-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
....
"Disini adik!" Onvhy menunjuk pintu gudang yang terkunci itu.
Shaheen mendorong dan meraih ganggang pintu tersebut. "Mana mungkin disini Kak, jelas-jelas pintunya kekunci?"
Onvhy menggeleng, "Tadi tidak di kunci adik, Kakak keluar dari sini tadi."
Shaheen menempelkan telinganya ke pintu itu, sayup-sayup ia mendengar suara teriakan dari dalam.
Dor! Dor!
"Buka! Woy!" sorak Shaheen menggedor pintu dengan kuat.
"SIAPA DIDALAM, BUKAK!" soraknya semakin keras.
"Sial, gimana caranya kita masuk, Kak?" keluh Shaheen berkacak pinggang.
"Em gimana ya? Haa? Coba telfon Rindu, suruh dia ambil kunci sama Pak Harto." Usul Onvhy disetujui oleh Shaheen.
Shaheen segera merogoh handphonenya dari dalam saku dan mengirimkan pesan kepada Rindu. Selang beberapa menit gadis itu datang menghampiri mereka.
"Buat apa sih?" tanya Rindu sesampai disana.
"Ntar," Shaheen meraih kunci itu dan membukanya.
Setelah terbuka mereka masuk kedalam gudang yang sangat gelap itu. "Parveen?" teriak Shaheen menggelegar didalam ruangan.
Hiks! Hiks! Suara isakan mulai terdengar membuat Rindu kaget, sontak memeluk tubuh Onvhy.
"Iiii suara apaan itu? Jangan-jangan ada hantu Sha? Mending kita keluar aja yuk, ngapain cari cewek jahat itu." Oceh Rindu meringis.
"Parveen?" Shaheen segera berlari kearah Parveen yang teringkuk dengan pakaian yang sudah sobek dan wajah babak belur, sudut bibirnya sedikit robek.
"Veen?" imbuh Onvhy khawatir.
"Ka-kalian?" lirih Parveen dengan getir.
Mereka membawa Parveen keluar dari sana, dan sekarang disinilah mereka berada, taman belakang.
"Nih?" Rindu menyerahkan kotak p3k yang diminta Shaheen dengan wajah tak ikhlas. Ia kembali berlari ke UKS untuk menjemput obat itu, meski awalnya dia menolak tapi dengan bujukan sahabatnya Rindu terpaksa menuruti saja.
"Aww sssst." Parveen meringis saat lukanya diobati oleh Shaheen.
"Tahan." Ujar Shaheen dengan hati-hati memoleskan obat kesudut bibir Parveen.
Setelah semuanya selesai, Parveen terlihat canggung dengan keadaan itu, pasalnya hubungannya dengan ketiga gadis didepannya sangat tidak baik, tapi sekarang merekalah yang menolongnya disaat terpuruk seperti ini. Malu sekaligus merasa bersalah bercampur aduk.
"Makasih," ucapnya kaku.
"Ya." Balas Shaheen singkat.
"Hah, ada-ada saja ya berita hari ini, kok bisa ratu bully kena bully?" tuding Rindu terdengar mengejek.
"Hust!" tegur Shaheen menyenggol lengan Rindu.
"Kanaya sama Sari yang ngebully gue!"
"Wah? Daebak! Senjata makan tuan, mang enak!" tanpa sengaja kalimat itu lolos begitu saja dimulut gadis itu. Rindu menutup mulutnya setelah sadar. Ups!
"Rin?!" sergah Shaheen melototkan matanya.
"Maap, gue khilaf!" selorohnya cengengesan.
Onvhy diam-diam menatap bingung kearah Parveen, kenapa gadis itu tidak jujur saja, jika Temaram juga membully nya? Onvhy memilih diam, siapa tahu Parveen punya rencana lain, dia takut jika mengatakan itu, nanti bisa-bisa dia kena bully lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Teen FictionTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...