyak alasan mengapa kami belum mencari kamu."
"Dengan tetap melakukan gurauan asyik tanpa terlihat kekurangan?"
"Eh ooh abang gue lagi merajuk ceritanya nih? Ok ok kita paham, sini sini duduk dulu, santai bro," bujuk salah satunya yang memang berusia paling muda di sana.
Laki-laki itu membawa pria itu duduk bersama mereka, "Maafkan kami Reygan. Sekarang selamat bergabung kembali." ucap mantan ketua mereka mewakili.
"Lalu kenapa harus muncul di SMA Gundala?"
"Gue lagi ngincar seseorang." jawabnya enteng.
"Oh ya?"
Reygan mengangguk kecil, ia kemudian meraih minuman kaleng yang ada di meja. Berbeda dengan laki-laki yang bertanya tadi, seolah ia mencurigai sesuatu. Dalam ruangan yang sangat tersembunyi, delapan orang laki-laki yang menggunakan jaket berlogo bulan hitam dengan tangan mereka memiliki gelang besi, malam itu sebuah gengster mematikan kembali utuh.
°•°•°
Melihat Restu tengah memainkan gitarnya, Dewa yang duduk di sampingnya mencondongkan wajahnya ke arah Restu yang sudah mengambil ancang-ancang untuk bernyanyi.
"Ikan sepat ikan tongkol," ujarnya tepat di wajah Restu.
"NAFAS LO BAU JENGKOL ANJING, MINGGIR LO!" sarkas Restu memundurkan tubuhnya.
"Masa sih? Masih bau ya?" Dewa kembali menghembuskan nafasnya memastikan sekali lagi, ternyata benar nafasnya masih bau jengki.
"Ck! Dikit elah lebay lo! Nafas aesthetic kayak gini jarang ada di manusia ganteng yang udah ngalahin ketampanan Lucas enciti kayak gue." Ujarnya malah narsis.
"Aesthetic palalu! Gue karungin juga kresek Alfamart!" kesal Restu hendak memukul pantat Dewa dengan kakinya namun dengan sigap cowok itu menjauh.
"Betewe, lo tau gak Res setelah sabtu itu namanya menunggu ya?" Dewa mengedipkan matanya ke arah Restu sembari melirik Alamgir.
"Minggu kali ah!" balas Restu berusaha waras, bisa-bisa kenormalannya benar-benar minggat jika harus meladeni si Dewa setiap saat.
"Kalau puasa setelah itu buka bersama namanya bubar ya?" tambah cowok tu lagi masih menyindir Alam.
"Bukber!"
"Kertas buat print itu namanya hts ya?"
"Iya kan Lam?" ujar Restu menatap Alamgir, sedangkan cowok itu memilih diam dan tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Teen FictionTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...