AFK | Pengakuan

3.6K 98 8
                                    

Temaram merasakan badannya terasa berat, ia berusaha membuka matanya dengan kepala yang terasa pusing.

“Argh!” erangnya mendudukan tubuhnya, “Tempat apa ini?” lirihnya melihat ruangan itu, kotor dan gelap. “Kenapa gue ada disini?” tanyanya tak mengingat apapun.

“Sudah puas nona Temaram?” ujar seseorang menghampirinya.

“Lo?” Temaram terkejut saat melihat Rangga di sana, “Gimana lo menikmati permainan gue kan?” Temaram menatap tajam. Ia segera mengecek tubuhnya yang memang terasa sakit bahkan di area kewanitaannya.

“Brengsek lo apain gue sialan!” teriaknya deru nafasnya sudah memburu.

“Memenuhi nafsu lo yang nggak di penuhi oleh Afkar, baik kan gue?” kekehnya memandang remeh Temaram.

“GAK! ITU SEMUA GAK BENAR, GUE GAK SUDI BRENGSEK!” Temaram menangis sejadi-jadinya di sana.

“Selamat sebentar lagi lo akan menjadi ibu dari anak gue.” Lanjutnya tersenyum picik.

“BRENGSEK LO RANGGA, GUE BENCI SAMA LO, GUE GAK SUDI MENGANDUNG ANAK LO SIALAN!” pekiknya mencakar semua badannya.

“Sudahi drama mu Merem!” oceh Restu yang sejak tadi menyaksikan, posisinya tengah bersandar di dinding dengan kedua tangan terlipat ke dada.

“Jangan munafik jadi cewek, lo yang minta jatah kan? Malah sok-sok an merasa jadi korban.” Cibir Langit ikut jengah.

“Dimana Afkar hah? Gue cuma butuh Afkar.” Teriaknya.

“Gue disini.” Afkar muncul bersama Alam dan Bumi. Tak hanya Black Moon geng Devilsclub juga ada disana menertawai kondisi Temaram.

“Kak, tolong aku kak, mereka melukai aku.” Adu Temaram. Namun Afkar hanya menatapnya tanpa ekspresi apapun.

“Kak kamu nggak ikut sama ide manusia biadab seperti mereka kan? Kamu gak mungkin merencanakan ini untuk aku kan?” Temaram menangis menatap Afkar.

“Gue gak bisa membela lo Ram, karena lo udah membahayakan cewek gue, lo juga udah bunuh tante Rinai.”

“Membunuh?” ulang Temaram tak mengerti.

Semuanya berdecak kesal, “Udahlah gak usah ngeles.” Sahut Dewa terkekeh.

“Lo ternyata ada hubungan dengan tante Rinai, dia mantan ibu tiri lo yang sangat lo benci.” Ujar Afkar.

Temaram menggeleng, “Gak kak, bukan gue yang bunuh dia, gue memang benci sama dia tapi bukan aku yang bunuh dia.” Membantah.

“Gak usah bohong Ram,” sambung Parveen datang bersama Rindu dan Anne. “Gue dengar sendiri lo ngancam akan bunuh tante Rinai kalau dia gak mau memindahkan Shaheen ke luar negeri.” jelas Parveen.

“Oh jadi lo biang keroknya?” sarkas Temaram menatap bengis Parveen.

“Iya, lo udah seharusnya mendapatkan balasan dari perbuatan lo Temaram.”

“Oke! Gue jujur gue emang berniat untuk membunuh dia pada malam itu, tapi saat gue tengah berbicara sama dia seseorang datang mengambil alih aksi gue.”

Semuanya terkekeh, “Lo pikir kita percaya gitu?” tuding Rindu tersenyum picik.

“Gue berani sumpah, asal kalian tahu pelaku sesungguhnya itu adalah orang yang sama sekali gak kalian duga!”

“Udahlah Temaram, lebih baik lo jujur aja.” Sahut Anne merasa kesal sendiri.

“Gue udah jujur,” tegas Temaram membela diri.

“Gak usah membalikkan fakta.” Timpal Cordelia juga datang bersama Reygan.

“Lia? Lo mengkhianati kakak gue?” ujar Temaram tak percaya. Setelah itu beberapa polisi juga datang di sana.

“Bajingan lo ngapain bawa polisi?” berbisik ke arah Reygan.

“Kenapa takut lo?” Reygan tersenyum sinis.

“Saudari Temaram anda kami tangkap atas kasus pembunuhan saudari Rinai yang dimana mantan ibu tiri anda, beberapa bukti sudah ada anda bisa menjelaskan di kantor nanti.”ujar polisi.

“Bukan saya pelakunya Pak, kalian salah!” hardik Temaram.

“Anda bisa menjelaskan di kantor nanti.” Para polisi itu mulai mendekati Temaram.

“TIDAAK! BERHENTI!! BUKAN SAYA YANG MEMBUNUH RINAI.” Teriaknya begitu keras, menghentikan pergerakan polisi.

“Afkar lo benaran mau tau pelaku sesungguhnya ha? Oke! Gue akan ungkap semuanya.” Sorot mata gadis itu menajam.

“Pada saat gue mau membawa mama Rinai pergi dari sana, sebuah sosok datang mengacaukan semuanya, saya memang berencana membunuh dia malam itu tapi tidak disana, dan kalian bilang saya meninggalkan bukti berupa topi, iya topi itu memang milik saya yang terjatuh saat sosok hitam mengejar saya, karena saya melihat dia membunuh ibu tiri saya, dia mengancam saya untuk bungkam karena jika sampai dia ketahuan saya akan di bunuh dan pelaku itu adalah pacar lo sendiri Afkar, Shaheen yang udah bunuh ibunya sendiri!!” semuanya terdiam.

Deg!!

Semuanya tercengang tak percaya, Reygan dan Cordelia saling menatap saat itu juga. Begitupun dengan yang lain mereka terlihat syok mendengar itu.

Flashback on

Temaram berhasil masuk kedalam rumah minimalis milik Rinai, dia berjalan mengendap-endap menuju ke kamar Rinai, dia tidak menyadari jika ada orang tengah menatapnya dari ujung tangga, perempuan itu hanya diam tanpa mau menghentikan Temaram.

Tak lama suara pekikan Rinai terdengar saat Temaram membawanya keluar kamar dengan mulut di tutup dengan kain, Temaram membawa Rinai lewat jendela saat ia masuk tadi, namun belum sempat melangkah ke jendela leher belakang Temaram di pukul keras oleh sosok berjubah hitam membuat peganggannya pada Rinai terlepas, sosok tersebut langsung membawa Rinai ke teras belakang.

“Woi siapa lo!” teriak Temaram mengejar sosok itu, sedikit kesusahan karena seluruh lampu mati.

Semua barang di lempar oleh sosok itu kearah Temaram agar menghalangi langkahnya, hingga Temaram tergelincir saat ia menginjak patung kayu yang di lempar sosok tersebut.

“Bajingan!” gumam Temaram kembali berdiri.

Bugh!

Srek!

“Aaaakkhh! Jangan lakukan ini nak.” Rintih Rinai, Temaram memperlambat langkahnya saat Rinai berucap seperti itu.

“Nak?” tanya Temaram terkejut.

“Anda sudah merampas semua harta ayah saya, dan gara-gara anda saya kehilangan keluarga saya, maka dari itu anda harus membayar semua perbuatan anda sekarang juga.” Terlihat sosok itu mencekik leher Rinai membuat wanita itu tak bisa bersuara.

“Shaheen ini Bunda... Sadar nak..” rintih Rinai saat tangan sosok itu terlepas dari lehernya.

“Saya bukan Shaheen, saya Nawla dan saya bukan anak anda!”

Jelb!!

Jleb!

Sosok itu adalah Nawla, ia menusuk perut Rinai berkali-kali hingga wajahnya terkena cipratan darah. Setelah itu Nawla juga membenturkan kepala Rinai berkali-kali ke lantai, Temaram yang hanya mendengar dari balik dinding merinding, ia menatap sedikit demi sedikit aksi cewek itu yang seperti kerasukan.

Setelah tak ada pergerakan apapun dari Rinai ia langsung pergi dari sana, setelah itu barulah Temaram keluar dari persembunyiannya. Ia bergegas menghampiri topinya yang terletak di sana, saat ia meraih topi tersebut kedua mata Rinai yang tadinya tertutup kembali terbuka nyalang dengan satu tangan terulur meminta tolong.

Temaram sempat kaget namun ia kembali tersenyum melihat keadaan mantan ibu tirinya.

“Kkau ddallam massallaaah..” ujar Rinai saat melihat Nawla berada di belakang Temaram setelah itu ia benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya.

Temaram berbalik hendak pergi dari sana namun ia kembali di kejutkan dengan kehadiran Nawla di hadapannya. Kedua mmatanya melotot tajam dan wajahnya sangat syok melihat siapa sosok hitam tadi.

“Sss-shaheen?” tuturnya terasa berat.

Nawla tersenyum devil, gadis itu tampak menakutkan saat ini, “Lo ingin menyusul dia?” Nawla berjalan mendekati Temaram. Sontak Temaram memundurkan langkahnya.

“Kau adalah adik ketua Hugo itu bukan?” tanyanya terdengar menyeramkan.

“Shaheen lo kenapa, lo menakutkan bangsat!” sarkas Temaram ketakutan.

“Shaheen? Siapa dia? Gue Nawla, mau kenalan?” Nawla mengulurkan tangannya yang sudah di penuhi darah.

“Gak usah bohong lo, lo sengaja biar perbuatan lo barusan gak ketahuan?” tuding Temaram. Bagaimana bisa dia memiliki kepribadian lain? Batin Temaram tak percaya jika Queen memiliki kepribadian yang membahayakan seperti ini.

“Lo mengancam gue sialan?” Nawla menggertakkan giginya. Temaram merasa down melihat sikap gadis itu, dia memang bukan seperti Shaheen, dia seperti orang yang berbeda tapi kenapa wajahnya sangat mirip?

Temaram kabur saat merasa dirinya tidak aman, namun Nawla berhasil menangkapnya, dengan ligat pula Temaram menghindar hingga ia berhasil di tangkap Nawla di dekat tangga, hingga topi Temaram terjatuh, Nawla mengapit dagu Temaram.

“Sampai lo membocorkan semua ini, mati lo!” ancamnya tak main-main.” Temaram mengangguk cepat.

“Ok, gue bakal diam, tapi tolong lepasin gue.” Pinta Temaram takut.

Setelah itu mereka benar-benar bubar, Temaram langsung pergi dari sana dan Nawla kembali ke belakang rumah itu, ia melepaskan semua pakaiannya dan membakar sampai ludes.

Flashback off

Nawla membuka kembali buku yang di berikan oleh mendiang bundanya dulu tepatnya bunda Shaheen Queenzella yaitu Nauri, ia selalu membaca tulisan secara berurutan dan Nawla akan melakukan apapun yang bersangkutan dengan tulisan Nauri. Setiap ia membaca buku Nauri, dendamnya semakin membara.

“Buku ini akan menjadi pegangan untuk kamu setelah dewasa nanti, supaya kehidupan kamu selanjutnya tidak seperti ayahmu yang dikhianati oleh orang-orang terdekatnya.”

Pesan itu selalu terngiang dalam telinganya. Kemudian ia kembali membalik halaman berikutnya.

Dia bernama Rinai Argalingga, adik kandung Ayahmu Queen, dia mengkhianati kakaknya sendiri hanya karena rasa cemburu dan iri yang menguasai dirinya, dia lebih percaya pacarnya dari pada ayahmu, bahkan dengan posisi orang ketiga di rumah tangga orang tak mampu membuat tantemu sadar jika laki-laki yang ia percaya tidak baik untuknya.

“Dia sudah mati Bunda.” Lirihnya, kemudian kembali membaca halaman berikutnya.

Bersama dua orang sahabat ayahmu, Rinai mengambil seluruh kekuasaan ayahmu nak, padahal kedua sahabat ayahmu adalah orang-orang kepercayaannya, tapi mereka tega mengkhianati ayahmu sehingga kita menderita seperti ini, mereka Brams Adelard dan Aksa Bumintara, berkerjasama dengan tante mu, untuk merampas semua milik kita.

Nawla kembali mengingat kejadian saat dia menusuk Aksa beberapa hari lalu, tidak mungkin laki-laki tua itu akan membiarkan dia bebas setelah melakukan aksi itu, maka dari itu Nawla akan menyelesaikan malam ini.

“Aku menemukan mereka Bun..” sahutnya begitu pelan. Kedua matanya menatap sayu kedepan. “Semuanya...termasuk para geng motor yang udah menyebabkan kita berpisah selama ini, aku  menemukan semuanya, sekarang waktunya kita akhiri pembalasan ini Bunda.” Sekelibat bayangan-bayangan aksi gila yang pernah ia perbuat melintas di ingatannya.

Malam itu Nawla bersama Reygan berniat untuk mencari keberadaan ruangan misterius, hanya mereka berdua, dalam suasana yang begitu gelap mereka tak gentar menggeledah semua sisi ruangan itu, hingga suara seseorang dari arah pintu masuk terdengar, Nawla dan Reygan memutuskan untuk berpencar, di saat Nawla berhasil menemukan ruangan misterius itu seseorang tanpa sengaja memergokinya, tentu Nawla sedikit terkejut karena seseorang itu melihat seluruh wajahnya.

“Lo?” kaget cowok itu menerangi wajah Nawla dengan cahaya ponselnya. “Lo anak baru itukan? Siapa namanya Shaheen? Iyakan?” ocehnya di depan Nawla, namun perempuan itu hanya diam.

“Lo ngapain disini sendirian? Gak takut apa cewek malam-malam di tempat seperti ini , btw kenalan dulu yuk, gue Alex,” Alex mengulurkan tangannya kedepan, namun Nawla hanya menatap uluran tangan itu.

“Lo kenal gue?” tanya Nawla menatap Alex.

Alex mengangguk kencang, “Lo siswi baru kelas sebelas itukan? Yang sempat viral sama Afkar?” ujarnya lagi, mendengar jika Alex mengetahui dirinya sebagai orang lain Nawla tak pikir panjang, ia mengeluarkan sebuah benda runcing dari dalam sakunya lalu menikam Alex saat itu juga.

“Akkkh! Llo?” ringis Alex menatap Nawla terkejut, ia meraba perutnya yang sudah memancarkan cairan merah, “Kenapa lo lakuin ini?” tanya Alex bingung, ia menahan sakitnya yang luar biasa.

“Sangat di sayangkan lo mengenal gue lebih dari satu, jadi kita sudahi perkenalan kita malam ini. Ucapkan selamat tinggal pada dunia fana ini Alex!” Nawla langsung mencakar-cakar wajah dan seluruh badan Alex dengan benda runcing, ia memuaskan emosinya yang sudah beberapa minggu ini tertahan karena tidak dapat muncul oleh sosok Shaheen.

Setelah membenturkan kepala Alex hingga cowok itu tak lagi bernafas Nawla menyeret mayat Alex ke tumpukan sampah di belakang sekolah.

“Goodbye boy..” lirihnya lalu pergi dari sana.

“Gue akan menghilangkan apapun yang akan mengancam hidup gue..” lirihnya, termasuk kalian Shaheen dan Queen, hanya Nawla yang berhasil melindungi tubuh ini.” Ungkapnya tersenyum dan mengepalkan tangan dengan kuat.

Di dalam ruangan bekas pabrik itu sejumlah manusia termasuk aparat kepolisian tengah bersitegang, Temaram yang tidak mau mengakui pembunuhan itu terus saja menjelaskan  kepada semua orang.

“Gak usah memfitnah Temaram, gak mungkin Shaheen bunuh tante Rinai, semuanya tau betapa hancurnya dia saat kehilangan orang tuanya.” Bela Rindu.

“Benar, lo lebih baik mengaku dari pada hukuman lo lebih berat.” Timpal Parveen menatap bengis.

“Gue gak fitnah, selain gue mereka juga tau itu, karena mereka yang udah bantuin Shaheen buat melakukan tindakan kriminal lainnya, ngomong lo Cordelia Reygan!” sentak Temaram.

“Kita gak tau apa-apa, lo gak usah ngawur.” Cordelia menatap tajam kearah Temaram.

“Dasar bitch!”  sengit Temaram mengepalkan kedua tangannya.

“Gak usah menjelaskan apa-apa lagi Temaram, kamu bisa menjelaskan di kantor nanti.” Ujar polisi mulai memborgol tangan Temaram.

“Tidak!! Bukan saya pelakunya Pak! Bajingan gue akan membalas semua perbuatan lo sialan!” pekiknya kepada semua yang ada disana, Temaram mengeluarkan semua perkataan kasar sampai suaranya menghilang dari ruangan besar itu.

Terjadi keheningan beberapa detik hingga Langit tanpa aba-aba menonjok Reygan.

Bugh!

“Ngapain lo kesini bangsat!” sarkasnya emosi.

Bugh!

Bugh!

Reygan tak melakukan pembelaan, hanya Cordelia yang saat ini tengah berteriak khawatir melihat Reygan babak belur.

“Udah!” Alam menghalangi Langit saat ia hendak menyerang Reygan lagi.

“Lo ngak papa?” Cordelia membantu Reygan untuk berdiri, cowok itu hanya mngangguk lalu kembali menatap Langit.

“Gue kesini karena gue pikir Queen ada disini.” Diam beberapa detik, Reygan mengoreksi kalimatnya, “Maksudnya Shaheen.”

“Kenapa kalau dia ada disini?” serobot  Afkar tak suka.

“Jelas gue khawatir karena dia tanggungjawab gue.” Balas Reygan menantang.

“Lo cuma temannya, sedangkan gue pacarnya, jadi gue yang akan melindunginya.”

Reygan melengos tersenyum miring, “Gue lebih dulu kenal dia dibanding lo dan selama ini gue yang udah menemani dia, lo orang baru yang sok mau jadi pahlawan di hidupnya.” Kecamnya pedas.

“Benar, gue orang baru tapi akan memperbaiki seluruh kehidupannya yang telah rusak bahkan dimasa lalu.”

“Tahu apa lo sama masa lalu Shaheen? Dan asal lo tau pacar lo hanya Shaheen, sedangkan pemilik tubuh itu adalah Queen, cewek yang lebih dekat dan kenal gue.” Reygan terkekeh bangga. Begitupun Afkar yang mendengarnya.

“Gue pusing bjirr!” bisik Alastar kepada Anne, namun cewek itu tak peduli.

“Mau dia Queen, Shaheen ataupun Nawla sosok itu akan tetap menjadi milik gue, dan lo gak berhak atas dia, satu lagi, lo bilang lebih dulu kenal dia dari gue? Yakin? Bahkan bagaimana lo bisa mendapatkan kode sandi di downstairs, lo pikir dapat kode itu dari siapa? Dari gue Reygan!” yah, Afkar diam-diam memang sudah menyelidiki Reygan, hingga memberikan jebakan menuliskan kode sandi ruangan misterius. Hal itu Afkar lakukan semata-mata untuk Nawla, supaya gadis itu bisa berhenti melakukan ke kekacauan yang akan membahayakan dirinya sendiri.

Semuanya terkejut,, bahkan anggota Black Moon yang lain tidak mengetahui hal itu.

“Gak usah ngarang lo!” bantah Reygan.

“Lo pasti udah ngerasa jadi pahlawan untuk pacar gue saat itu kan? Menyedihkan!” ejeknya membuat Reygan naik darah. “Lo bahkan belum tau siapa Queen sebenarnya Rey!” lanjutnya semakin membuat Reygan emosi.

“Gak usah berbicara seolah-olah lo lebih tau dari gue sialan, gue mungkin akan memilih mengalah dengan masalah lain tapi tidak untuk Queen.”

“Setidaknya lo harus mencoba merebut apa yang udah jadi milik gue, sebagai pengetesan kemampuan lo.” Afkar terkekeh meremehkan.

“Bangsat!”

Reygan melangkah maju hendak menyerang, namun terhenti saat Bumi menghentikan keduanya.

“Stop, Shaheen ada di markas Papa gue, dia dalam bahaya.” Lirih Bumi membuat semuanya tercengang.

“Gue kesana.” Afkar langsung berlari keluar diikuti oleh Reygan dan yang lainnya.

•°•°•

Di tempat yang sudah menjadi tempat berkumpulnya para bodyguard kepercayaannya, Aksa memerintahkan mereka untuk mencari Nawla.

“Saya tidak mau tau, malam ini pastikan anak itu lenyap di permukaan bumi ini, jika kalian gagal kalian yang akan saya lenyapkan, paham.” Titah Aksa yang di patuhi oleh anak buahnya.

“Saya ada disini.” Ujar Nawla muncul dari balik pintu, Aksa terkejut melihat kedatangan perempuan itu, bagaimana bisa dia masuk ke dalam ruangan ini?

Aksa tersenyum picik, “Bagus, ternyata kau tahu diri juga, dengan menyerahkan nyawamu kesini tanpa saya harus susah payah menemukanmu.” Ucap Aksa angkuh.

Nawla menatap Aksa dengan tatapan tenang namun mematikan, “Mari kita selesaikan tua bangka, malam ini salah satu dari kita harus tiada.” Nawla langsung mengeluarkan senapan dari kedua sakunya dan menyerang semua anak buah Aksa.

Dor!

Dor!!

Dalam hitungan detik,seluruh anak buah Aksa mampu dia lumpuhkan, entah keahlian dari mana Nawla bisa berbuat serupa itu, hanya menyisakan Aksa yang saat ini sudah mengarahkan senapannya kearah Nawla.

“Kau benar-benar lincah anak bodoh!” lirih Aksa tersenyum sinis. “Bersiaplah untuk merenggut ajalmu.” Lanjutnya sembari mengait pelatuk.

“Shaheen.”

DOR!!

Afkar yang baru datang langsung memeluk tubuh Nawla sehingga peluru itu mengenai punggungnya. Nawla membeku beberapa saat, seakan gerakan waktu berputar sangat lambat, kedua tangannya sontak memeluk tubuh Afkar yang mulai lemah, Nawla mendudukkan  Afkar yang meringis kesakitan.

Flashback on..

Nawla membaca kertas yang ia temukan dalam ruangan misterius, yang berisi : Jika memenjarakan aku adalah satu-satunya obat untuk rasa sakit hati kamu, lakukanlah Nawla, semua bukti sudah ada di sana. Maaf karena kami sudah menghancurkan keluarga kamu. Setelah ini berjanjilah, tolong jangan buat tubuh itu terluka dan dalam bahaya lagi. Karena selain kamu, tubuh itu juga milik kekasihku, tolong jangan sakiti dia hanya karena ego-mu. -Afkar Adelard.

Kemudian Nawla kembali meraih buku peninggalan Nauri, ada satu lembar lagi yang belum dia baca,

Namun meskipun begitu, anakku..

Bunda tidak akan membiarkanmu ikut terjebak kedalam masalah itu, lupakan masa lalu itu nak, dan mulailah kehidupan baru. Sembuhkan dirimu dan ikhlaskan kepergian kami jika sewaktu-waktu para musuh membunuh Bunda dan Ayah. Ada satu orang yang perlu kamu temui jika kami benar-benar tiada nak.

Ayahmu memiliki teman bernama Brams, Aksa dan Abhisar ketiganya sangat akrab dengan Ayahmu, tapi hanya satu orang yang tulus berteman dengan Ayah, temui dia karena Bunda yakin, dia tidak masuk kedalam pengkhianatan ini, dia pasti membantu ayahmu.

Jadilah anak yang baik kelak dewasa, Bunda dan Ayah akan selalu senantiasa mendoakanmu dan adikmu dari surga. Jangan pernah menyimpan dendam, karena itu akan merusak masa depanmu. Bunda menulis semua itu agar kamu paham menjalani hidup, tidak semua orang itu baik, tapi tidak semua orang juga jahat nak.

Salam dari Bundamu, Nauri..

Flashback off..

Bumi dan Langit mengejar papa mereka yang melarikan diri.

“Bos!” Restu, Dewa, Alam dan Bromo menghampiri Afkar dan Nawla.

Alastar, dia terlihat kaget melihat kondisi Afkar setibanya di sana. “Kar, lo kenapa?” sorak pria itu ikut khawatir.

Melihat semua orang menghampiri mereka, Nawla merasa tertekan sekilas bayangan-bayangan masa lalunya melintas di benaknya, dan itu membuatnya pusing. Dengan cepat ia menjauhkan diri dari Afkar, namun Afkar langsung menahan lengannya. Disaat itu juga Reygan dan Cordelia tiba.

“Shaa, jangan pergi lagi.” Ringisnya menahan kesakitan. Nawla menepis tangan Afkar.

“Gue bukan Shaheen, gue Nawla.” Gadis itu berdiri dan pergi dari sana.

“Shaa? Aakhh!” ringis Afkar saat hendak mengejar Nawla.

“Lo mau kemana?” hadang Reygan.

“Lo gak usah ikut campur urusan gue, minggir!” sarkasnya mendorong tubuh Reygan.

“Nawla! Tunggu sialan!” pekik Cordelia ikut mengejar.

“Tolong kejar Shaheen, Res.” Ujar Afkar kepada Restu. Laki-laki itu mengangguk dan mereka langsung pergi mengejar Nawla. Alamgir membantu Afkar untuk berjalan mengikuti mereka.

“Apa sebaiknya kita ke rumah sakit aja?” Alam khawatir dengan kondisi Afkar.

“Gak, gue mau ketemu Shaheen.” Tolak pria itu mentah-mentah. Terpaksa Alam menurut karena dia tidak akan bisa mencairkan keras kepala pria itu.

Nawla lari ke arah hutan dan berhenti di tepi tebing, ia berhenti saat tak ada lagi jalan untuk kabur.

“Nawla berhenti, ngapain lo kabur, lo ngebahayain Queen bangsat!” teriak Reygan dengan nafas yang sangat sesak. Nawla tersenyum miring.

“Banyak sekali yang menyayangi gadis bodoh itu, dia hanya gadis lemah yang gak pantas untuk hidup!” teriak Nawla mulai terguncang, momen momen masa lalu kian menyerang kepalanya pertanda sosok Queen akan kembali, dia tidak akan membiarkan Queen muncul.

“Lo yang seharusnya gak harus ada di dunia ini Nawla, sadar lo itu hanya kepribadian ganda yang tidak akan pernah abadi di tubuh itu. Sudah cukup lo menyiksa Queen dengan sifat iblis lo itu!” Reygan menghampiri Nawla dengan pelan.

“Kita harus gimana?” bisik Dewa setibanya di dekat Reygan.

“Kalian diam aja, biar gue yang bicara.”

“Dih, sotoy banget tuh bocah!” sinis Restu.

“Gue emang tau dari kalian!” damprat Reygan tak kalah menatap sinis.

“Serah dah!” pasrah Restu melengos.

“Nawla lebih baik lo hilang dari Queen, lo sudah mengacaukan banyak hal,” peringat Reygan.

“Shaa? Mendekatlah jangan terlalu menepi.” Ujar Afkar saat tiba di sana. Rindu, Parveen, Anne dan Alastar juga berada di sana.

“Shaheen lo jangan disana, nanti lo bisa jatuh.” Rindu menatap khawatir.

Nawla terkekeh ringan melihat reaksi orang-orang di depannya, “Apa gue bawa aja tubuh ini menghilang? Biar adil bukan? Shaheen, Queen juga gak akan bisa memiliki tubuh ini.”

“Lo gila hah?! Cepat menjauh dari sana.” Bentak Reygan mulai emosi. Nawla berjalan ke tepi tebing. Ia menoleh ke bawah, sekelibat bayangannya di masa kecil kembali melintas. Bayangan dimana saat masih bersekolah dasar ia sempat di bully dan di dorong dari tebing tinggi oleh teman-temannya. Hal itu kembali membuat kepalanya sakit.

“Arrghh!!” pekik Nawla memegangi kepalanya. Melihat tubuhnya mulai sempoyongan Afkar langsung berlari menghampiri gadis itu, bersamaan Reygan juga berlari ke arah Nawla.

Bruk!

Tubuh Nawla ambruk beruntung Afkar berhasil menangkapnya, cowok itu merebahkan tubuh Nawla di tanah dengan menjadikan pahanya sebagai alas kepalanya.

“Sayang, bangun?” risau Afkar mengusap pipi Shaheen.

“Queen bangun, kita pulang ya, aku janji bakal bawa kamu pulang..” lirih Reygan hendak menyentuh pipi Nawla namun di tepis oleh Afkar.

“Berhenti menyentuh cewek gue.” Ketusnya dan membawa tubuh sang kekasih kepelukannya.

“Shaa? Bangun, aku disini.” Afkar mengecup kening Shaheen. Tak lama Shaheen sadar, ia memegangi kepalanya dan bangkit dari pelukan Afkar. Tubuh Afkar yang mulai lemah langsung di papah oleh Alam dari belakang.

“Sha? Lo gapapa?” tanya Rindu ikut bertanya. Para teman-teman Shaheen dari tadi hanya diam karena mereka takut dengan sosok Nawla yang terlihat menyeramkan. Terlebih Anne, tanpa menahan gengsi cewek itu terus memeluk lengan Alastar hingga cowok itu juga kesulitan untuk bergerak sejak tadi. Untung naksir, batin cowok itu mendengus dalam hati.

“Queen kamu kenapa? Kepalanya pusing lagi?” Reygan mengapit kedua pipi Queen yang terlihat ketakutan. Afkar hendak mencegah lagi namun Dewa memberikan kode jika untuk kali ini Afkar harus mengalah.

Wanita yang terlihat garang dan energic tadi kini berubah drastis menjadi perempuan lemah dengan wajah pucat pasi, tidak ada lagi wajah tegas dan tatapan tajam yang membuat teman-temannya ketakutan, semuanya terlihat sangat berbeda, mereka bisa menyimpulkan jika sosok itu bukanlah Shaheen melainkan Queen.

“Dia Queen bos, bukan neng Purple.” Bisik Dewa kepada Afkar dan itu di dengar oleh Alastar dan Parveen yang berada di belakang mereka. Afkar mengangguk paham, Queen tidak mungkin mengenal dirinya, pasti dia hanya mau di dekati Reygan.

“Aku dimana Kak?” tanya Queen kepada Reygan.

“Kita ada di rooftop. Kita pulang ya kamu harus istirahat.” Reygan memangku bahu Queen. Namun tanpa sengaja Queen menatap Afkar yang sudah bersimbah darah. Wajah laki-laki itu sudah memucat.

“Kak Afkar! Kamu kenapa? Kamu terluka?” sontak Queen menghampiri Afkar dan menyentuh baju putih Afkar yang sudah bewarna merah. Terlihat jelas wajah perempuan itu sangat khawatir, matanya berkaca-kaca membuat Afkar kaget dan tak percaya jika sosok Queen mengetahui dirinya?

“Afkar tertembak bagian punggung Sha,” ujar Alamgir, Queen menatap Alam saat iya berbicara merasa salah menyebutkan namanya Alam mengoreksi kalimatnya. “maksdunya Queen.”

“Pasti gara-gara dia ya Kak? Nawla yang nembak kakak ya? Aku minta maaf Kak, aku gak bisa ngendaliin dia..” Queen menangis, ia memeluk Afkar dan meraba punggung laki-laki itu yang tertembak.

“Queen? Kamu..?” Afkar tersenyum tipis, tangannya yang tergerak ingin menyentuh pipi Queen di genggam oleh gadis itu. “Kamu tau aku?” lirih Afkar, bulir bening membasahi pipinya.

“Aku memang bukan Shaheen pacar kamu, tapi aku tahu kamu,” lirih Queen.

Deg!

Jantung Reygan berdentum kencang mendengar penuturan Queen,jadi selama ini Queen tahu siapa Afkar? Sedangkan Cordelia,gadis itu tersenyum mendengar itu.

“Kak Rey, ayok kita bawa Kak Afkar ke rumah sakit, darahnya makin deras keluar.” Queen menatap Reygan yang tengah membeku.

“Kak ayok bawa Kak Afkar ke rumah sakit.” Ulang Queen menatap Alam dan Restu.

“Gue siapin mobil dibawah.” Ujar Alastar langsung pergi, sembari menggenggam tangan Anne dan membawanya dari sana. Anne terkejut mendapati itu namun ia tak juga berucap apa-apa.

“Ssssst..” Afkar meringis menahan kesakitan, menggenggam tangan Queen dengan erat.

“Kak Afkar bertahan ya, Kakak harus kuat, Kakak gak boleh kenapa-napa nanti Shaheen pasti akan hancur Kak.” Queen mengusap pipi Afkar, air matanya terus mengalir, gadis itu sangat panik.

“Jangan nangis Shaa..” Afkar mengusap air mata Queen.

“Sini, biar gue aja.” Reygan menepis tangan Dewa yang hendak memapah Afkar.

“Gak usah!”  tolak Afkar tak mau di rangkul Reygan.

“Gak usah keras kepala terus bisa?!” semprot Reygan tak mengindahkan kalimat Afkar, ia tetap memapah cowok itu hingga ke bawah.

“Queen, kamu harus kuat ya, Kak Afkar pasti baik-baik aja.” Ujar Rindu mendekati Queen. Gadis itu mengangguk lalu tersenyum kepada  Rindu dan Parveen setelah itu mereka segera mengikuti Afkar yang tengah dibawa ke bawah.
•°•°•

Sudah dua jam Afkar berada di ruangan operasi, Queen dengan lirihan doanya masih setia berdiri di depan pintu seraya menatap pintu ruangan operasi, semuanya ikut terdiam, dalam hati mereka juga ikut berdoa supaya Afkar bisa selamat, terkecuali Reygan dan Cordelia. Kedua manusia itu malah sibuk dengan pemikiran mereka sendiri.

Reygan yang sibuk memikirkan Queen yang begitu mengkhawatirkan Afkar, dan Cordelia yang cemburu karena Reygan terus memandangi Queen sejak tadi. Selebihnya mereka memilih diam.

“Lo kalau mau tidur sini bahu gue ganggur.” Ujar Alastar kepada Anne.

“Gak, terimakasih.” Tolak Anne, yang benar saja, bagaimana bisa dia tidur jika kondisi laki-laki yang ia cintai tengah kritis di dalam sana.

“Yaudah,”  Alastar menatap Dewa yang juga menatapnya di sampingnya.

“Kenapa lo?!” damprat Alastar menaikkan satu alisnya. Dewa terkekeh pelan.

“Katanya lo gak peduli sama Afkar, ngapain lo nemenin dia sampai sekarang?”

“Ganteng-ganteng galak gini gue juga punya rasa kekeluargaan sama tuh bocah, meski dia ngeselin tapi dia tetap adik sepupu gue.” Ujar Alastar membuat Restu, Alam dan Dewa tersenyum tipis.

“Res, lo udah kabarin Bromo sama Langit belum?” tanya Alam.

“Udah, Bromo otw kesini kalau Langit dan Bang Bumi mereka masih ngurusin om Aksa.” Jawab Restu membuat semuanya mengangguk paham.

“Kalian istirahat gih, biar kita yang jaga Afkar.” Ujar Restu kepada ketiga gadis dekat Alam.

“Gue belum ngantuk sih.” Ujar Parveen. “Kalian duluan aja.” Lanjutnya menatap Rindu dan Anne.

“Gue juga masih mau disini,”

“Gue juga.” Sahut Anne.

“Lo jangan keseringan begadang, ingat penyakit.” Restu menatap Rindu, cewek itu hanya mengangguk pelan.

“Gue nggak papa kok.” Jawab Rindu tersenyum. Restu mengangguk pelan kemudian bersikap cuek kembali.

“Sekhawatir itu sama Afkar?” tanya Reygan membuat Queen menoleh, seluruh pasang mata juga tertuju kearah mereka berdua.

“Afkar cuma hadir di hidup Shaheen, dia cuma jadi cowok Shaheen, kalau Shaheen hilang Afkar bukan lagi siapa-siapa kamu Queen, karena kamu dan Afkar adalah dua orang asing yang tak sengaja ketemu hari ini.” Reygan tersulut emosi, rasa cemburu berhasil menguasai dirinya hingga tak bisa mengendalikan diri.

“Kamu kenapa bicara gitu? Aku khawatir sama Kak Afkar karena dia terluka gara-gara aku, kalau dia kenapa-napa_”

“Kenapa? Kenapa kalau Afkar kenapa-napa? Kamu takut?” potong Reygan cepat. Queen menatap bingung dengan sikap cowok itu, kenapa Reygan jadi marah-marah seperti ini?

“Iya, aku takut karena jika dia kenapa-napa Shaheen bakal sedih, aku gak mau Shaheen down seperti aku, cuma Shaheen satu-satunya harapan aku buat hidup tenang Kak, cuma sama Shaheen aku bisa menjalani hari-hari tanpa memikirkan masa lalu, tekanan dan ketakutan. Aku gak mau Shaheen hilang dari aku.” Tukas Queen, semua yang mendengar merasa prihatin melihat nasib gadis itu, segitu terpuruknya Queen hingga harus menciptakan sosok lain dalam dirinya untuk melanjutkan kehidupan.

“Aku kangen kamu Sha.” Gumam Rindu menatap Queen.

“Rasanya gue udah terlalu jauh dari lo Sha, tolong kembali.” Bisik Parveen dalam hati.

“Yakin karena Shaheen? Apa karena kamu juga ikut sedih? Kamu juga suka sama Afkar kan?”papar Reygan membuat Queen terdiam.

“Kakak mending pulang aja, aku capek.”

•°•°•

Afkar sudah di pindahkan ke ruang rawat, Queen tanpa berniat beranjak sedetikpun terus menggenggam tangan Afkar hingga ia tertidur di samping pria itu hingga pagi.

Detik kemudian jari jemari laki-laki itu tergerak, kedua matanya ikut terbuka menandakan jika Afkar sudah siuman. Ia menatap sekeliling ruangan dan beralih kesampinya yang menampilkan wajah Queen yang masih tertidur. Senyumam tipis terukir dari bibir pucat cowok itu.

Afkar mengusap surai gadisnya dengan pelan, hingga gerakannya membuat Queen tersadar. Perempuan itu mengerjakan beberapa kali dan menegakkan tubuhnya. Setelah kesadarannya terkumpul Queen memperhatikan seluruh ruangan itu dengan tatapan bingung.

“Kak Afkar? Lo udah sadar? Alhamdulillah Queen kamu kok nggak bilang kalau Kak Afkar udah siuman?” Rindu menghampiri kedua remaja itu.

“Udah, anak-anak dimana?” tanya Afkar.

“Mereka ada di luar Kak, sebentar gue panggilin dulu.” Rindu segera berlari kembali keluar. Sedangkan Queen gadis itu malah menatap Afkar dengan lekat.

“Lo kenapa Kak? Kenapa bisa di rumah sakit? Apa yang sakit?” tanya Queen bertubi-tubi, ia mulai memeriksa badan Afkar yang terluka. Afkar mengerutkan keningnya, bukankah semalam Queen sudah menemaninya hingga sekarang kenapa dia masih bertanya?

“Lo terluka?” kedua mata gadis itu kembali memanas, hal itu langsung di mengerti Afkar, kemudian ia tersenyum.

“Shaa? Itu kamu sayang?” ujar Afkar tersenyum, ia sangat merindukan sosok Shaheen sejak kemaren, meskipun bertemu dengan wujudnya tapi rasanya sangat berbeda, Shaheen tidak bisa di temui di diri orang lain meskipun di tubuh yang sama.

“Pasti sakit banget, kenapa bisa terluka?” rintihnya menangis, Afkar tak kuasa langsung merengkuh tubuh Shaheen dan memeluknya dengan erat.

“Aku kangen kamu Shaa..” lirih cowok itu terisak.

Para teman-temannya yang hendak masuk terhenti di depan pintu menyaksikan adegan mesra yang mengandung bawang di dalam sana.

“Shaheen udah kembali.” Lirih Rindu ikut senang.

“Legah banget akhirnya neng purple comeback!” seru Dewa ikut bahagia.

••••

AFKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang