-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
...
BRAKH!
BRAKH!
Seluruh isi ruangan markas kini sudah habis berhamburan, Restu dan Dewa kini meringkuk di salah satu sudut dinding dengan tubuh bergetar, takut terkena benda-benda yang sengaja dilempar kasar oleh Afkar.
Alam memilih menjauh keruangan dapur, kini cowok itu seperti orang kerasukan, wajah yang biasanya hanya menampakkan raut datar, kini tersulap seperti iblis yang sangat menyeramkan.
“BANGSAT!!!” teriaknya kesekian kali meluapkan emosi yang begitu memuncak memenuhi ruang dadanya.
Bayangan tangisan Shaheen selalu menyerang kepalanya, dia benci kesedihan gadis itu, dia benci dengan kalimat yang dilontarkan gadis itu, dia benci dengan keadaan ini, dan dia benci dengan dirinya sendiri.
“FUCK!” decaknya meninju keras dinding itu sehingga tangannya mengeluarkan cairan merah yang sudah tertempel di tembok.
“GILA LO, KAR!” cegah Alam berusaha menghentikan tindakan Afkar.
“LEPAS!!” bentaknya melepas pegangan Alamgir.
“GAK USAH NYAKITIN DIRI LO SENDIRI, SIALAN!” kini giliran Alamgir yang membentaknya, terlepas dari Afkar sebagai ketua Yuda. Alam adalah cowok tertua diantara mereka, dan sebagai seorang sahabat sekaligus kakak untuk Afkar, dia tidak akan membiarkan mereka bertindak konyol, seperti sekarang.
“UDAH, BOS!” Restu dan Dewa ikut menjauhkan Afkar dari dinding.
Afkar tersimpuh lemah setelah seluruh tenaganya terkuras habis. Ia tertekuk lemah, wajah menyedihkan Shaheen terus saja terngiang dikepalanya, harusnya cewek itu tidak datang, dia tidak perlu merasakan sakit hati seperti tadi.
Dia juga menyesali tindakannya, harusnya dia bisa mengendalikan situasi supaya gadis itu tidak terlalu sakit hati, tapi apa yang sudah dia lakukan? Dia sudah menghancurkan perempuan yang sangat dia cintai, Afkar hanya terlalu takut, jika identitas Shaheen sebagai pacarnya diketahui oleh Temaram, otomatis Agarish, musuh terberatnya akan mempergunakan dirinya untuk mencari kelemahan Afkar.
Afkar tidak akan membiarkan siapapun menyentuh gadisnya, bahkan sampai melukai. Jika itu terjadi dia tidak akan segan-segan membunuh orang itu, termasuk Agarish dan Temaram.
“Bos, lo baik-baik aja?” tutur Restu saat Afkar tak bersuara.
“Mandi dulu lo bos, gue janji bakal mantau mba purple setiap hari.” Bujuk Dewa berharap Afkar mereda.
“Kita bakal beresin ini, sebagai sahabat sejati, kita mah gapapa bersihin markas, lo tidur aja setelah ini.” Umpan Restu dengan wajah lelah menatap barang-barang yang sudah hancur dan berserakan diruangan itu. Nasib-nasib..
Tanpa berkata apa-apa Afkar berdiri dan melenggang ke kamar mandi.
“Si kulkas 8000 pintu lagi patah hati aja, ngalahin gempa bumi cuy!” seloroh Dewa menggeleng heran melihat isi ruangan itu.
“Kerjain, Langit sama Bromo katanya mau kesini.” Ulas Alam mulai memunguti pecahan.
“Anak pungut itu ngapain kesini segala!” decak Dewa menggerutu seraya mengambil sapu. Selamat bekerja mas..
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Ficção AdolescenteTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...